Rencana Allah Di Atas Rencana Manusia

Hey semua, apa kabar?

Saya sehat. InsyaAllah begitu.

Ini tentang ke-tidak-masuk-akal-an tapi sering terjadi..
Ini tentang rencana manusia yang selalu tunduk di hadapan rencana Allah

This is about Ksatria's Birth Story dalam sudut pandang ke-aku-an. Mengapa saya bilang ke-aku-an? Sebab selalu ada sudut pandang lain harusnya : ke-bersyukur-an
.......



Near-death experience


27 Agustus 2013. Tercatat seperti itu tanggal ketika saya menulis ini. Sudah hampir karam blog ini ditinggal penulisnya. Sudah terlalu lama saya merindu untuk menulis di sini..
Hai semua. This is me. Dea. Setelah hampir 4 bulan lamanya akhirnya bisa kembali di sini adalah sebuah…hmm..Anugerah dari Allah SWT..


Dari judulnya pasti pembaca sudah bisa menebak saya mau cerita tentang apa.. Yap, near-death experience yang saya maksud adalah melahirkan..


Postingan terakhir di blog ini (pasti) mengenai kehamilan, dan sungguh tidak sopan kalau postingan berikutnya adalah bukan tentang kelahiran..


Yap, saya sudah melahirkan.. Di tanggal 7 Mei 2013 di pagi yang indah, bertepatan dengan adzan Subuh, seorang bayi laki-laki lahir dari rahim saya.. Indah, magis, tapi juga serupa mimpi buruk.
Mimpi buruk?


Mungkin mimpi agak buruk di mata saya tapi rencana terindah di mata Allah SWT.
Saya melahirkan secara SC. Sectio Caesaria. Bahasa di sini menyebutnya operasi Caesar.
:”(
Oh sungguh, maaf, dari awal blog ini serupa tong penyaluran segala rasa saya. Sungguh maafkan saya duhai diri saya di masa depan ketika membaca ulang blog ini.


Saya mulai merasakan kontraksi sejak tanggal 6 Mei 2013. Tepat di hari ulang tahun pertama pernikahan saya.. Saya begitu gembira membayangkan saya akan melahirkan, normal, di bidan, dan kemungkinan di hari anniversary pernikahan.


Tapi di pembukaan ke-7, di saat pukul 1.30 pagi 7 Mei 2013, setelah 2 jam di rumah bidan…ternyata ketuban saya sudah berwarna HIJAU… Tidak ada lagi tawar menawar, tidak ada lagi kompromi..


Kondisi saya genting, saya harus dioperasi saat itu juga… Ketuban hijau ini bisa meracuni bayi saya bila dibiarkan lebih lama lagi… Bayi saya bisa tidak tertolong bila dibiarkan keluar dari secara normal. Ia bisa meminum ketuban hijau itu


Dalam keadaan marah, sempit dada, kontraksi berdenyar, saya merasa dunia saya runtuh saat itu juga..


Saya tidak kuasa mengontrol diri.. Setiap kontraksi menjadi jutaan kali lipat sakitnya. Allah, mengapa saya harus dioperasi? Tanya seperti itu menggema di dini hari itu.


Keluarga saya sepakat dengan bidan saya untuk membawa saya ke RS terdekat dari rumah bidan. Dikhawatirkan terjadi efek lain bila perjalanan terlalu lama.
Di perjalanan rahim saya bergemuruh..Kontraksi namanya…Dan saya terbalut rasa pengingkaran sangat tinggi untuk operasi ini maka saya pun berteriak-teriak tak karuan..


Sakit,,sakiit,,dan semua orang harus menahan saya untuk mengejan karena dikhawatirkan si bayi slip di pinggul saya atau meminum air ketuban hijau tadi


Perjalanan ke RS sesungguhnya tak lebih dari 3 menit. Dekat, sangat dekat. Tapi bagi saya rasanya serupa perjalanan 35 jam.


Di RS saya harus menunggu seluruh tim dokter dipanggil karena mereka tentu saja tidak standby. Lagi-lagi rahim saya bergemuruh. Jiwa saya berontak. Saya ingin melahirkan normal. Tapi didesak seperti apapun bidan dan para perawat tak kuasa berbuat apapun sebab ternyata kepala bayi saya masih agak di atas posisinya.


Setelah menunggu nyaris setengah gila, para tim dokter pun datang. Itulah kali pertama saya dioperasi seumur hidup saya.


Dinginnya ruang operasi..Rasa sakit kontraksi..Semua menyatu dengan runtuh bangunan jiwa saya..


