Rapelan Day 1 – 11 Oktober

 



Day 1 : describe your personality

Hmm, Dea itu adaah tipe seseorang yang keras kepala. Kalau ada satu perasaan atau keinginan yang dia pikirkan atau dia rasakan maka perasaan atau keinginan akan mengendap lama, bahkan bisa membuatnya mengabaikan hal-hal lain. Di satu sisi, sifat ini berguna untuk meraih impian. Di sisi lain membuatnya cepat lelah secara mental, hahaha.

Dea itu orangnya introvert yang sering terlihat seperti ekstrovert. Tapi semakin ke sini semakin introvert. Dea itu menyukai meng-charge energi di dalam dirinya dengan kesendirian dan sekarang semakin lelah kalau harus bertemu dengan banyak orang, apalagi orang baru.

Dea itu punya kecenderungan merasakan sebuah ketakutan saat memulai untuk pertama kali, untuk hal apapun itu. Ketakutan itu kadang membuatnya tidak maju dan tidak berkembang. Namun kalau sudah menemukan satu hal yang dia sukai maka dia akan maju terus pantang mundur!

Hmm, apa lagi ya,

Mau lagi? Wkwkwk.

Dea itu tidak suka mengecewakan orang lain dan terbiasa memendam keinginan dan perasaan terdalamnya…. Huh. Akhir-akhir ini tapi dia sudah berusaha lebih asertif menyuarakan kebutuhan dan perasaan terdalamnya.

Dea juga sedang membangun kebanggaan pada hal-hal sehari-hari yang tampak terlalu biasa utuk dibanggakan. Menjadi ibu rumah tangga, misalnya. (deuh mulai deh, wkwkwkwk)

Udah ah segitu aja. Muahahahahaha.

Day 2 : things that makes you happy

Anak-anak sehat, suami sehat dan diri sendiri sehat. Itu sih yang paling membuat diri saya bahagia sekali apalagi di masa pandemi seperti sekarang kesehatan itu lebih bernilai sekali, ya, kan?

Semoga Allah lekas mengangkat pandemi ini ya. Aaamiin. Rasa-rasanya saya tuh sudah lelah lahir-batin sekali tapi kalau dipikir-pikir lagi kok ya kehidupan sebagus ini masih aja ada mengeluhnya. Huhuhuhu. Tapi ya saya memang merasa lelah lahir-batin sekali.

Sudah sangat kangen jalan-jalan mungkin, yaa.....

Tapi sementara ya ditahan-tahan saja dulu keinginan melalangbuananya ya kan?

Hmmm.

Jadi sekarang banyak-banyak bersyukur dulu sajakalau sekeluarga sehat, tidak sakit. Itu adalah hal paling membahagiakan buat saya pribadi.

Day 3 : a memory

Apa saja nih bebas memorinya? Hmm, kalau gitu saya mau menceritakan memori hari ini saja ya. Hari ini kali pertama saya sekeluarga ke sebuah arena permainan di setu dekat rumah kami. Untuk kali pertama kami sekeluarga “berekreasi” kalau mau dibilang seperti itu, meskipun tidak keluar kota dan meskipun super sebentar tapi sungguh menyegarkan hati.

Kami sekeluarga naik bebek-bebekan di tengah setu tersebut. Rasanya menyegarkan sekali, sudah enam bulan tidak berekreasi demi menjaga mobilitas tetap terbatas. Ini pun kami menganggap bebek-bebekan di tengah setu memenuhi prasyarat DVJ (durasi, ventilasi dan jarak) untuk meminimalisir penyebaran COVID-19.

Huks. Semoga Allah lekas mengangkat pandemi ini dari muka bumi ini ya…. Sungguh  saya teramat ingin sekali jalan-jalan keluar kota bahkan ke luar negeri!

Day 4: places you want to visit

Arab, South Korea, and Malaysia! Hahahaha.

