Kang Si Yong meletakkan tasnya di sofa hijau tua. “Gyosu-nim? Apa yang sedang kau… kau sedang memasak?” Sesosok lelaki mengenakan kaus lengan panjang berwarna putih dengan celana senada tersenyum dari kompor di dapur. “Kau sudah datang rupanya. Aku pulang cepat hari ini. jadi aku memasak untukmu. Kau belum makan malam, bukan? Nah, ayo kita makan spaghetti buatanku ini,” ajak Cha Yo Han.
Kang Si Yong meletakkan jasnya lalu duduk di kursi makan sambil berkata, “Aku tidak tahu kalau Gyosu-nim bisa memasak. Kita biasanya hanya memesan, hmm, sandwich Subway, kan?” Cha Yo Han tertawa. Sebagai pasangan dokter, tidak ada makanan lain yang bisa cocok dengan kondisi mereka selain sandwich cepat saji itu.
“Bagaimana harimu di rumah sakit, Si Yong-ah?”
“Baik. Terima kasih telah memberiku inspirasi tentang medulla oblongata lewat telepon tadi siang. Kalau tidak berkonsultasi dengan Gyosu-nim pasti aku akan melewatkan untuk memeriksa bagian itu pada CT-Scan pasien. Ah, syukurlah pasien tadi bisa melewati fase kritisnya.”
Cha Yo Han menatap Si Yong, selalu menarik baginya mendengarkan cerita kekasihnya itu setiap malam. Mereka sudah menjalin kisah asmara selama tiga tahun. Cha Yo Han masih bekerja di pusat perawatan penyakit lansia di pinggiran kota, sementara Kang Si Yong di RS Hanse di tengah kota Seoul.
“Oh, aku lupa, ada yang ingin aku katakan kepada Gyosu-nim. Ini adalah sebuah berita baik yang sangat menggembirakan, aku tidak sabar untuk mengatakannya kepada Gyosu-nim.”
“Apa itu?”
“Mi rae-ah dan Lee Yoo Jun seonsaengnim akan menikah! Aaak!”
Wajah Kang Si Yong berbinar-binar. Tangannya merentang ke udara. Cha Yo Han selalu suka energy meletup-letup Kang Si Yong seperti ini. kalau tidak bertemu dengan Kang Si Yong, kehidupan seorang Cha Yo Han pasti masihlah dingin dan datar.
Masih teringat di dalam benak Cha Yo Han saat ia akan menuju Amerika untuk menjadi relawan sekaligus tenaga medis untuk penelitian CIPA, Kang Si Yong mengejarnya hingga ke bandara.
“Aku mencintaimu, Gyosu-nim.” Kalimat dari gadis itu meluluhlantakkan pertahanan Cha Yo Han. Dia juga mencintai gadis itu. Namun, apa yang bisa dia berikan selain ketidakjelasan terkait penyakitnya? Syukurlah mereka bisa bersatu kini dalam kondisi yang jauh lebih baik.
Penyakit Cha Yo Han sudah terkendali, nyaris tidak berbahaya seperti dulu lagi.
“Kapan tanggal pernikahan Mi Rae-ah dan Lee Yoo Jung seonsaengnim?” Cha Yo Han menyendok spaghetti dan memberikannya kepada Kang Si Yong.
“Gumawo. Ah, mereka akan menikah 3 bulan lagi. Semua dipersiapkan sendiri oleh Mi Rae. Aku tidak perlu membantunya. Aku bilang aku benar-benar tidak mau membantunya di rumah sakit kalau dia tidak memperbolehkan aku membantu urusan pernikahannya!” Kang Si Yong memasang wajah cemberut seolah-olah ada Mi Rae, kakaknya, di hadapannya.
“Kang Mi Rae adalah seorang yang berkepala dingin dan sangat taktis. Aku yakin dia bisa mempersiapkan pernikahannya dengan sempurna seorang diri. Kau tidak usah mengkhawatirkannya, Si Yong-ah,” kata Cha Yo Han.
Kang Si Yong tersenyum lebar sambil berkata, “Tentu saja aku akan tetap membantu persiapan pernikahannya meskipun dia menolaknya, Gyosu-nim. Kau tau kan siapa Kang Si Yong?”
“Ya, Kang Si Yong adalah seorang gadis paling teguh pendirian yang pernah aku kenal…. Iya, kan?”
Kedua mata mereka bertatapan. Kang Si Yong tiba-tiba merasa suasana menjadi canggung. Dia segera menunduk sambil mulai memakan spaghetti buatan Cha Yo Han. Cha Yo Han tersenyum kecil sambil menuangkan air putih ke gelas mereka berdua.
