Pada postingan beberapa waktu yang lalu (Baca : Si Pengembara Pencari Kebenaran) saya pernah bercerita tentang
Salman Al Farisi. Dari sumber buku yang sama kali ini saya hendak bercerita
tentang Ammar Bin Yasir.
Sejumlah orang pasti familiar sama Ammar Bin Yasir. Kisahnya
beserta ibu-bapaknya yang disiksa di masa awal Islam di Makkah adalah salah
satu adegan film Ar-Risalah yang berkesan. Ya, Ar-Risalah adalah film tentang
siroh nabawiyah (sejarah ttg nabi) yang lumayan familiar di Indonesia.
Tapi ternyata kisah Ammar Bin Yasir tak berhenti di masa
awal Islam di Makkah. Ammar hidup hingga usia 93 tahun saat peperangan meletus
antara Ali dan Muawiyah. Ya, perang Siffin. Perang yang selamanya Alllah
jadikan ummat Islam belajar banyak dan husnuzon banyak darinya.
Ammar Bin Yasir ini masuk Islam bersama ibu-bapaknya. Dan ia
disiksa oleh kaum Kafir juga bersama ibu-bapaknya. Kalau di film Ar-Risalah
adegan penyiksaannya selalu gak saya liat. Saking saya tutup mata karena ga
tega banget nontonnya.
Penyiksaannya membuat ibu Ammar syahid dan dikenang oleh
sejarah menjadi wanita yang syahid pertama dalam Islam. Sumayyah adalah namanya
ibu Ammar.
Ammar Bin Yasir sendiri tetap hidup dan lolos dari penyiksaan
itu. Walau sempat mengadu kepada Rasulullah akan hebatnya siksaan, yang
kemudian diceritakan oleh Rasulullah akan lebih dahsyatnya siksaan orang-orang
beriman sebelumnya.
Penyiksaan yang diterima Ammar Bin Yasir ini di luar batas
kemanusiaan. Sampai-sampai Ammar pernah kehilangan kesadaran dan memenuhi
permintaan kaum Kafir untuk menyebut nama tuhan nenek moyang mereka. Latta,
Uzza, dan Manna.
Tapi Rasulullah menenangkan hati Ammar Bin Yasir dan
menyatakan Allah telah menurunkan wahyu yang berbunyi “Kecuali orang yang
dipaksa, selagi hatinya tetap teguh dalam keimanan” (An-Nahl:106)
MasyaAllah luar biasa seorang Ammar Bin Yasir.
Kebimbangannya dijawab langsung oleh Allah Ta’ala.
Rasulullah sangat menghormati Ammar Bin Yasir dan
keluarganya. Rasul bahkan memberikan nubuat (penglihatan di masa depan
bersumber dari Allah) bagi Ammar. Rasul menyatakan bahwa
Ammar akan dibunuh
oleh kaum Munafiqun (orang-orang yang munafik).
Ammar Bin Yasir hidup hingga masa kekhalifahan Ali Bin Abu
Thalib. Masa yang sangat sulit pada waktu itu.
Aroma pemberontakan ada dimana-mana. Suara-suara sumbang
ketidakpercayaan bergema dimana-mana.
Akhirnya perang Siffin pun meletus. Sejumlah pasukan yang
mengatasnamakan menuntut kematian Khalifah Ustman Bin Affan ingin mengkudeta Khalifah
Ali Bin Abu Thalib.
Dan kepada siapakah Ammar Bin Yasir memihak?
Ammar Bin Yasir memilih berpihak kepada Khalifah Ali Bin Abu
Thalib. Ali sendiri pun diriwayatkan dalam sejarah, sangat gembira atas dukungan
Ammar ini.
Ali Bin Abu Thalib juga mengingatkan kepada Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair Bin Awwam yang berada di pihak seberang tentang nubuat
Rasul yang menyatakan bahwa Ammar Bin Yasir akan dibunuh oleh kaum Munafiqun.
Betapa istimewa keimanan seorang Ammar Bin Yasir. Betapa
indah juga sejarah hidupnya.
Sepertinya Allah memanjangkan usianya hingga 93 tahun
sebagai pembeda garis jelas antara kaum Muslim dan kaum Munafiqun pada perang
Siffin.
Dan Allah meridhoi Ammar Bin Yasir dengan memberi syahid
padanya di perang Siffin.. Sebuah perang yang sampai kapanpun menjadi noktah
dalam sejarah persatuan umat Muslim.
Ammar Bin Yasir, di usia 93 tahun, masih sangat bersemangat
membela yang haq .
Dimanakah kita di usia kita kini?
Ah, saya sangat terharu biru baca kisah Ammar Bin Yasir. Ga
menyangka kisahnya luar biasa.
Diawali dengan disiksa tapi tetap bertahan,
mengikuti peperangan demi peperangan, sampai akhirnya menjadi bagian penting
dalam perang Siffin.
Benar-benar sosok yang luar biasa.
1 Tanggapan untuk "Sekelumit Cerita tentang Ammar Bin Yasir "
Uwoooo... Makasih udah sharing dey
Posting Komentar