Day 1 : describe your personality
Hmm, Dea itu adaah tipe seseorang yang keras kepala. Kalau
ada satu perasaan atau keinginan yang dia pikirkan atau dia rasakan maka perasaan atau keinginan akan mengendap lama, bahkan bisa membuatnya mengabaikan
hal-hal lain. Di satu sisi, sifat ini berguna untuk meraih impian. Di sisi lain
membuatnya cepat lelah secara mental, hahaha.
Dea itu orangnya introvert yang sering terlihat seperti ekstrovert. Tapi semakin ke sini semakin introvert. Dea itu menyukai meng-charge energi di dalam dirinya dengan kesendirian dan sekarang semakin lelah kalau harus bertemu dengan banyak orang, apalagi orang baru.
Dea itu punya kecenderungan merasakan sebuah ketakutan saat memulai untuk pertama
kali, untuk hal apapun itu. Ketakutan itu kadang membuatnya tidak maju dan tidak
berkembang. Namun kalau sudah menemukan satu hal yang dia sukai maka dia akan
maju terus pantang mundur!
Hmm, apa lagi ya,
Mau lagi? Wkwkwk.
Dea itu tidak suka mengecewakan orang lain dan
terbiasa memendam keinginan dan perasaan terdalamnya…. Huh. Akhir-akhir ini
tapi dia sudah berusaha lebih asertif menyuarakan kebutuhan dan perasaan
terdalamnya.
Dea juga sedang membangun kebanggaan pada
hal-hal sehari-hari yang tampak terlalu biasa utuk dibanggakan. Menjadi ibu rumah tangga, misalnya. (deuh mulai deh, wkwkwkwk)
Udah ah segitu aja. Muahahahahaha.
Day 2 : things that makes you happy
Anak-anak sehat, suami sehat dan diri sendiri
sehat. Itu sih yang paling membuat diri saya bahagia sekali apalagi di masa pandemi seperti
sekarang kesehatan itu lebih bernilai sekali, ya, kan?
Semoga Allah lekas mengangkat pandemi ini ya. Aaamiin.
Rasa-rasanya saya tuh sudah lelah lahir-batin sekali tapi kalau dipikir-pikir lagi kok ya
kehidupan sebagus ini masih aja ada mengeluhnya. Huhuhuhu. Tapi ya saya memang merasa lelah lahir-batin sekali.
Sudah sangat kangen jalan-jalan mungkin, yaa.....
Tapi sementara ya ditahan-tahan saja dulu keinginan melalangbuananya ya kan?
Hmmm.
Jadi sekarang banyak-banyak bersyukur dulu sajakalau
sekeluarga sehat, tidak sakit. Itu adalah hal paling membahagiakan buat saya
pribadi.
Day 3 : a memory
Apa saja nih bebas memorinya? Hmm, kalau gitu
saya mau menceritakan memori hari ini saja ya. Hari ini kali pertama saya
sekeluarga ke sebuah arena permainan di setu dekat rumah kami. Untuk kali
pertama kami sekeluarga “berekreasi” kalau mau dibilang seperti itu, meskipun
tidak keluar kota dan meskipun super sebentar tapi sungguh menyegarkan hati.
Kami sekeluarga naik bebek-bebekan di tengah
setu tersebut. Rasanya menyegarkan sekali, sudah enam bulan tidak berekreasi
demi menjaga mobilitas tetap terbatas. Ini pun kami menganggap bebek-bebekan di
tengah setu memenuhi prasyarat DVJ (durasi, ventilasi dan jarak) untuk meminimalisir
penyebaran COVID-19.
Huks. Semoga Allah lekas mengangkat pandemi ini
dari muka bumi ini ya…. Sungguh saya teramat ingin sekali jalan-jalan keluar kota bahkan ke luar
negeri!
Day 4: places you want to visit
Arab, South Korea, and Malaysia! Hahahaha.
Arab karena ingin umroh dan haji tentu saja.
