Hai, assalamualaikum, para pembaca
blog ini dimanapun anda berada. Hehehe. 💕
Apakabarnya? Sekarang saya mau cerita
tentang suara tawa yang terindah di dunia ya. Dunia siapa? Dunia saya tentunya.
Ga tau soalnya beda-beda di dunia anda. (dey ah jayusss)😄
Jadi ceritanya suatu malam saya
mendapatkan sebuah telepon misterius.. Hah, misterius? Iya, misterius! Ga ada
namanya. Alias nomor itu belum pernah menelpon dan belum pernah saya simpan di
hp saya...
Oiya, buat yang baru aja kenal atau
belum terlalu kenal saya mendalam (Ejiyee) saya itu tipe orang yang sejujurnya
ga terlalu suka ditelpon.. Prefer lewat tulisan, mungkin karena pernah trauma
dulu, dulu banget yang ga tau kenapa, sekarang-sekarang saya tuh lebih suka
lewat chat alias text alias tulisan..💗💗💗💗
Nah, apalagi dari nomor yang ga
dikenal kan si penelponnya.. Makin ajalah senewen tuh. Diangkat apa ngga
diangkat nih? Qadarullah saya dituntun oleh Allah, tangan saya tergerak begitu
saja untuk mengangkat panggilan itu dan meletakkannya di telinga saya…
Sebuah suara terdengar…
….
….
“Assalamualaikum, de! Ini bapak!”
Ya Allah. Ternyata bapak saya yang
menelpon.. :’)
Ya Allah…. Seketika saat itu juga
saya merasa mendapat penghiburan terbaik dari Allah.. Ya, saya memang baru saja
melalui sebuah hari yang berat…
Dan begitu mendengar suara bapak
saya di ujung sana, saya tiba-tiba cerah kembali
“Waalaikumussalam, pak! Apakabarnya?
Bapak sehat?”
Di antara kalimat-kalimat dialog
selanjutnya antara saya dengan Bapak saya mengalir kebahagiaan, kehangatan, dan
kerinduan yang membuncah-buncah. Masya Allah.. Betapa rindu ternyata saya
selama ini dengan Bapak...💕💕💕💕💕💕💕
Ah, iya. Siapa tau ada yang belum
tau, kedua orang tua saya berpisah sejak saya kelas 2 SMP. Sudah lama sekali
Bapak tidak tinggal serumah dengan saya.
Perjumpaan kami pun cukup jarang.
Sejujurnya di hati saya sering
berkelebat pikiran-pikiran seperti :
1.
Apakah
saya durhaka jika tidak merindukan Bapak?
2.
Apakah
Bapak akan meninggal sendirian, benar-benar sendirian tanpa anak cucunya?
3.
Apakah
lawan dari cinta adalah ketiadaan rindu?
Wkwkwk. Terlalu dramatis digabung
terlalu lebay yah…😵😵😵😵
Pada akhirnya keputusan mengangkat
telepon Bapak adalah keputusan terbaik saya di malam itu. Alhamdulillah.
Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Saya jadi bisa bersimpati kepada
siapapun yang orang tuanya berpisah dan dia mengalami jeda ketiadaan pertemuan
dengan salah satu di antaranya.
Saya sungguh-sungguh bisa
bersimpati..😊😊😊😊
Tidak mudah menjalaninya, kawan..
Tetapi bersama Allah tiada hal yang mustahil. Pada akhirnya perpisahan kedua
orang tua bagi saya memiliki hikmah-hikmah seperti :
1.
Ujian
dari Allah itu bisa bermacam-macam. Ada yang kesulitan finansial, ada yang
kesulitan pernikahan, ada yang kesulitan lain-lain. Perpisahan kedua orang tua
saya adalah ujian dari Allah untuk menilai kedua orang tua dan keluarga kami
bagaimana meresponsnya
(Hmmm… ini sisi
relijius saya kayanya…)
2.
Pernikahan
itu butuh ilmu dan iman untuk mempertahankannya. Setelah menjalani sendiri
proses pernikahan, sejauh ini alhamdulillah saya jadi semakin mengerti. Tidak ada
pasangan yang sempurna. Kita selalu butuh ilmu dan iman untuk menyempurnakan
pernikahan.
(Hmmm… ini
akibat sering baca buku teori psikologi pernikahan kayanya…)
3.
Perpisahan
kedua orang tua saya adalah peristiwa kompleks yang sampai kapanpun akan jadi
rahasia illahi. Maksud saya, fakta dan perasaan akan bercampur jika saya
menanyakan kepada kedua orang tua saya. Maka pada akhirnya saya mengolahnya
sebagai keputusan mereka berdua yang disetujui Allah maka berujunglah
perpisahan itu
(Hmmm… ini
hasil diskusi dengan suami saya kayanya….)
Ah, lalu
siapakah tawa terindah di judul tulisan ini, Dey?
Bapak saya
tentu saja…😉😉😉
Di sela-sela
telponnya, Bapak tidak menyadari bahwa setiap dia tertawa saat bercerita maka
saya terdiam. Hening lama. Jeda..
Saya menikmati
betul mendengarkan tawa dari Bapak. Sebuah kejutan bahwa tawa itu saya anggap
tawa terindah di dunia saya
:’)
Sebuah tawa
yang langka tetapi sangat bermakna.. Tawa yang menggema melintasi sukma dan
kenangan-kenangan masa kecil saya.
Sebuah tawa
yang menyegarkan jiwa saya begitu cepat, sangat-sangat cepat.
Ah,
Sepertinya sampai
kapanpun saya merindukan Bapak. Betapapun saya sering mengingkarinya…
😊😊😊😊😊
Belum ada tanggapan untuk " Tawa Terindah Di Dunia"
Posting Komentar