Kesempatan Terakhir Haruma

 


Erika

Aku menekan kode pada pintu masuk apartemen Haruma dengan tangan kiri sembari tangan kananku tetap menopang tubuhnya yang sudah tidak sadar karena mabuk.  Ah, aku ingin memberi applause kepada diriku sendiri pada hari ini. Sejak pagi tadi aku telah berjibaku menjadwalkan kegiatan Haruma dan di malam hari aku harus berjibaku menyeretnya pulang.

Pintu apartemen terbuka, ruangan penuh kaca dengan sofa panjang dan meja kecil berbentuk bulat putih dengan sekeranjang buah sintetis, menyambutku.

Kurebahkan Haruma pada sofa panjang. Ugh, meskipun aku tahu menjadi manajer artis kadang merangkap menjadi asisten pribadi juga, tapi tidak kusangka aku kuat juga menyeret Haruma ke apartemennya ini. Aku harus berterimakasih kepada personal trainer-ku di gym besok!

“Erika-chan….” Suara Haruma lirih memanggil namaku. Sontak langsung kudekatkan telingaku ke mulutnya. Apakah dia meminta sesuatu sebelum tertidur lelap? Dia sangat limbung akibat minum-minum terlalu banyak di pesta perilisan film tadi.

“Erika-chan.... Jangan pulang, Erika-chan. Jangan…. Erika-chan, mengapa tidak ada yang pernah bertanya apa keinginanku, Erika-chan…. Aku ini tidak minta apa-apa selain dicintai, Erika-chan…. Ibuku saja tidak mencintaiku, Erika-chan….” Haruma menceracau di dalam tidurnya. Matanya terpejam tapi bibirnya bergerak mengeluarkan aneka kalimat yang baru kudengar jika dia mabuk.

Ya, aku memang terbilang baru dalam menjadi manajer Haruma-kun. Total baru satu tahun terakhir ini aku mendampingi Haruma dalam kehidupan karirnya sebagai artis.

Desas-desus mengatakan bahwa seorang Haruma Kyouya sudah tidak lagi memiliki masa depan sebagai seorang artis. Berani betul mereka yang mengatakan hal itu. Suatu hari presdir agensi tempat Haruma menelponku agar mau menjadi manajer Haruma. “Saatnya dia perlu sentuhan seorang Erika Haibara untuk kehidupan karirnya”, begitu desis presdir saat membujukku menangani Haruma.

Aku setuju. Tidak ada yang tidak mungkin bersamaku, Erika Haibara, si spesialis penyelamat karir artis-artis papan atas Jepang. With Erika, no one will drowning, begitu motto di dalam pekerjaanku. Aku berhasil membuat Yui Komatsu kembali bersinar setelah hiatus lima tahun sejak melahirkan. Aku juga yang berhasil  membuat Takeshi Kudo dikontrak oleh sutradara Korea Selatan untuk drama terbaru TV satelit nomor 1 di Korea Selatan.

Aku pun menyetujui kontrak sebagai manajer Haruma untuk tiga tahun ke depan. Setelah penandantanganan kontrak sebagai manajer, aku langsung mengadakan meeting dengan Haruma untuk membahas rencana karirnya ke depan.

Aku memiliki segudang rencana untuk Haruma. Pertama-tama aku menggandeng aktris Korea Selatan dalam pemotretan cover majalah mode sebagai gebrakan awal. Harus diakui dunia entertainment Korea Selatan sedang menjadi kiblat bagi keseluruhan Asia, bahkan dunia.

Dengan menggandeng aktris Korea Selatan, kuperkirakan pamor Haruma akan terdongkrak. Betul saja, setelah majalah mode di mana Haruma menjadi cover-nya bersama aktris Korea Selatan itu dirilis, ponselku terus menerus berdering. Beberapa produsen elektronik dan mode tertarik menjadikan Haruma sebagai modelnya dan dua sutradara menawari naskah drama dan film untuk Haruma.

Semua berjalan baik-baik saja. Ya, rencana mengembalikan Haruma tidak akan susah. Haruma memiliki wajah tampan yang sulit ditampik para sutradara. Hidung mancung Haruma begitu kokoh menjulang pada rahang kukuh yang disertai dengan mata hitam lebar penuh daya pikat itu. Setiap gaya tatanan rambut cocok pada Haruma, meskipun itu panjang sebahu, tetap akan cocok padanya.