***
Suasana malam hari beranjak semakin sepi. Sejak kembali dari Amerika, Cha Yo Han menempati kembali rumah lamanya. Kang Si Yong hampir setiap hari selalu makan malam di rumah Cha Yo Han sebelum diantar pulang ke apartemennya.
Sedikit aneh sebetulnya, mengingat dari RS Hanse lebih dekat ke apartemen Kang Si Yong sebenarnya. Namun, Kang Si Yong bersikeras agar dia saja yang datang ke rumah Cha Yo Han. Ia beralasan agar ia dapat memeriksa kondisi Cha Yo Han setiap malam di lab pribadi yang dimiliki lelaki 37 tahun itu di rumahnya.
Ya.
Meskipun setelah pulang dari menjadi bagian dari penelitian CIPA di Amerika penyakit Cha Yo Han menjadi tidak berbahaya, Kang Si Yong bersikeras bahwa mereka selalu harus mengecek tanda vital Cha Yo Han setiap malam seperti sebelum dia pergi ke Amerika.
“Kang Si Yong, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu,” kata Cha Yo Han sambil melirik Kang Si Yong yang telah selesai mengambil sampel darah dari lengan lelaki itu.
“Hmm, apakah itu Gyosu-nim? Kalau itu adalah tawaran untukku memakan masakanmu seperti tadi, maaf, Gyosu-nim, besok kita pesan sandwich Subways saja, oke? Spaghettimu tadi hampir saja tidak bisa kutelan karena terlalu asin, kau mau meracuniku kan, Gyosu-nim,” canda Kang Si Yong. Tangan Kang Si Yong meletakkan sampel darah Cha Yo Han di dalam mesin pendeteksi kadar kimiawi darah. Setelah menekan tombol ON, hasilnya akan keluar dalam tiga menit. Oke, sudah selesai, bisik Kang Si Yong setelah layar pada mesin itu menghasilkan angka-angka.
“Aku ingin … ingin … ingin mengajakmu untuk …untuk …, “ Cha Yo Han berdehem. Sulit betul mengungkapkan keinginannya kepada Kang Si Yong.
“Gyosu-nim, kau baik-baik saja?” Tangan Kang Si Yong terulur ke dahi Cha Yo Han. “Kau tidak demam, Gyosu-nim,” ujar Kang Si Yong.
“Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin bilang … bahwa … apakah … kamu bisa pindah ke rumahku, Kang Si Yong?”
Wajah Kang Si Yong pucat pasi. Apa? Apa yang baru saja dia dengar? Pindah ke rumah Gyosu-nim? Otak cerdas Kang Si Yong berpikir cepat. Dia tidak pernah mendapatkan hal seperti ini di pekerjaannya sebagai dokter anestesi di rumah sakit Hanse.
“Apa maksudmu, Gyosu-nim?” Kang Si Yong mendadak cemas. Apakah ini berarti kemunduran ataukah kemajuan di dalam hubungannya dengan lelaki yang ia cintai itu? Selama ini Kang Si Yong berkonsultasi dengan Kang Mi Rae untuk tahap-tahap percintaan yang sebaiknya dia lakukan. Sejauh ini Kang Si Yong merasa dia tidak pernah mendesak Cha Yo Han untuk apapun. Hubungan percintaan mereka tidak boleh membuat beban mereka bertambah.
“Aku ingin kau tinggal di sini, Kang Si Yong. Aku tidak tahu apakah ini terlalu cepat tapi aku sangat ingin melihat wajahmu di saat aku pertama kali membuka mata di pagi hari …,” bisik Cha Yo Han.
Kang Si Yong menggigit bibirnya. Apakah ini sesuatu yang akan membebani hubungan mereka di masa depan? Kang Si Yong tidak ingin memberikan tekanan apa-apa kepada Cha Yo Han.
“Gyosu-nim, maaf, tapi apakah kau melakukan ini karena ceritaku tentang pernikahan Mi Rae tadi?”
“Oh, tidak. Aku sama sekali tidak melakukan ini karena Mi Rae akan segera menikah. Bukan, bukan itu sama sekali penyebabnya. Aku sudah lama ingin mengatakan ini kepadamu. Hanya saja aku merasa harus menemui ibumu terlebih dahulu, dan syukurlah aku telah menemui ibumu kemarin siang …,” kata Cha Yo Han.
