Review Film Wotakoi : Love Is Hard For Otaku






Prolog

Oke jadi ceritanya kemarin saya iseng-iseng berfaedah ingin menonton film-filmnya Yamaken.

Yamaken adalah panggilan sayang dari para fans untuk Kento Yamazaki, aktor Jepang yang..hmm..googling sendiri deh.

Banyak film dan dramanya yang sukses-sukses gitu sih, makanya saya tertarik untuk menonton salah satu film terbarunya.

Dari sekian proyek Yamaken yang belum saya tonton, kemarin saya tertarik menonton film Wotakoi ini.

Sebetulnya karena saya pernah membaca manga-nya sih. Sudah lama banget sebetulnya.

Jadi penasaran juga kalau dibawa ke film alias dibuat live-action, apakah akan bagus, atau malah buruk banget?

Sayangnya menurut saya film Wotakoi ini masuk ke kategori yang buruk.

Gomen, Yamazaki-kun

:'((

Yamaken sebagai Hirotaka



Profil Film


Judul Film : Wotakoi : Love is Hard for Otaku.

Romaji : Wotaku ni Koi ha Muzukashii.

Pemeran : Kento Yamazaki, Mitsuki Takahata.

Sinopsis:


Narumi Momose (Mitsuki Takahata) adalah gadis 26 tahun yang baru bekerja di sebuah perusahaan. Di sana dia bertemu dengan Hirotaka Nifuji (Kento Yamazaki) yang tampan dan seorang otaku.

Otaku adalah sebutan untuk seseorang yang terobsesi pada konten pop seperti video game, manga, dll.

Narumi diam-diam sebenarnya juga adalah seorang otaku. Hirotaka mengetahui fakta ini karena merupakan teman Narumi sejak mereka masih kecil.

Narumi dan Hirotaka akhirnya berkencan dan menjadi otaku couple.....



Kesan

Saya menonton ini untuk melihat Yamaken, iya itu betul sih. Tapi gak gini juga dooong.

Hahahahaha.

Jelek abis sih. Jelek banget banget.

I mean saya tuh tipikal yang ga jahat-jahat amat kalau membuat reviu film atau drama. Saya pasti mencari sisi baik dari segala sesuatu. (tsahhh)

Sayangnya film Wotakoi hancur banget sih dari awal. Huks. Huks.

Saya curiga banget jadinya deh. Ini Yamaken dibujuk rayu apa sampai menerima skrip film sehancur ini sih?

Well, oke, mari kita cerita sedikit kenapa kecewa banget ya sama Wotakoi ini.

- Adegan pembukaan yang absurd
- Adegan menyanyi yang terlalu sering dan absurd
- Karakter yang absurd
- Konflik yang absurd
- Ending yang absurd

YA ALLAH.

SEMUANYA ABSURD.

HUHUHUHUHUHU.

Saya masih memiliki kebaikan hati dengan menyelesaikan film berdurasi satu jam lebih 30 menit ini.

Ya tapi akhirnya saya percepat di beberapa bagiannya sih.

Udah ga tahan lagi sih. Huhuhuhu. YAMAKEN, SIAPA YANG MENJEBAK KAMU UNTUK MAIN DI FILM SEBURUK INI?

Saya tau sih beberapa film live action dari manga memang memiliki kerumitan dan tantangan tersendiri.

Rata-rata menyalahkan bahwa durasi film sangat singkat sehingga untuk mengadaptasi manga ke live action sangat sulit untuk menjadi ideal.

Iya, saya paham sih.

Tapi film Wotakoi ini terlalu parah sih jeleknya.

Adegan pembukaannya saja super membuat saya tertegun lamaaa sekali. Ini beneran nih film Jepang begini kualitasnya?

Jadi adegan pembukanya itu Narumi Momose sedang mengikuti brifing dari bosnya terkait produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan mereka.

Pak bosnya Narumi ini bicara lamaa buanget menjelaskan filosofi why-nya dari produk perusahaan mereka.

Iya saya paham adegan ini untuk menggambarkan perusahaan tempat Narumi dan Hirotaka bekerja. Tapi yang horor adalah ini adegan sampai 15 menit sendiri.

Dan si Pak Bos ini bicara tidak putus-putus. Lamaaaaa buwanget! Saya jadi curiga sendiri, ini tuh film Wotakoi atau les bahasa Jepang?

Kalau ini les bahasa Jepang, oke saya perhatikan deh kata per kata yang keluar dari bibir Pak Bos.

Wkwkwkwk.

Sungguh benar-benar absurd syekaliiiiihhhh.

>,<

Di film Wotakoi ini saya tidak dapat menikmati akting dari siapapun.

