OPINI TENTANG UI BARU-BARU INI



Baru-baru ini saya membaca tentang sebuah kabar yang ga mengenakkan dari kampus UI.

Ada tagline "UI Darurat Kekerasan Seksual".

Wow. Ada apa ini, ada apa ini, langsung saya cari tau sampai ke akar-akarnya.

Ternyata ada seorang mahasiswi yang dilecehkan oleh teman seangkatannya di apartemen dekat UI.

Mahasiswi itu dijebak dan dikunci di dalam apartemen.

Si mahasiswi berhasil melarikan diri dan langsung melaporkan ke dosen.

Namun, apa daya, dosen malah menganjurkan untuk tidak memblow-up kasus ini lebih lanjut dengan berbagai alasan.

Geram sih, geram banget.

Apalagi yang kaya begini-begini tuh enaknya langsung dihajar aja ke akarnya. DIKEBIRI!

Hih, serem amat Deyyy.

Lebih serem ngebayangin mahasiswi itu adalah keluarga kita loooh.

Anak perempuan kita, adik perempuan kita, atau salah satu keluarga kita pokoknya.

Si pelaku menggunakan apartemen temannya.

Sudah amoral, ga modal pula, sungguh ingin ku berkata kasaaaaaarr.

KASAR!!

Secara garis besar memang saya sangat bangga sama kampus saya sendiri, Universitas Indonesia.

Tapi saya sadari betul, sepertinya kampus-kampus besar itu punya "beban nama besar".

Beban ini yang bikin mereka enggan memproses lebih lanjut aduan tentang kejahatan mahasiswanya sendiri.

Inget dong, UGM juga pernah mengalaminya?

Cuma bedanya lokasinya di tempat Kuliah Kerja Nyata.

Mahasiswi UGM dilecehkan oleh teman sekelompok KKN-nya saat harus terpaksa menginap bersama di sebuah lokasi.

Saya pernah menulisnya juga kalau tidak salah.

Nah, benar kan, saya pernah menuliskannya..

Juga tentang pengalaman saya sendiri KKN di pulau terluar NKRI selama sebulan dengan teman cewe dan teman cowo.

Apakah tidak apa-apa Dey?

Tidak diapa-apakan oleh cowo-cowo?

Baca DI SINI NIH...

Jadi, apa opini kamu, Dey?

1. Kita harus sadar bahwa kita semua harus mendidik perempuan kita lebih aware lagi sama para predator seksual ini

2. Kita harus sadar bahwa kita berkewajiban mendidik para lelaki kita untuk mampu dan mau mengendalikan hawa nafsu mereka

3. Kampus-kampus besar justru harus malu terhadap nama besar mereka kalau mereka tidak mau memproses kebejatan-kebejatan mahasiswanya ini

4. Sudah saatnya kelekatan keluarga semakin dibangun, semakin dibangun lagi dan lagi.

Entah mengapa semua simpulnya terasa ada di kelekatan keluarga.

Anak laki-laki yang tidak mampu mengontrol, adalah produk keluarga.

Anak perempuan yang jadi korban, adalah produk keluarga.

Entah mengapa jadi keingetan pandemi Covid-19 ini sebagai momentum semua keluarga jadi lebih lekat lagi.

Lekat, bukan sekedar dekat.

Lekat, adalah kamu mencintai bukan dengan syarat, tapi dengan niat Lillah..

Lekat, adalah kamu menyayangi bukan dengan bayang-bayang masa lalu, tapi dengan harapan masa depan..

Ah, pusing

Semua jadi terasa berputar kalau ngomongin kasus kekerasan seksual macem begini ya?

Keluarga pelaku dan keluarga korban bertanggung jawab besar banget.

Entah kenapa saya yakin semua simpulnya ada di keluarga.

Ah, tiba-tiba saya jadi ingin mengajak semua mahasiswi untuk lebih peka.

Hati-hati.

Selalu peka.

Dan selalu berdoa dimanapun kalian berada.

Tentu pelakunya jadi pihak yang paling bersalah.

Tapi mari kita lebih asah lagi kepekaan, dan al hayya (rasa malu).

Malu jika diajak ke apartemen lawan jenis.

Malu jika diajak ke apartemen lawan jenis sendirian.

Btw, tentu aja korban ini tetaplah korban.

Ga ada niat sedikit pun dari saya untuk memberikan kesan "ah, dia juga salah, cowo kan kaya kucing dikasih ikan asin aja kalau ke cewe mah"

No, no, 

Big no.

Tapi mari kita ajari lagi keluarga kita soal adab, soal al-hayya (rasa malu) dan soal pengawasan Allah...

Eh, saya tidak melarang ke apartemen lawan jenis untuk ngerjain tugas.

Asalkan beramai-ramai sejak awal hingga akhir.

Karena adab lawan jenis salah satunya memang begitu.

"Tidak boleh berduaan saja"

Itu norma dalam Islam yang clear sekali melindungi kedua pihak.

Yang berpotensi menjadi pelaku dan berpotensi menjadi korban.

Tapi ya tentu saja ada sisi-sisi kisah lain yang butuh pertimbangan lain.

Antara keselamatan jiwa dan rasa malu, misalnya.

Saya pernah dengar keluhan "antara jalan kaki 1 km jam 1 pagi pulang dari sekre BEM atau diantar motor oleh lawan jenis"

Ya tentu jawabannya diantar motor lah. Karena itu menyangkut keselamatan jiwa.

Jam 1 pagi gitu jalan menembus hutan UI yang idih siang-siang aja gelap dan suka ada orang isengnya.

Jadi, apa kesimpulannya, Dey?

Huffff

Apa ya?

Mari lebih peka dan peduli lagi terhadap keluarga kita.

Ya anak, ya adik, ya sepupu, ya cucu, ya semuanya deh.

Ajari soal rasa malu, mengendalikan hawa nafsu, menghormati lawan jenis, dan menjadi sebaik-baik manusia.

Mwah!

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "OPINI TENTANG UI BARU-BARU INI"

Comment