Kang Si Yong tampak begitu panik. Untuk apa Gyosu-nim menemui ibuku?
Cha Yo Han menjadi teringat kembali pembicaraan dengan Tae Kyung Gyosu-nim di sebuah kafe di dekat RS Hanse. Perempuan paruh baya dengan rambut pendek yang sudah memutih seluruhnya itu tampak tenang menanti kehadiran Cha Yo Han di sebuah meja kafe.
“Maaf sudah membuatmu menunggu, Gyosu-nim.” Cha Yo Han membungkuk sopan kepada perempuan pimpinan RS Hanse itu, Tae Kyung Gyosu-nim.
“Tidak masalah Cha Gyosu. Silahkan duduk, kau mengatakan di telepon bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kau bicarakan denganku. Apakah itu gerangan, Cha Gyosu-nim?”
Cha Yo Han menata nafasnya terlebih dahulu. Dia terbiasa tenang, sangat tenang malahan. Namun, momen ini menggetarkan sisi kekhawatirannya juga. Pada akhirnya perempuan di hadapannya ini bukan hanya pimpinan RS Hanse dan kolega sesame profesornya saja. Perempuan dengan tatapan tenang dan wajah bijaksana di hadapannya ini adalah ibu dari Kang Si Yong, kekasih yang begitu ia cintai.
“Saya bukan ingin membicarakan soal pekerjaan Tae Gyosu. Saya di sini ingin membicarakan tentang Kang Si Yong.”
Tae Kyung menaikkan alisnya. Dia tidak menyangka Cha Yo Han akan menghadapnya untuk membicarakan putrinya. Ya, dia sudah mengetahui hubungan mereka dan dia sama sekali tidak masalah dengan itu.
“Ada apakah dengan Kang Si Yong, Cha Gyosu? Apa maksudmu yang sebenarnya, Cha Gyosu?”
“Sebelumnya saya meminta maaf baru menemui Tae Gyosu sekarang. Pertemuan ini juga bukan karena Kang Si Yong meminta saya menemui anda. Kang Si Yong tidak pernah menekan saya untuk melakukan sesuatu yang tidak saya ingin lakukan. Saya di sini atas kesadaran dan kemauan saya sendiri…. Begini, Tae Gyosu, saya dan Kang Si Yong saling mencintai. kami sudah tiga tahun ini berpacaran. Hari ini saya hendak meminta izin kepada Tae Gyosu untuk mengajak Kang Si Yong tinggal di rumah saya. Apakah Tae Gyosu tidak keberatan jika Kang Si Yong tinggal bersama saya?”
Cha Yo Han menanti profesor perempuan di depannya untuk membuka suara. Sesungguhnya dia bahkan belum mengatakan kepada Kang Si Yong untuk mengajaknya tinggal serumah.
“Cha Gyosu, aku tahu kalian telah lama menjalin kisah asmara. Tidak masalah buatku sama sekali apa yang akan kau lakukan. Si Yong sudah dewasa. Aku mempercayai putri-putriku untuk hidup mandiri….”
“Kamsa hamnida. Terima kasih banyak, Tae Gyosu. Saya berterimakasih atas kepercayaan Tae Gyosu terhadap Kang Si Yong dan juga kepada saya.”
Tae Kyung tersenyum kepada Cha Yo Han. Kang Si Yong adalah putri bungsunya yang selalu menceritakan apapun kepada ayahnya. Kini setelah ayahnya meninggal dunia, Kang Si Yong menjadi dekat dengannya. Di dalam hati dia begitu bersyukur. Sepanjang usianya, baru di saat inilah anak-anaknya menjadi dekat dengannya. Kang Si Yong menceritakan semua harapan dan ketakutannya di dalam hubungan percintaanya dengan lelaki profesor anestesi jenius di hadapannya ini. sebagai ibu dia tahu betul bahwa anaknya sudah jatuh mencintai Cha Yo Han sepenuh jiwa raganya. Tiada yang bisa dilakukannya selain mendukung Kang Si Yong.
Cha Yo Han tersadar dari lamunannya saat Kang Si Yong berdiri. “Hasil analisa kimiawi darahmu hari ini baik, Gyosu-nim.”
“Syukurlah.”
Kang Si Yong hendak keluar dari lab pribadi itu saat tangan Cha Yo Han memegang tangannya.