Tidak dari Yamaken, tidak dari Mitsuki Takahata.

Keduanya benar-benar so standard di film ini. Saya tidak tau persis apakah ini salah penyutradaraan sehingga akting mereka yang biasanya brilian jadi tidak keluar.

Oh, crap. Yamaken mengapa kamu jadi terlihat tidak asyik di dalam film ini?

Huhuhuhuhu.

Oke memang film ini mengangkat tentang Otaku. Tapi saya tidak mendapatkan pencerahan atau inspirasi dari kehidupan para Otaku ini.

Well, ada sih, satu hal, totalitas Narumi dan Hirotaka menjadi Otaku memang patut diacungi jempol.

Begadang hingga lartu malam untuk bermain video game agar naik level, lalu keesokan paginya harus kembali bekerja di kantor mereka.

Semua itu mereka jalani hampir setiap hari. Dan di akhir pekan mereka akan seharian bermain video-game.

Yep, I get it. Kehidupan Otaku ini seperti kehidupan fangirl K-Drama garis keras.

Malam hari menonton K-Drama, membuat bermaca-macam gif, lalu keesokan paginya melanjutkan aktivitas entah itu kuliah, bekerja, atau menjadi Ibu Rumah Tangga.

Uhuk-uhuk.

Tapi sungguh deh, banyak sekali adegan absurd di film Wotakoi ini.

Terlalu banyak.

SAKING BANYAKNYA MEMBUAT SAYA NGEGERUNDEL SENDIRI JADINYA. HAHAHA.

Tau kan ngegerundel? Misuh-misuh gitulah
;)

Contohnya adegan menyanyi dan menari.

Duh. Duh. Duh. Duuuuuhhh.

Saya jadi tau sih indahnya suara Yamaken (uhuk-uhuk) tapi sungguh deh, di dalam film Wotakoi terlalu banyak sekali adegan menyanyi dan menarinya.

Penonton tidak ingin menonton tarian dan nyanyian, wooooy.

Penonton ingin melihat akting, perkembangan karakter, konflik, dan merasakan hati mereka dibetot oleh adegan romantis.

Uhuyyyy.

Sayangnya adegan romantis di film ini sungguh jelek, singkat, dan tidak heart-fluttering sekali.

*sigh

Mitsuki sebagai Narumi Momose




Pesan

Tentu saja pesan saya adalah tidak usah menonton film ini kalau tidak ngefans-ngefans amat terhadap salah satu pemerannya.

Kelebihan film ini hanya satu saja buat saya sih.

Saya jadi teringat teman saya, Opi-kun, yang juga seorang Otaku.

Opi, meskipun perempuan, bersikeras untuk dipanggil dengan akhiran -kun.

Well, saya sih sebagai teman yang baik mengiyakan saja (cieh)

Saking baiknya saya sampai pernah menemani Opi-kun ke Mall Taman Anggrek di Jakarta Barat sana untuk ke toko manga, anime, dkk nya itu lho.

Sungguh deh, itu pertama kalinya saya si anak Depok menjejakkan kaki ke Mall Taman Anggrek.

Kampungaaaaann.

Muehehehehe

Iya saya mengantari Opi-kun ke sebuah toko di mana di sana dijual aneka figurine, poster, merchandise, semua perintilan Otaku deh pokoknya!

Saya sih tidak paham jadi cuma mengantar aja waktu itu.

Setelah menonton film Wotakoi ini saya jadi paham sih.

Hoooo. Yayayayaya.

Saya juga mungkin bisa digolongkan Otaku sekarang, karena suka K-Drama.

Tapi ya sudah, that's it. Itu saja (kalau mau disebut) kelebihan film ini.

Mengingatkan saya pada Opi-kun, kawan lama saya di bangku SMA.

:')




Kesimpulan


Terkadang dalam filmografi seorang aktor keren, bisa terselip sebuah film yang aneh, absurd, dan tidak jelas.

Huhuhu.

Yamaken pastilah punya pertimbangan dalam menerima skrip film ini sih.

Entah apa.

Tapi saya tetep ngefans Yamaken sih. Lah pegimane, Dey. Ya ga pegimane-pegimane.

Satu kejelekan tidak membuat fans tumbang.

Tenang saja, Yamaken!

Ganbatte ne, Yamaken!

Habis ini aku akan menonton Alice In Borderland.

Sepertinya akan sangat bagus, saking bagusnya bisa membuatku melupakan Wotakoi anehmu ini, Yamaken...

Wkwkwkwk

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk " Review Film Wotakoi : Love Is Hard For Otaku"

Comment