Arab karena ingin umroh dan haji tentu saja. South Korea karena ingin memuaskan hasrat buciners penggemar drakor. Malaysia karena ingin wisata kuliner aja sih di sana, ehehehehe.

Saya tuh bahkan suka diskusi sama suami ngobrolin tentang rencana trip ke luar negeri mengajak anak-anak. Iya, iya. Agak-agak halu mengingat masih pandemi begini, iya kan?

Tapi obrolan semacam itu yang membuat hati kita menjadi berbinar-binar ya, kan? 

Kalau di dalam bukunya Eric Barker diceritakan tentang Victor Frankl yang berhasil menyintas kamp konsentrasi Nazi dengan setiap hari membayangkan bahwa istrinya masih hidup.

Bayangan.

Harapan.

Itulah yang membuat kita kuat melalui hari-hari yang berat. Dan bayangan mengajak anak-anak wisata kuliner ke Malaysia atau happy-happy ke South Korea adalah yang membuat saya tegak berdiri hari-hari terakhir ini.

:’)

Day 5 : your parents

Wah. Wah…. Wah…..

Orangtua? Hmmmm. Orangtua saya alhamdulillah baik-baik saja. Semoga saya bisa membahagiakan mereka di masa tua mereka, ya.

Aaamiiiin.

Terlalu banyak yang ingin dikatakan dan terkatakan kalau membicarakan orangtua. Apalagi saya sendiri sudah menjadi orangtua. Saya paham betul beberapa hal tapi masih tidak paham beberapa hal.

It’s okay not to be okay rasa-rasanya cocok kalau dipasangkan di bagian ini nih, wehehehehe.

Day 6 :Single and Happy

What? Saya berkeluarga dan happy. Sudah menjadi orangtua juga happy. Meskipun semakin banyak kewajiban, semakin sering merasa kelelahan, tapi saya sadar sih kebahagiaan itu hadirnya lewat hal-hal kecil.

Seperti tawa kedua putra saya, atau waktu suami saya minta pijetin telapak kakinya (favorit dia banget sih ini), saya tahu sih itulah kebahagiaan saya.

Kalau saya sering merasa sedih atas mimpi-mimpi yang belum tercapai, itu sih masih. Tapi saya paham betul bahwa kehidupan yang saya jalani ini adalah versi paling baik, 100% tidak ada versi lain yang terbaik.

:’)

Day 7 : Favourite Movie

Wah, saya lagi jarang menonton film lho. Apa ya, hmm, Interstellar menurut saya sih. Satu karena saya dan suami menonton film itu di hari ulang tahun saya. Dua karena filmnya membuat saya hah-hoh hah-hoh seperti orang meniup keong saking terpesonanya sih.

Muehehehehehe.

Day 8 : The power of music

Ini sih masuk perkuliahan psikologi umum. Ada bab yang membahas hubungan musik dengan mood. Beneran ada dan beneran ilmiah.

Jadi betul juga kalau saya sebagai penulis, bisa membangkitkan imajinasi saat mendengar sebuah musik. Contohnya saat saya membuat cerpen berlatar Papua, saya mendengarkan musik film Lord Of The Rings bagian instrumental desa Shire karena memiliki kesamaan vibes.

Jadi saya sepakat kalau musik ini memiliki kekuatan…. Tinggal kitanya mengatur kekuatan itu agar tunduk kepada kita, bukan kitanya yang tunduk kepada dia.

Azekkkkkk!

>,<

Day 9 : Write about happiness

Akhir-akhir ini saya merasa kebahagiaan itu menggelincir jatuh perlahan dari ruang pikiran saya. Tapi lalu saya sadari itu adalah momen di mana saya memikiran sebuah momen yang masih jauh.

Kalau saya kembali focus kepada momen di sini dan sekarang, maka kebahagiaan itu sebetulnya sangat dekat sekali.

