Mah, pagi ini aku
bangun dengan bahagia. Aku bahagia karena mamah masih ada di sisiku.
Mamah adalah detik
kebahagiaan yang selalu ada.
Mamah adalah ujung
dan mula hidupku.
Sandaran saat aduh
menjalari hati.
Dan pertama saat
asa membuncah bahagia.
Mah, pagi ini aku
bangun dengan bahagia, aku mensyukuri mendapatkan seorang mamah yang
bersemangat menyuruh anak-anaknya untuk selalu beribadah..
Saat malam
menjelang, mamah akan mengingatkan untuk bangun di sepertiga malam.. Saat rizki
menipis, mamah memperlama sujud-sujud panjang di sepertiga malam..
Mamah mengajariku
untuk mempercayai Allah untuk segala urusan.
Dulu, bahkan, mamah
mengajariku untuk meminta handphone baru dengan berdoa pada Allah..
Mamah meyakini doa
seyakin pejuang pada apa yang diperjuangkannya.
Mamah mencintai
impianku walau itu berarti setahun di pelosok.
Saat Ramadhan
menjelang, mamah akan memberi peringatan keras untuk menjauhi televisi.. Kata
beliau, selalu persembahkan untuk Ramadhan yang terbaik. Mamah pernah
ber-Ramadhan di luar kota
untuk dinas, dan mamah selalu tidak pernah mengeluh..
Mamah adalah
pelita. Yang pijarnya meluberi ruang hati. Memberi nafas kehidupan sekaligus
kepercayaan terpenting..
Mamah adalah kuat
yang menjadi-jadi dan keinginan meyakini Allah senantiasa..
Ia adalah nenek
yang mendoakan cucunya dengan teramat mendalam.
Mamah adalah kata
berujung tulus dan bahagia.. Aku bangga punya mamah seperti mamah. I love you,
love.
Belum ada tanggapan untuk "#14 Surat Untuk Ibu"
Posting Komentar