Pada kesehariaan saat ini, jamak kita temukan keluarga yang tinggal
seatap bersama orang tua mereka. Keluarga tersebut terdiri dari tiga generasi
yaitu anak-orang tua-kakek/nenek. Kebersamaan di bawa satu atap itu tidak
jarang menghasilkan konflik-konflik. Misalnya saja konflik pengasuhan.
Banyak orang tua yang keduanya bekerja menitipkan anak-anaknya pada
kakek-nenek atau ditemani oleh pengasuh. Tidak jarang hal ini menyebabkan
konflik pola asuh antara kakek-nenek dan orang tua. Kakek-nenek menerapkan pola
asuh berdasarkan kepribadian, pengalaman, dan pola didik mereka di masa kecil. Sementara
itu orang tua menerapkan pola asuh yang merupakan hasil asimilasi dari
teori-teori pengasuhan yang banyak beredar.
Sebetulnya kehadiran kakek-nenek dalam sebuah rumah tangga memiliki
efek positif bagi anak-anak. Mereka mendapatkan pengalaman bermain kakek-nenek,
kisah leluhur, yang bisa jadi tidak diketahui oleh kita sebagai orang tua.
Tetapi kadang-kadang terjadi konflik pola asuh antara kita dengan
kakek-nenek saat berhadapan dengan si kecil. Ada yang orang tuanya bersikap
permisif alias membolehkan segalanya. Ada juga yang kakek-nenek bersikap
otoriter alias bersikap mendidik secara tegas dan keras. Atau sebaliknya, orang
tua yang berusaha menerapkan peraturan, dimentahkan oleh kakek-nenek yang
merasa peraturan itu tidak membahagiakan cucu-cucunya.
Dampak adanya konflik ini tentu saja tidak main-main. Anak-anak
dapat mengalami kebingungan dan kesulitan mendapatkan role model yang tepat.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir konflik tersebut?
1.
Lakukan komunikasi
apa saja peraturan di dalam keluarga kecil kita kepada kakek-nenek. Sampaikan
dengan lembut bahwa kita memiliki maksud dan tujuan baik di balik menerapkan
peraturan tersebut.
2. Hargai pendapat
kakek-nenek bila mereka mempunyai cara pandang yang berbeda. Perbedaan generasi
tentu menyebabkan adanya perbedaan cara pandang antara kita sebagai orang tua
dengan kakek-nenek. Tetapi sampaikan bahwa tugas kita sebagai orang tua adalah
mengasuh dan mendidik anak kita dengan cara terbaik sesuai zamannya. Berikan
penghargaan kepada kakek-nenek atas niat mulia mereka memberikan pengasuhan
meski kadang tidak sejalan dengan visi kita.
3. Jalin keakraban
dengan kakek-nenek. Kita sebagai orang tua sering luput untuk memperhatikan
kakek-nenek yang telah membesarkan dan mendidik kita. Misalnya dengan
mengajaknya makan di luar atau rekreasi. Atau sering mengobrol di hari-hari
libur. Berikan kasih sayang dan rasa hormat yang tulus kepada kakek-nenek agar
mereka merasa dihargai. Jika orang tua kita tipe yang tidak bisa diajak komunikasi efektif,
buatlah anak lebih percaya kepada kita orang tuanya daripada kakek-neneknya.
Jalin kedekatan dengan anak melebihi biasanya dan jangan sekali-kali berbohong
kepada si kecil.
Tinggal serumah dengan kakek-nenek sejatinya merupakan sebuah tantangan bagi keluarga masa kini. Mampukah mereka menyeimbangkan antara teori pengasuhan bagi anak-anak dengan pemahaman mengenai kepribadian lansia yang juga memiliki karakteristik yang khas.
Menurut teori psikologi perkembangan, usia kakek-nenek merupakan usia di mana seseorang sudah mencapai tahap kedewasaan kedua setelah yang pertama di masa mudanya dahulu. Ini akibat pemahaman mengenai kematian yang sudah semakin mendekat.
Perubahan cara pandang mereka terhadap ketidakmampuan mereka memenuhi target-target mereka di masa muda sering berimbas pada sikap permisif kepada cucu-cucu. Selain itu, bagi kakek-nenek yang mengalami perpisahan baik itu perceraian atau kematian pasangan, memiliki kecenderungan untuk menampilkan emosi negatif. Hal-hal semacam itu membutuhkan pertimbangan yang matang dari kita sebagai anak sekaligus orang tua. Inilah saatnya menampilkan keseimbangan dalam bersikap tegas sebagai orang tua tetapi juga lembut dan memahami orang tua sebagai anak.
Selamat hidup bersama kakek-nenek!
Referensi :
Developmental Psychology oleh Diane E. Papalia.
Serunya Anak Usia Dini oleh Tim Preschool Online.
www.cantik.tempo.com
Tinggal serumah dengan kakek-nenek sejatinya merupakan sebuah tantangan bagi keluarga masa kini. Mampukah mereka menyeimbangkan antara teori pengasuhan bagi anak-anak dengan pemahaman mengenai kepribadian lansia yang juga memiliki karakteristik yang khas.
Menurut teori psikologi perkembangan, usia kakek-nenek merupakan usia di mana seseorang sudah mencapai tahap kedewasaan kedua setelah yang pertama di masa mudanya dahulu. Ini akibat pemahaman mengenai kematian yang sudah semakin mendekat.
Perubahan cara pandang mereka terhadap ketidakmampuan mereka memenuhi target-target mereka di masa muda sering berimbas pada sikap permisif kepada cucu-cucu. Selain itu, bagi kakek-nenek yang mengalami perpisahan baik itu perceraian atau kematian pasangan, memiliki kecenderungan untuk menampilkan emosi negatif. Hal-hal semacam itu membutuhkan pertimbangan yang matang dari kita sebagai anak sekaligus orang tua. Inilah saatnya menampilkan keseimbangan dalam bersikap tegas sebagai orang tua tetapi juga lembut dan memahami orang tua sebagai anak.
Selamat hidup bersama kakek-nenek!
Referensi :
Developmental Psychology oleh Diane E. Papalia.
Serunya Anak Usia Dini oleh Tim Preschool Online.
www.cantik.tempo.com
1 Tanggapan untuk "Mengatasi Konflik Pola Asuh Antara Kakek-Nenek Dan Orang Tua"
Thanks infonya, menarik banget. Oiya ngomongin pola asuh anak, ternyata ada loh cara asuh yang cerdas biar anak itu bisa sukses di masa depan seperti miliarder Bill Gates. Gimana caranya? Yuk liat selengkapnya di sini: Cara asuh orang tua Bill Gates
Posting Komentar