Sistem Zonasi Pada Jalur Masuk SMA di Kota Depok



Hari ini saya dikagetkan oleh sebuah foto. Yap, foto di atas ini salah satunya.

Foto-foto yang menggambarkan kepadatan antrian orangtua murid yang akan mendaftar ke Smansa Depok.

Dari jadwal pendaftaran jam 8 pagi, banyak orangtua yang sudah antri sejak jam 3 pagi aja dooong. Subhanallah semangatnya ya Sist.

Foto ini segera menyebar di seantero jagad maya.

Termasuk ke grup angkatan saya.

Respon orang bermacam-macam melihat fenomena ini.

Respon ke-1 :

Wah, sejak 12 tahun lalu kita lulus sampai sekarang masih manual gitu?

Respon ke-2 :

Ya ampun kasian amat itu orangtua yah

Respon ke-3 :

Wah nanti jaman anak gw gitu juga ya?

Respon ke-4 :

Smansa sekarang cuma boleh dimasuki penduduk zona Pancoran Mas ya? Waduh,,

Respon ke-5 :

GANTI WALIKOTA DEPOK!!!!

Wkwkwkwk

;p

Bisa puluhan dah kalau mau ditulis responnya.

Memang jadi lumayan flashback sih yak.

Jaman saya masuk Smansa Depok dulu sistemnya sistem jurnal.

Semua berhak mendaftar ke Smansa Depok.

Nanti akan dibuat jurnal setiap harinya berupa list dari nilai tertinggi sampai batas kuota yaitu 240 anak.

Siapa yang menempati ranking 200-an perasaannya pasti dag-dig-dug-dhuer dan berujung cabut berkas alias pindah ke SMA lain.

Huh, drama pisan yak...

Tapi sistem zonasi nampaknya lebih drama dari drama kumbara.

- Ada yang mengantri dari jam 3 pagi

- Ada yang terinjak-injak di dalam antrian

- Ada yang pakai trik pindah KK sehingga dekat dengan Smansa

Ckckck..

Jadi berkaca ke diri sendiri neh,

Kalau saya sebagai orangtuanya anak-anak saya kelak saya akan melakukan apa ya... 

Seandainya gituh sistem zonasi ini masih bertahan.

Secara gituloh kebijakan di dunia pendidikan Indonesia ini unpredictable banget.

Hmmmmm.

Saya sebetulnya jadi mengarah ingin melihat anak-anak saya bersekolah di sekolah islami.

Tapi yang perpaduan islami dan kewirausahaan.

Dulu, dulu banget, mungkin saya masih ingin sekali anak-anak saya masuk Smansa Depok.

Tapi sepertinya sekarang berubah...

Smansa Depok adalah sekolah terbaik di kota Depok, iya betul banget.

Tapi bisa jadi buat masa depan, akan ada pergeseran nilai dan kebutuhan pendidikan.

Bukan lagi prestige semata tapi ikigai.

Ikigai itu konsep dari Jepang tentang kombinasi dari 4 hal :

- Apa yang kita sukai
- Apa yang bisa dibayar dari kita
- Apa yang kita kuasai
- Apa yang dunia kita butuhkan dari kita

Dan mungkin, mungkin ya, di masa depan, ikigai ini ga bisa diperoleh dari sekolah-sekolah negeri semacam Smansa Depok.

Huks.

Kok jadi sedih, wkwkwk.

Sesuai kebutuhan aja sih,

Mungkin iya di masa anak-anak saya, anak-anak belajar dari sekolah yang mengajarkan juga berpenghasilan sekaligus beragama dengan baik.

Itu impian saya banget sih..

Dan kalau Smansa Depok yang saya ketahui memang belum mengarah kesana.

Dan bukan salah Smansa Depok juga, kan dia mah ngikut aja apa kata peraturan Diknas.

Wkwkwk

:p


Pada akhirnya, sistem zonasi ini menurut saya ya diikutin ajalah dulu ya.

Iya paham sih, jadinya asa aneh gitu yah.

Bukan berjuang bagus-bagusan nilai tapi deket-deketan rumah ke sekolah.

Hihihihi~~~

Tapi menurut saya sistem zonasi ini bagus asalkan bisa ada sistem yang mengecek validitas Kartu Keluarga sih.

Jadinya soalnya bisa dibikin pindah KK gitu kan jadi curang, ya ga sih?

Huks!

Yowes lah, semoga aja pendidikan Indonesia semakin baik lagi yah..

Dan kelak di masa depan, udah semakin mengarah ke Ikigai tadi..

Soalnya emang pendidikan tuh filosofinya gitu ga sih??

Membimbing seseorang menemukan sisi terbaik dari dalam dirinya yang bermanfaat bagi diri dan sekitarnya

Ciyehhhh

;p


Yaudah, sampai ketemu di tulisan-tulisan saya selanjutnya ya!

Bye-bye!

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Sistem Zonasi Pada Jalur Masuk SMA di Kota Depok"

Nurhilmiyah mengatakan...

Woww...beragam respon ya Dey...
Yahh pd akhirnya sy setuju dg pendapat Deya hehe

dea alias dey mengatakan...

AZEKKK~~~

Comment