South Korea karena ingin memuaskan hasrat buciners penggemar drakor. Malaysia karena
ingin wisata kuliner aja sih di sana, ehehehehe.
Saya tuh bahkan suka diskusi sama suami ngobrolin tentang rencana trip ke luar negeri mengajak anak-anak. Iya, iya. Agak-agak halu mengingat masih
pandemi begini, iya kan?
Tapi obrolan semacam itu yang membuat hati kita menjadi berbinar-binar ya, kan?
Kalau di dalam bukunya Eric Barker diceritakan tentang Victor
Frankl yang berhasil menyintas kamp konsentrasi Nazi dengan setiap hari
membayangkan bahwa istrinya masih hidup.
Bayangan.
Harapan.
Itulah yang membuat kita kuat melalui hari-hari
yang berat. Dan bayangan mengajak anak-anak wisata kuliner ke Malaysia atau
happy-happy ke South Korea adalah yang membuat saya tegak berdiri hari-hari
terakhir ini.
:’)
Day 5 : your parents
Wah. Wah…. Wah…..
Orangtua? Hmmmm. Orangtua saya alhamdulillah
baik-baik saja. Semoga saya bisa membahagiakan mereka di masa tua mereka, ya.
Aaamiiiin.
Terlalu banyak yang ingin dikatakan dan
terkatakan kalau membicarakan orangtua. Apalagi saya sendiri sudah menjadi
orangtua. Saya paham betul beberapa hal tapi masih tidak paham beberapa hal.
It’s okay not to be okay rasa-rasanya cocok
kalau dipasangkan di bagian ini nih, wehehehehe.
Day 6 :Single and Happy
What? Saya berkeluarga dan happy. Sudah menjadi
orangtua juga happy. Meskipun semakin banyak kewajiban, semakin sering merasa
kelelahan, tapi saya sadar sih kebahagiaan itu hadirnya lewat hal-hal kecil.
Seperti tawa kedua putra saya, atau waktu suami
saya minta pijetin telapak kakinya (favorit dia banget sih ini), saya tahu sih itulah kebahagiaan saya.
Kalau saya sering merasa sedih atas mimpi-mimpi
yang belum tercapai, itu sih masih. Tapi saya paham betul bahwa kehidupan yang
saya jalani ini adalah versi paling baik, 100% tidak ada versi lain yang
terbaik.
:’)
Day 7 : Favourite Movie
Wah, saya lagi jarang menonton film lho. Apa ya,
hmm, Interstellar menurut saya sih. Satu karena saya dan suami menonton film
itu di hari ulang tahun saya. Dua karena filmnya membuat saya hah-hoh hah-hoh seperti
orang meniup keong saking terpesonanya sih.
Muehehehehehe.
Day 8 : The power of music
Ini sih masuk perkuliahan psikologi umum. Ada bab
yang membahas hubungan musik dengan mood. Beneran ada dan beneran ilmiah.
Jadi betul juga kalau saya sebagai penulis,
bisa membangkitkan imajinasi saat mendengar sebuah musik. Contohnya saat saya
membuat cerpen berlatar Papua, saya mendengarkan musik film Lord Of The Rings
bagian instrumental desa Shire karena memiliki kesamaan vibes.
Jadi saya sepakat kalau musik ini memiliki
kekuatan…. Tinggal kitanya mengatur kekuatan itu agar tunduk kepada kita, bukan
kitanya yang tunduk kepada dia.
Azekkkkkk!
>,<
Day 9 : Write about happiness
Akhir-akhir ini saya merasa kebahagiaan itu
menggelincir jatuh perlahan dari ruang pikiran saya. Tapi lalu saya sadari itu
adalah momen di mana saya memikiran sebuah momen yang masih jauh.
Kalau saya kembali focus kepada momen di sini
dan sekarang, maka kebahagiaan itu sebetulnya sangat dekat sekali.
Kalau di psikologi kebahagiaan ini disebut “subjective
well being”. Dari namanya kita paham ya, bahwa kebahagiaan itu bersifat subjektif.
