Tiap ada orang bertanya bagaimana aku melahirkanmu, akan ada jeda
panjang sekali
Ya, aku terhenti berkata. Tak siap ditanya atau ada rasa
tertegun menguar.
Melahirkan, beberapa kenalanku yang sedang hamil mulai
mencari info bagaimana dan di mana sebuah proses melahirkan itu aku jalani,
nak.
Aku dan ayahmu sama-sama tersiram perasaan haru selembut
beledu setiap mengenangnya.
Bahkan aroma pewangi pakaian yang dipakai pada kain bedongan
pertamamu selalu diingat dengan baik oleh ayahmu.
Hingga suatu ketika ia tengah sholat maghrib di masjid dan
berpapasan dengan orang yang memakai aroma pewangi pakaian yang sama, ayahmu
terhenyak,nak. Lama sekali. Diam dan tertegun.
Melahirkanmu sejatinya adalah titik terharu biru aku sebagai
perempuan.
Ya, aku tak merasai hangat leburnya jiwa saat normal
melahirkan.
Aku melahirkanmu dengan berbeda, melalui perut alias section
caesaria.
Tak kurang kebas ayahmu menggigil gemerutuk menunggui di
luar ruang operasi.
Air mata ayahmu luruh,nak. Ia kalut dalam perasaan tak
berdaya entah siapa yang selamat dalam operasi itu.
Perut dibuka. Apapun bisa terjadi. Emboli, itu ancaman yang nyata,nak.
Melahirkanmu nyaris 10 bulan yang lalu membuatku selalu
mengigit bibir menahan pilu.
Jeri dan nyeri pada saat melahirkan tak sebanding bila jeri
dan nyeri yang masih terkenang bahkan untuk waktu yang lama, nak.
Aku selalu berpesan pada yang akan melahirkan. Berikhtiarlah
semaksimal mungkin. Berdoalah semaksimal mungkin. Lalu berpasrahlah sebab Allah tak mungkin tak
menolongmu
Kukira ayahmu saja yang sentimental karena terkenang aroma
pewangi pakaian kain bedong pertamamu.
Oh, rupanya aku juga.
Aku selalu ingat baju yang aku kenakan saat melahirkanmu. Saat
kakiku kebiruan menahan pias pasi mulas bergemuruh di rahim
Mata hatiku berkaca-kaca,nak. Aku ingin jadi ibumu yang
sholihat. Pasti Allah memiliki hikmah kenapa aku dan dirimu bisa selamat
melalui malam kelahiran yang sangat unpredictable itu,nak.
Semoga karena kamu ditakdirkan jadi lelaki sholih pengemban
amanah kebangkitan ummat ini, nak.
Dan aku, ibumu, akan mengupayakan jadi ibu yang bisa mengiringi pencapaian keshalihanmu, anakku.
Aku sayang padamu.. Selalu.
Melahirkanmu adalah kisah biru sekaligus merah darahku
cintaku membaur untuk hidupmu, anakku tersayang
Depok, saat mentari pagi menyorot muka pulasmu yang tengah
tertidur, 04 Februari 2014.
Untukmu, Ksatria Adhikara Ahmad.
Belum ada tanggapan untuk "Melahirkanmu Ksatria"
Posting Komentar