Makna Anak Bagi Seorang Dea Adhicita


Di dalam agama Islam, salah satu tujuan pernikahan adalah mendapatkan keturunan. Salah satu, lho. Bukan yang utama dan bukan yang satu-satunya.

Konon suami saya sendiri meminang saya karena jatuh hati pada sosok saya yang keibuan (sebelum menikah). Hihihihi. Sebab ternyata setelah menikah ternyata tidak keibuan-keibuan sekali, ya?
Alhamdulillah saya termasuk yang dikaruniai anak dalam jarak “cepat”  yaitu satu tahun setelah pernikahan, saya melahirkan anak pertama saya, Ksatria. Saya ingat betul bahwa saya sempat punya angan-angan indah bahwa tanggal lahir Ksatria akan sama dengan tanggal pernikahan karena hari sebelum tanggal tersebutnya saya mengalami kontraksi-kontraksi menjelang persalinan.

Namun, apa daya takdir Allah yang paling terbaik. Ksatria lahir melalui operasi sesar mendadak setelah melalui pembukaan 1 – 7 yang diakhiri dengan ketuban yang keluar dalam keadaan sudah berwarna hijau.

Saya dan suami menikah di tanggal 6 Mei 2012 dan Ksatria lahir tanggal 7 Mei 2013. Hanya berbeda satu hari, tentu saja tetap alhamdulillah saya jadi lebih mudah mengingatnya.

Hehehe.

Anak adalah anugerah terbesar. Namun, anak juga merupakan ujian terbesar. Di dalam Al-Qur’an kitab suci umat Islam disebutkan bahwa anak-anak dan juga harta adalah ujian seseorang di dunia ini.

Dahulu saya kebingungan membaca ayat ini. Lho, mengapa anak bisa menjadi ujian? Bukankah dia nikmat dan anugerah dari sisi Allah SWT?

Ternyata memanglah benar, sejatinya anak-anak adalah ujian. Saya menyetujuinya dan saya meyakininya. Namun, bukan ujian sembarang ujian, melainkan ujian untuk masuk ke dalam syurga-Nya kelak. Aammiin allahumma aaamiiin.

Bagi saya kedua putra saya bermakna ujian yang mendewasakan. Bagaimana tidak, mereka lahir sesuai rencana Allah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui mengapa mereka dengan segenap karakteristiknya dilahirkan dari ibu seperti saya ini.

Namun, perlahan tapi pasti Allah menunjukkan kuasa-Nya. Saya sedikit demi sedikit dibukakan oleh Allah tentang rahasia anak-anak terlahir ke dunia ini melalui rahim saya….

Mereka adalah ruang akselerasi saya, tempat saya melompat maju dan belajar banyak hal berkat kehadiran mereka. Mulai dari kemampuan hingga permaafan masa lalu.

Mereka juga adalah sosok-sosok guru kehidupan, tempat saya memaknai segala teori yang pernah saya dapatkan di bangku perkuliahan lalu mengejawantahkannya menjadi sebuah praktik pengasuhan yang tulus, membumi serta menghargai setiap prosesnya.

Ah, anak-anakku, kedua putraku, maafkan Ibumu ini yang terlambat memahami keberadaan kalian di dalam kehidupanku.

Semoga hari-hari ke depan bisa kita isi dengan sebaik-baik proses pengasuhan dan pendidikan, ya, Nak.

Ibu ingiiin sekali kelak saat ibu meninggal dunia kalian mewarisi nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai keislaman. Kalau sudah begitu sudah selesailah tugas Ibu dan Ayah di dunia ini, membimbing kalian menjadi lelaki-lelaki kokoh tubuh, kokoh jiwa dan kokoh iman.

Alhamdulillah. Ibu sekali lagi bersyukur, alhamdulillah, Ibu mendapatkan anugerah kehadiran kalian di dalam kehidupan Ibu.

Semoga Allah menolong Ibu dalam membesarkan kalian ya anak-anakku, para putraku. Sebab hanya dengan pertolongan Allah kita mampu melalui hari-hari yang tidak mudah ini.

Bismillah.

Kumaknai kalian duhai anak-anakku sebagai saranaku menuju syurga-Nya. Setiap lelahku membersamai kalian, setiap kesabaran yang baru kupelajari namun langsung kupraktikan saat mendidik kalian, semoga semua itu menjadi alasan Allah ridho kepadaku.

Allahumma aaamiin.

Tumbuh besarlah sehat-sehat selalu duhai anak-anakku tersayang. Kalian adalah agen perubahan yang bahkan tanpa sadar mengubah diri Ibu kalian sampai ke akar-akar masa lalunya.

:’)

Terimakasih, Nak. Sebab telah mengajari bagaimana untuk memaafkan dan belajar dan bersuka-ria dalam satu proses yang panjang.

Ya Allah, tolonglah kami dalam mendidik anak-anak kami. Ya Allah, tolonglah kami dalam menjagai anak-anak kami. Semoga anak-anak kami tumbuh menjadi anak yang sholeh, cerdas, dan bermanfaat luas bagi sesama.

Aaammiiiin!




#560kata

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Makna Anak Bagi Seorang Dea Adhicita"

Comment