Tidak bisa digeneralisir dan tidak bisa dimengerti oleh semua orang.
Rumit? Tidak juga sebetulnya.
Kebahagiaan akhirnya saya pilih versi religius.
Bukan sok-sokan atau gaya-gayaan karena hanya jika saya meraih kebahagiaan dari
versi itulah saya mendapatkan inner peace
:’)
Day 10 : Your best friend
Selama pandemi ini teman terdekat saya adalah
suami saya. Sebelum pandemi juga sebenernya mah iya juga, cerita-cerita terus
ke suami.
Tapi kan karena pandemi ini mengharuskan suami
WFH (work from home) dan anak SFH (school from home) jadilah saya benar-benar
berkutat di seputar tiga cowok ini : suami dan kedua putra saya.
Hehehe.
Sekarang saya sadari betul kalau pandemi ini
membawa hikmah semakin dekatnya saya dan suami. Saya dan suami tuh sudah sangat
dekat sebelu pandemi, tapi pandemi ini mengharuskan kami berdiam diri di rumah
lebih sering, sangat sering malah.
Itu mengakibatkan gesekan emosi, jelas iya
banget.
Tapi juga membawa hubungan kami ke level yang
berbeda. Lebih apa ya, lebih dewasa iya tapi lebih kanak-kanak juga iya.
Secara kan ngobrolnya sama dia, becandanya sama
dia, ngomong seriusnya juga sama dia. Ya ampun, saya paham betul, kalau ada pasangan
yang bercera di kala pandemi. Terus-menerus bersama pasangan memang melelahkan.
Tapi kalau berhasil melaluinya, kita akan naik
ke level spiritual sih deket sama suaminya, hehehehe. Sotoy, pemirsaaah.
Day 11 : Talk about your siblings!
Kalau beberapa drakor menceritakan bahwa
saudara kandung seringkali memiliki kesalahpahaman, bahkan sampai ke hal-hal
terparah namun di dalam hatinya selalu cinta, itu betulan banget sih. Begitulah
arti hubungan saudara kandung.
Apalagi yang cuma dua bersaudara semacam saya
dan kakak saya. Beuh. Dulu udah kayak apaan tau bencinyaaa sampai-sampai
marah-marah lalu ibu kami akan membawakan pisau seraya berkata, “NIH SEKALIAN
PAKE PISO AJA BERANTEMNYA!”
Ya barang tentu kami langsung kicep malahan
disuruh begitu. Wkwkwkwk.
Ah. Saudara kandung.
Seringnya terlupakan, tidak terlalu sering
teringat tetapi bagaimanapun jauhnya tetap saja saudara kandung itu oase di
tengah kehidupan. Sungguh-sunguh oase. Saya dan kakak saya kebetulan rumahnya
berdekatan, hanya 1,5 kilometer.
Itupun masih jarang-jarang bertemunya. Duh!
Tapi sekalinya bertemu kami akan bercerita
habis-habisan. Parah pokoknya mah.
Kakak saya kebalikannya saya dalam banyak hal. Contohnya
dia tidak suka dipeluk, saya pecinta peluk garis keras. Jadilah setiap ketemu
dia saya akan memeluk dia sampai kejar-kejaran cuma demi mau memberikan
pelukan. Wkwkwkwk.
Ah, pada akhirnya kakak saya inilah
satu-satunya saudara kandung saya. Saya mencintai dia, saya mencintai cara dia
mencintai saya. Terasa sekali dia ingin saya menemukan kebahagiaan dan
penyaluran segala keunikan saya. I love you so much, Sist!
Nah!
Sekian dulu random talk hari pertama sampai 11 Oktober
ya. Ini dibuat dalam rangka menulis free-writing KLIP dan menemukan foto list
topik random yaudahlah yah mari kita buat saya.
Hehehehe.
Sampai ketemu di tulisan lainnya!
Belum ada tanggapan untuk "Rapelan Day 1 – 11 Oktober"
Posting Komentar