Usia Haruma tahun ini baru menginjak 30 tahun. Secara hitung-hitungan industri entertainment Jepang, usia karir Haruma masih panjang. Haruma juga tidak memiliki kekasih, yang mana hal itu -maaf saja- seringkali membuat aku sebagai manajer kerepotan.

Bayangkan saja, aku harus mengatur agar tidak ada media yang meliput berita artisku sedang berkencan dengan kekasihnya. Bisa-bisa hal itu mengganggu karir mereka yang sedang berjalan. Intinya big no no untuk kisah kasih romansa! Mereka hanya boleh memadu kasih setelah usia 35 tahun ke atas. Itu pun kalau disetujui oleh fans-fansnya yang bringas luar biasa.

Ah, aku suka pekerjaan menjadi manajer artis ini.

Akulah yang mengatur, melindungi dan meroketkan karir sosok-sosok yang sering kalian puja-puji di layar kaca. Tingkat kelelahanku terbayar seketika hanya dengan melihat artisku dikerubuti fansnya di acara jumpa fans. Tentu saja itu selain hari di mana aku mendapat cek atas bayaranku sebagai manajer.

Sebuah cek dengan nilai fantastis yang takkan kutukar dengan apapun di dunia ini. Bayangkan saja bayaranku per bulan adalah sepuluh kali lipat biaya seorang lajang di Tokyo!

Aku melirik kepada Haruma. Tubuh 180 cm-nya tergeletak pasrah di atas sofa panjang. Dadanya naik turun dalam irama dengkur halus. Sepertinya dia sudah masuk ke dalam alam mimpi. Kuletakkan tas dan jas-nya di atas meja. Besok pagi aku akan menjemputnya pukul 10 pagi. Kulihat jam tangan pada pergelangan tangan kiriku, pukul 11 malam. Semoga besok Haruma mendapatkan cukup tidur. Wajah tampannya tidak boleh terlihat kuyu. Besok ada meeting pertama dengan sutradara drama yang akan meminang Haruma menjadi tokoh utama dalam dramanya.

Aku baru saja akan berdiri saat Haruma berkata lirih, “Erika-chaan….” Ah, pasti dia ingin air putih. Aku menuju dapur di sisi kiri apartemen. Kuambil segelas air dan membawakannya untuk Haruma. “Haruma-kun… ini air putihmu. Ayo, minum dulu,” ujarku sambil memegang tangan Haruma. Tiba-tiba yang terjadi adalah sebaliknya. Tanganku digenggam dengan sangat erat oleh Haruma. “Erika-chaan…. Aku tidak mau bangun besok pagi. Aku ingin tidur panjang, aku tidak mau bekerja, Erika-chaan….” Suara Haruma serak bercampur air mata. Tangan Haruma menggenggam erat tanganku.

Aku menghela nafas panjang. Aku sudah diberitahu segalanya oleh Haruma terkait sisi gelap kehidupannya yang memiliki kondisi depresi  sedang yang sudah menahun diderita olehnya. Kondisi tersebut membuat Haruma kerap mengalami mental breakdown, sebuah istilah yang jika terjadi pada Haruma maka dia akan meng-cancel semua pekerjaan apapun yang terjadi, meskipun agensi harus membayar biaya ganti rugi yang tidak sedikit. Wajar jika popularitas Haruma semakin menurun setiap tahun.

“Haruma-kun, besok kau bisa bangun tidak terlalu pagi. Tidurlah hingga pukul 10 pagi. Aku akan menjemputmu ke sini. Jadwal meeting dramamu besok adalah pukul 1 siang. Oke, Haruma-kun? Jadi tenang saja. tidak usah berpikir macam-macam dan tidur saja yang nyenyak malam ini, oke? Aku akan menjemputmu besok.”

Kuletakkan tangan Haruma ke sisi tubuhnya kembali. Kuambil tasku dan beranjak bangun dari sofa itu ketika kurasakan tangan  Haruma menarik bajuku.