Aurat saya terlihat oleh tim dokter. Saya nyaris putus asa.. Saya ingin lompat keluar ruangan operasi, lari sekencang mungkin.. Meski sudah 4 bulan, saya masih ingat apa perasaan saya di dini hari itu


Kontraksi saya makin menggila dan tim dokter masih lelet mempersiapkan anestesi. Saya berteriak-teriak tidak karuan. Taukah mengapa surga ada di kaki ibu? Mungkin itu hadiah atas perjuangannya berteman rasa sakit selama proses kelahiran.


Saya mengiba, memohon, menangis, agar segera dibius..Saya sudah sangat tidak tahan.. Tidak tahan menghadapi kenyataan saya harus dioperasi. Tidak tahan menghadapi rasa sensasi kontraksi bukaan 7. Tidak tahan disuruh tidak mengejan.


Pukul 04.00 semua tim dokter lengkap, saya pun dibius spinal.. Seluruh bagian tubuh saya dari pinggang ke bawah tidak terasa apa-apa lagi. Saya ditelentangkan. Seluruh air mata saya tumpah. Saya menggigil di dalam operasi ruangan. Saya mengutuk kencang-kencang dalam diri. Ada yang patah dalam jiwa. Tapi tak bisa kau suarakan..

Suara bayi menangis kencang terdengar..
Itu dia. Ksatria.
Dia putih, sangat putih..Terbalut lapisan vernix, dia menggeliat-geliat kedinginan terpapar jahatnya AC ruang operasi. Dia sempat ditempelkan ke pipi saya. Dan ajaib, tangisnya redup. Tapi tak bertahan lama, dia diambil oleh perawat. Dan tangisnya bergelora kembali..
Anakku.


Bahkan dia mungkin merasakan patah jiwa ibunya.
Proses penjaitan luka bekas operasi sungguh tidak menyamankan siapapun yang merasakannya. Saya terus berderak menggil. Ranjang saya bergoyang karena saya super menggigil. Menggigil dingin. Mengigigil malu. Saya merasa serupa celana jeans yang sedang dijait karena sobek.


Oh, diri..


Saya masih ingat keluar ruang operasi melihat wajah-wajah panik seluruh keluarga.. Dan saya pun pura-pura tertidur untuk menyembunyikan tangis berderai membasahi pipi.


Inilah jadinya. Saya dioperasi SC.


Proses pemulihan bisa dikatakan cepat. Saya dicap sebagai pemberani karena sudah bisa jalan turun dari ranjang rumah sakit satu hari pasca operasi.


Ksatria tak lepas dari saya. Ia menyusu dengan pintar. Saya menyusuinya tiap 15 menit sekali pada malam pertama setelah kelahirannya.


Ia menangis sangat keras. Mungkin menyuarakan pedih hati ibunya...



That's it. Sangat ke-aku-an.
Atau boleh dibilang sangat Dea sekali..

Malam itu boleh dibilang semua rencana saya diputarbalikkan oleh Allah.
Ya itu benar

Tapi jika mengingatnya lagi, runtuh egoisme saya sebab terlalu banyak hal penyebab saya wajib untuk bersyukur..


Alhamdulillah Mamah inisiatif datang mendampingi sejak sebelum berangkat ke bidan (padahal itu sudah jam 10 malam dan Mamah datang sendirian ke Kutek)
Alhamdulillah Ma'i dan Ibu inisiatif datang ke rumah bidan malam itu (padahal itu sudah jam 1 pagi dan kami menyarankan untuk datang esok pagi saja)
Alhamdulillah respon RS tempat rujukan bidan saya sangat cepat (padahal saya tidak pernah periksa di sana)
Alhamdulillah Ksatria sehat tidak cacat suatu apapun (padahal dia 1 jam berkubang dalam ketuban hijau)
Alhamdulillah ASI saya lancar deras (padahal RS menyarankan sufor sampai menghadiahi saya sekotak kecil sufor)

Tuh kan. Banyak yang harus disyukuri
Dan saya selalu merasa momen kelahiran Ksatria adalah wujud kuasa Allah sebenar-benarnya

Ah, Dea.. Sudah cukup ya putus asanya, hidup itu lingkup indah rencana Allah walau kita terlalu bodoh untuk mengambil hikmahnya







Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Rencana Allah Di Atas Rencana Manusia"

Siti Us Bandiyah mengatakan...

Baru tahu ceritanya, keren bangets kakaknya. Memang terkadang (sering padahal) karena ke-aku-an jadi lupa bersyukur. *ngacadiri :(

Makasih kakaknya, selalu ada hal menakjubkan dari ka dhea, makin cinta. :* :D
*bukanedisigombal*

anin mengatakan...

Neng dea, i love you. Always have n always will :*

InsyaAllah kamu ibu hebat nan sholeha sayangkuu. Doain semoga aku bs nyusul di waktu terbaik yaa hehehe :)

Comment