“Si Yong-ah, apa aku terlalu memaksa? Kau boleh menolak. Ini hanya permasalahan sederhana berupa tempat tinggal. Sama sekali bukan sesuatu yang besar buatku. Kita sudah biasa makan malam di rumahku lalu aku akan mengantarmu dengan mobil untuk kembali ke apartemenmu…,”
“Gyosu-nim…, aku tidak tahu apakah ini sesuatu yang akan mengganggu hubungan kita atau tidak. Kalau iya, maka anggap saja aku tidak pernah mengucapkannya kepadamu, bagaimana, setuju?”
Cha Yo Han mengangguk. Kang Si Yong duduk di atas tempat tidur Cha Yo Han. “Aku, sangat ingin bisa tidur setiap malam di tempat tidur ini. Sangat-sangat-sangat ingin.” Kang Si Yong tersenyum lalu memegang jemari Cha Yo Han. Lelaki itu selalu menahan nafas jika jarak mereka sudah sedekat ini.
“Namun, aku sejujurnya memiliki prinsip untuk tidak tinggal serumah dengan lelaki manapun sebelum pernikahan…. Aku tahu prinsipku ini terdengar begitu kolot. Bagaimana mungkin gadis abad 21, dokter anestesi, tidak berpikiran terbuka…. Untuk itulah aku tidak pernah mengutarakan prinsipku ini kepadamu, Gyosu-nim. Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan kita tapi kalimat Gyosu-nim saat malam di mana kita memulai kembali hubungan ini selepas kedatangan Gyosu-nim dari Amerika selalu kuingat baik-baik,”
Cha Yo Han menatap perempuan di hadapannya. Ya, dia pun masih mengingatnya.
Kang Si Yong, tetaplah di sisiku, selalu bersamaku, aku mencintaimu, jangan pernah berniat atau berpikir meninggalkanku, begitu kalimat yang diungkapkan Cha Yo Han.
“Jadi aku sepertinya tidak bisa tinggal di rumahmu, Gyosu-nim…,”
“Bagaimana kalau kita menikah? Bagaimana, Kang Si Yong?”
Kang Si Yong tidak bergerak. Wajahnya terpaku pada kalimat barusan yang diucapkan oleh Gyosu-nim. Ia seolah membeku di tempat. A, apaa?
“Gyosu-nim! Apa yang kau katakan?”
“Ya, bagaimana kalau kita menikah? Tentu saja tidak pernikahan besar seperti kakakmu Kang Mi Rae. Mungkin hanya pernikahan di catatan sipil untuk sementara.”
“Gyosu-nim…,”
“Bagaimana, Kang Si Yong?”
“Apa kau serius?”
“Apa aku pernah tidak serius?”
Kang Si Yong tertawa. Benar juga. Lelaki kecintaannya ini tidak pernah tidak serius. Sepanjang pertemuannya dengan Kang Si Yong, Cha Yo Han selalu serius.
Kang Si Yong mengangguk sambil berkata, “Ya.... Ya. Ya, Gyosu-nim. Mari kita menikah!”
Cha Yo Han merengkuh Kang Si Yong ke dalam pelukannya. Aneh, dahulu dia tidak pernah memimpikan sama sekali bahwa dia akan bisa menikah.
Seumur hidupnya Cha Yo Han percaya bahwa penyakit CIPA yang dia miliki tidak boleh menjadi beban orang lain kecuali dirinya saja. Cha Yo Han yakin dia akan menghabiskan hidupnya seorang diri sebagai profesor anestesi. Pasien-pasiennya lebih dari cukup baginya untuk memberikan kebahagiaan.
Namun semua ini berubah saat Cha Yo Han bertemu dengan perempuan satu ini, Kang Si Yong. Kehangatan seorang Kang Si Yong begitu indah mewarnai kehidupan seorang Cha Yo Han yang selama ini diam membeku, tak bergerak kemana-mana.
Selama ini kupikir aku akan hidup hanya di tiga tempat ini saja, rumah-lab-rumah sakit, seorang diri. Aku tahu di dalam hatiku selamanya akan ada lubang di dalam hati, tempat terdalam yang tak mungkin bisa diisi oleh pasien-pasienku, dank au datang mengisi lubang itu, Kang Si Yong, bisik Cha Yo Han.
Aku mencintaimu, Kang Si Yong, bisik Cha Yo Han di telinga perempuan itu. Kang Si Yong tersenyum sambil membalas singkat, na-do, aku juga….
Selamat datang di rumahku, rumah kita, Kang Si Yong….
1 Tanggapan untuk " Topik 29 : FanFiction Doctor Jhon"
Ini ending yg kuinginkan dari Dr. John..
Makasih sudah menuliskannya kaka dea
Posting Komentar