“Erika-chan, apa aku boleh meminta sekali saja untuk dipeluk olehmu?” Haruma sempoyongan mencoba duduk sambil merentangkan tangannya kepadaku. Wajahnya memerah karena mabuk tapi mata hitamnya merajuk seperti anak kecil meminta dipeluk oleh ibunya.

Aku menghela nafas. Lagi-lagi tugas manajer yang sering diasalahpahami oleh para fans adalah pengawas dan pemutus kebahagiaan para artis. Padahal sering kali kamilah yang menyediakan kebahagiaan bagi para artis-artis kesepian ini.

Bayangkan saja meskipun aku sudah berusia 38 tahun dan masih belum menemukan sosok lelaki idaman ini, itu semua karena kesibukanku menjadi manajer para artis ini. Sudah begitu di siang hari aku bekerja membanting tulang menjadwalkan segala kegiatan Haruma, kini aku harus menjadi sosok yang rela dipeluknya di malam hari. Jujur, aku lebih suka membanting tulang daripada membanting perasaan begini tapi otakku segera mengingatkan bahwa besok ada meeting drama terbaru Haruma. Huft, baiklah!

Kupeluk erat Haruma sambil mengelus-elus punggungnya. Bau alkohol yang menyeruak membuatku otomatis mengernyitkan hidung. “Bagaimana, Haruma-kun? Kau sudah lebih lega sekarang? Jangan berpikir terlalu kemana-mana, oke? Sekarang kau tidur saja dulu”

Tidak ada suara. Haruma memeluk erat tubuhku sampai aku sesak.

“Arigatou, Erika-chan. Aku bersyukur ada dirimu, Erika-chan. Pasti sulit untuk menangani artis sepertiku.” Suara Haruma lebih mirip seperti permohonan maaf seorang anak kecil kepada ibunya. Kuusap punggungnya lagi untuk memberinya dukungan. Pasti sulit bagi Haruma untuk mengatasi semua ini. Desakan dari fans, agensi, ataupun keluarganya untuk kembali naik ke puncak ketenarannya tidaklah mudah untuk dilalui oleh Haruma.

“Erika-chan sangat baik. Aku akan datang ke acara apapun yang Erika-chan jadwalkan besok!” Haruma melepaskan pelukannya dan melemparkan dirinya ke sofa panjang. Sambil bergumam tidak jelas, Haruma menaikkan kakinya dan mulai meringkuk seperti bayi dan tertidur pulas. Astaga….

Kutatap wajah Haruma yang kini sudah pulas tertidur. Dengan ketampanan dan kepandaiannya berakting, sungguh menyedihkan jika dia tidak bahagia dengan apa yang dia peroleh saat ini. Aku manajernya. Sudah tugasku memastikan Haruma masuk di dalam pantauan radar para produsen brand ternama dan raja pertelevisian di Jepang.

Sampai betemu besok, Haruma, ujarku sambil tersenyum kepada artisku itu.

Aku beranjak mengambil tas dan melangkah keluar dari apartemen Haruma.

Haruma

 Erika manajer baruku itu sangat hangat sekali orangnya. Ia mengingatkanku kepada kehangatan ibuku. Ah, ibuku. Apa kabarnya dia? Aku merindukannya. Sangat-sangat merindukannya. Namun ibuku tidak mau menemuiku sebelum aku merajai kembali tangga popularitas drama dan film. “Jangan terlalu banyak berpikir, Haruma!”, begitu bentak ibuku. Ibuku juga menginginkan agar aku tidak mengurangi jatah uang yang kuberikan kepadanya. Ibu, aku sedang berjuang untuk sekaya Haruma yang dulu tapi tidak bisakah aku memelukmu, Ibu? Aku teramat merindukanmu, Ibu. Tidak bisakah kau menerimaku apa adanya, Ibu?

Aku meringkuk di atas sofa panjang. Kepalaku terasa sangat berat. Aku masih merasakan hangat pelukan Erika tadi. Pelukan itu lebih dari cukup untukku pada malam hari ini. Setidaknya sebotol pil tidur di kamarku akan kembali tertunda satu hari lagi. Mataku menangis diam-diam dalam pelukan kegelapan.

#1424kata

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kesempatan Terakhir Haruma"

Comment