Kalau di psikologi kebahagiaan ini disebut “subjective well being”. Dari namanya kita paham ya, bahwa kebahagiaan itu bersifat subjektif. Tidak bisa digeneralisir dan tidak bisa dimengerti oleh semua orang.

Rumit? Tidak juga sebetulnya.

Kebahagiaan akhirnya saya pilih versi religius. Bukan sok-sokan atau gaya-gayaan karena hanya jika saya meraih kebahagiaan dari versi itulah saya mendapatkan inner peace

:’)

Day 10 : Your best friend

Selama pandemi ini teman terdekat saya adalah suami saya. Sebelum pandemi juga sebenernya mah iya juga, cerita-cerita terus ke suami.

Tapi kan karena pandemi ini mengharuskan suami WFH (work from home) dan anak SFH (school from home) jadilah saya benar-benar berkutat di seputar tiga cowok ini : suami dan kedua putra saya.

Hehehe.

Sekarang saya sadari betul kalau pandemi ini membawa hikmah semakin dekatnya saya dan suami. Saya dan suami tuh sudah sangat dekat sebelu pandemi, tapi pandemi ini mengharuskan kami berdiam diri di rumah lebih sering, sangat sering malah.

Itu mengakibatkan gesekan emosi, jelas iya banget.

Tapi juga membawa hubungan kami ke level yang berbeda. Lebih apa ya, lebih dewasa iya tapi lebih kanak-kanak juga iya.

Secara kan ngobrolnya sama dia, becandanya sama dia, ngomong seriusnya juga sama dia. Ya ampun, saya paham betul, kalau ada pasangan yang bercera di kala pandemi. Terus-menerus bersama pasangan memang melelahkan.

Tapi kalau berhasil melaluinya, kita akan naik ke level spiritual sih deket sama suaminya, hehehehe. Sotoy, pemirsaaah.

Day 11 : Talk about your siblings!

Kalau beberapa drakor menceritakan bahwa saudara kandung seringkali memiliki kesalahpahaman, bahkan sampai ke hal-hal terparah namun di dalam hatinya selalu cinta, itu betulan banget sih. Begitulah arti hubungan saudara kandung.

Apalagi yang cuma dua bersaudara semacam saya dan kakak saya. Beuh. Dulu udah kayak apaan tau bencinyaaa sampai-sampai marah-marah lalu ibu kami akan membawakan pisau seraya berkata, “NIH SEKALIAN PAKE PISO AJA BERANTEMNYA!”

Ya barang tentu kami langsung kicep malahan disuruh begitu. Wkwkwkwk.

Ah. Saudara kandung.

Seringnya terlupakan, tidak terlalu sering teringat tetapi bagaimanapun jauhnya tetap saja saudara kandung itu oase di tengah kehidupan. Sungguh-sunguh oase. Saya dan kakak saya kebetulan rumahnya berdekatan, hanya 1,5 kilometer.

Itupun masih jarang-jarang bertemunya. Duh!

Tapi sekalinya bertemu kami akan bercerita habis-habisan. Parah pokoknya mah.

Kakak saya kebalikannya saya dalam banyak hal. Contohnya dia tidak suka dipeluk, saya pecinta peluk garis keras. Jadilah setiap ketemu dia saya akan memeluk dia sampai kejar-kejaran cuma demi mau memberikan pelukan. Wkwkwkwk.

Ah, pada akhirnya kakak saya inilah satu-satunya saudara kandung saya. Saya mencintai dia, saya mencintai cara dia mencintai saya. Terasa sekali dia ingin saya menemukan kebahagiaan dan penyaluran segala keunikan saya. I love you so much, Sist!

Nah!

Sekian dulu random talk hari pertama sampai 11 Oktober ya. Ini dibuat dalam rangka menulis free-writing KLIP dan menemukan foto list topik random yaudahlah yah mari kita buat saya.

Hehehehe.

Sampai ketemu di tulisan lainnya!

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Rapelan Day 1 – 11 Oktober"

Comment