Ketemu sama Asma Nadia


Ceritanya Minggu lalu, pagi-pagi saya lagi stalking twitter-nya Asma Nadia, ceritanya baru anget-angetnya nonton Jilbab Traveller gituu. Ehehehe.. Ga disangka, Mba Asma kasih info bahwa dia akan jadi pembicara kajian di masjid komplek Kemang Swatama. Kebetulan banget itu deket sama rumah saya..Yuhuuu..Langsung tuh saya ajak dedek-dedek mentoring tetangga saya buat kesana. Ah, seneng banget banget, pas kita dateng kesana, ternyata kita orang pertama yang dateng alias masih kosong melompong! Hahahaha

Mba Asma mengisi kajian dengan tema “Membentuk Ketahanan Keluarga” sambil flashback mengenang masa kecilnya yang pas-pasan. Sedikit bergurau, Mba Asma bilang bahwa dia baru sadar masa kecilnya miskin setelah menikah, hihihi. Pak Isa, suami Mba Asma Nadia yang menyadarkan dengan bilang bahwa keluarga Mba Asma itu bukan sederhana, tapi miskin.

Mba Asma Nadia ngga pernah sadar keluarganya miskin karena orangtuanya ngga pernah mengeluh, dan selalu menceriakan suasana anak-anaknya.. Contohnya setiap hari ayahnya Mba Asma selalu mengajak anak-anaknya bernyanyi (kebetulan profesinya adalah pencipta lagu) padahal itu adalah alibi agar anak-anaknya ngga minta jajan. Huhu keren yah. Walaupun hidup di pinggiran rel kereta api, tapi seorang Asma Nadia selalu mengenang masa kecilnya dengan sebuah kalimat : “Masa kecil saya sederhana tapi menyenangkan sekali”

:”)

Mba Asma juga mengingatkan kepada yang sudah memiliki anak, untuk banyak-banyak membuat memori dengan anak-anak. Mba Asma menceritakan kisah suaminya yang (dulu) berprofesi sebagai wartawan. Meski baru pulang kerja, tapi suaminya tetap menyempatkan bermain.. Meskipun dengan mata terpejam saking ngantuknya. Hahaha. Kebayang sih :P

Hal-hal semacam itu menurutnya yang akan membuat sebuah keluarga menjadi kompak dan tahan dari berbagai serangan. Dia sendiri bercerita bahwa selalu memiliki waktu khusus dengan anak-anaknya sesibuk apapun promo buku atau film terbarunya.. Fyi, mba Asma Nadia ini selalu hadir di 80% proses syuting filmnya demi menjamin tiadanya adegan yang syur atau bahkan sekedar pegangan tangan *woooow*

Asma Nadia ini usianya udah 40 looh tapi tetep cantik segar berseri seperti muda ehehehe..Malu jadinya nih eike cyiin, baru 27 tapi  udah males perawatan wajah *curhad*. Mba Asma mengingatkan bahwa merawat kesehatan dan kebugaran kita juga suatu cara dalam membentuk ketahanan keluarga looh.

Woww.. Meski dengerin kajiannya sambil lari-lari mengejar Ksatria (tetep yey), tapi saya serius suka cara Asma Nadia bawain materinya deh! Lembut-lembut tegas berpengalaman.. Tapi saya paling suka bagian masa kecilnya yang di pingiran rel kereta. Selain karena itu masuk adegan di film Jilbab Traveller, juga caranya Asma Nadia yang mengggambarkan itu sebagai sebuah “Masa kecil yang sederhana tapi menyenangkan”

Betapa orangtuanya bekerja cerdas untuk membawakan suasana menyenangkan meskipun situasinya paceklik. Huhuhu. Ga mudah pasti deh.. Tapi saya jadi inget deh itu seperti Ibu saya yang dulu selalu menggambarkan rumah kami dengan kalimat “Rumah yang besar”. Padahal sih rumah saya butut dan sedikit banget furnitur-nya (wkwkwk), tapi karena merasa punya rumah besar itu, akhirnya saya terkenal sebagai orang yang seriiing banget ajak temen ke rumah. :')

Dari temen SMP, SMA sampe kuliah, saya sering banget ajakin ke rumah.. Saya baru sadar, pas ibu saya yang mengakui sendiri bahwa “rumah besar” itu adalah sebuah re-framing  dari “rumah kekurangan furnitur”, hahaha. Tapi asli deh saya menyukai cara ibu saya menanamkan hal itu pda saya. Saya jadi ngga malu untuk ajak siap aja ke rumah looh, bahkan Ayodya (anak Hermawan Sulistyo, penulis buku hits itu lohh), temen SMP saya waktu itu. Hehehe. 

Untung waktu si Ayodya mau yak diajak maen ke rumah butut. Pantes waktu itu dia kaya terhenyak gitu, jangan-jangan dia kaget liat penampakan rumah saya yang blong banyakan ruang kosong daripada furnitur-nya. Wkwkwk

Balik lagi ke Asma Nadia, satu hal yang menarik pas dia cerita tentang awal pernikahannya dengan suami. Mba Asma menceritakan bahwa dia ngga bisa masak karena ibunya sejak dulu membebaskan dia untuk baca buku seharian sehingga dia hampir ngga pernah “menyentuh” dapur. Alhamdulillah Pak Isa suaminya ngga komplen dikasih “makan” buku wkwkwk. :P CIYE SAMAAN NIH DEYY ;D

Overall saya seneng banget dengerin mba Asma jadi pembicara deh. Topiknya yang berat tentang keluarga jadi ringan karena memakai cerita-cerita flashback dari mba Asma sendiri. Hauuuuu. Melihat mba Asma ini membuat saya adi makin mupeng menerbitkan buku sendiri nih, ehem ehem uhuk uhuk mana amin-nya, sodara-sodara? XD


 
Foto bersama Asma Nadia

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ketemu sama Asma Nadia"

Comment