REVIEW FILM SNOWDEN


Hai, apa kabar semua? Pada postingan kali ini saya mau bercerita tentang film yang habis saya tonton bersama suami di bioskop ya. Film ini berjudul “Snowden” dan dibintangi oleh Joseph Gordon Levitt. Film ini berkisah tentang agen CIA bernama Ed Snowden yang membocorkan rahasia CIA ke publik melalui wartawan internasional. Film ini memiliki alur penceritaan maju dan mundur. Dimulai dari masa sekarang lalu flashback ke masa sebelumnya lalu kembali lagi ke masa sekarang dan flashback lagi.

Film ini sendiri masuk box office di Amerika tapi ketika saya dan suami menonton di bioskop di kota Depok ini hanya sedikit sekali penontonnya. Bisa dikatakan hanya 15% dari jumlah kursi penonton yang terisi. Sangat sepi. Mungkin dikarenakan film ini memiliki tingkat keseriusan yang tinggi dan monoton di awal hingga nyaris ke akhir film. Baru di nyaris akhir film ada sedikit pemuncakan adegan yang membuat emosi penonton terangkat.

Film ini berkisah dari pertemuan Ed Snowden dengan 3 orang kolumnis The Guardian di sebuah hotel mewah di Hongkong. Di sanalah Ed membocorkan rahasia pemerintah US yang dipegangnya selama ini dalam pekerjaannya. Bisa dikatakan film ini menceritakan awal mula perjalanan Ed Snowden dari mulai masuk CIA hingga membocorkan rahasianya. Banyak adegan kegiatan CIA yang diceritakan yang akan membuat penonton berpikir kembali bahwa privasi di jaman sekarang adalah sesuatu yang mustahil. Melalui internet, semua data bisa diketahui, semua hubungan bisa terkuak dan semua kamera bisa dimata-matai.

Kelebihan :

Film ini bercerita tentang CIA dan agen-agennya secara lebih serius dan kekinian sih kalau menurut saya. Tidak ada adegan kejar-kejaran atau tembak-tembakan seperti di film “Jason Bourne” misalnya tapi lebih kekinian dengan menampilkan adegan-adegan Snowden meng-hack para hacker-hacker dari negara China misalnya. Seru sih. Memang benar, peperangan di masa kini adalah di dunia maya sih. Makanya sampai ada sebutan tentara dunia maya ya, apalagi kalau mau musim Pilkada semacam Pilkada DKI nih. Pasti rame deh sama sejenis tentara dunia maya macam begini.

Kelebihan selanjutnya dari film ini menurut saya adalah akting dari tokoh utama pemeran Snowden, Joseph Gordon Levitt. Aktingnya bagus banget kalau menurut saya. Dari mulai awal adegan di film ini saya langsung bisa membedakan aktingnya dari film-filmnya terdahulu semacam “Premium Rush” atau film dulu banget “500 Days Of Summer”. Saya sampai mencolek suami di samping untuk bilang keheranan saya di awal fim tentang aktingnya “Kok cara bicaranya bisa berbeda banget dari film sebelumnya ya?”. Pelatihan akting apa memang bakat si Joseph ini ya? Kurang tau juga sih, tapi saya pribadi memang suka membandingkan sih antar film yang dibintangi seorang aktor. Terasa cara dia serius memerankan sebuah peran dan keluar dari peran sebelumnya. Begitulah kira-kira. Hehehe.

Kelemahan:

Menurut saya kelemahan film ini dari durasi yang lama, 2 jam lebih, bisa menyebabkan penonton bosan dan keluar dari studio sebelum film berakhir. Beberapa adegan mesum juga jadi kelemahan. Eh ini mah menurut orang lain bisa kelebihan ya? Hehehe. Tapi memang ada adegan mesumnya yang sesuai jalan cerita yaitu saat Ed Snowden marah saat melihat kekasihnya sedang mengedit (atau memposting) foto bugil pribadinya di laptopnya. Itu karena si Snowden tau bahwa semua data yang masuk ke dunia maya akan masuk sumber data CIA dan bisa dilihat oleh agen-agen CIA termasuk foto bugil kekasihnya. Hmmm. Apa coba? Itu berarti memang kita tidak perlu lah buat atau menyimpan foto atau video bugil atau mesum sehalal apapun misalnya dengan pasangan halal kita. 

Lha buat apa coba? Ada kemungkinan dilihat orang lain sengaja atau tidak sengaja lho itu foto mesum. Bagus sih jadinya film ini mengingatkan untuk lebih berhati-hati lagi saat memposting foto atau video meski untuk pasangan kita sendiri.

Kelemahan lain menurut saya sih framing film ini tentang Snowden yang agak ambigu. Di awal sepertinya ingin digambarkan bahwa Snowden ini seorang agen CIA yang membelot tapi di adegan-adegan penghujung terasa sekali penggambaran Snowden sebagai seorang pahlawan hak-hak sipil tentang privasi.

Saya pribadi sih jadi merasa jengah dengan framing ini lho. Snowden ini saat ini ada di Rusia entah mengapa tuh bisa tetap hidup dan dilindungi tapi ingat lho di awal film ini juga tertulis besar-besar “Film ini adalah hasil dramatisasi apa yang terjadi dari tahun 2003-2013”. Yah semuanya didramatisasi, termasuk penokohan si Snowden. Menurut saya tetap harus dikritisi cara film ini menyimpulkan bahwa si Snowden ini pahlawan. No, menurut saya dia bukan pahlawan sih. Karena pahlawan itu melakukan tindakan kepahlawanan tanpa henti tanpa jeda tanpa istirahat dengan tujuan Lillah semata. Hmm..

Sekian review film Snowden kalau dari kacamata seorang Dea. Semoga masih ada di bioskop ya buat yang masih mau menonton film ini. Tapi ingat, abis nonton film ini, baca Al-Qur’an banyak-banyak buat pembersih hati. Tapi bagus sih untuk quality time sama pasangan dengan menonton film serius ini. Ya seengaknya jadi menyadari peperangan masa kini adalah di dunia maya. Dunia maya adalah sesuatu yang bisa kita memanfaatkan untuk menyebarkan ide dan visi kita.


Sekian dan mari nonton film menarik lain di bulan depan! Hehehe.

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "REVIEW FILM SNOWDEN "

bayangantorgon mengatakan...

Tulisan dea yang susunan katanya semakin baik.... wokeh twerulah menulis sebagai tempat mencari jejak anak cucumu

Comment