Well, I know someday I will write this.
Kalau suatu hari anak-anak saya membacanya gimana ya, ya ga gimana-gimana.
Ibu menuliskan ini supaya jadi inspirasi,
Nak. Agar jadi hikmah. Itu saja tujuan kita hidup Nak, agar percikan peristiwa
yang kita alami bisa menjadi pembelajaran buat orang lain..
About my mental health, sebetulnya sejak
kelahiran Ksatria yang diakhiri dengan baby blues, I know seharusnya saya ga
lekas-lekas mencap diri sendiri sudah sembuh.. Luka fisik memang bisa sembuh
dan kelihatan oleh indera penglihatan.
Tapi tentang sesuatu yang berada di mental,
sesuatu yang intangible sungguh sulit untuk merabanya..
Entah karena apa, pada tanggal 7 Oktober
2017 yang lalu saya merasakan mental health saya bermasalah lagi.. Again, yes,
I feel somethin wrong with my mind… And I don’t know how to solve it..
Urusan mental health ini emang pelik banget
sih, saya tau bisa jadi sebagian akan menuduh saya kurang bersyukur..
Bisa juga sebagian lain terheran-heran
mengapa seseorang yang religius bisa bermasalah dengan mental health-nya..
Oh please, I wish I knew it why did it
happen.. Saya sendiri ngga tau mengapa, tapi justru di hari peringatan mental
health sedunia tanggal 7 Oktober 2017 yang lalu saya merasa kambuh atau relapse
pada baby blue saya..
Realitanya saya baik-baik saja secara
fisik.. Saya masih berkegiatan seperti biasa. Tapi somewhere in my mind,
ledakan kesedihan itu muncul kembali..
Saya merasa kesulitan keluar dari tsunami
kesedihan yang mendera berulang kali..
Saat Jati pulang kantor, saya langsung
menceritakannya sepenuh hati dengan harapan Jati akan mendengarkan.
Alhamdulillahirabbil’alamin saya diberikan
Allah sesosok suami yang bisa mendengarkan kalimat-kalimat depresif yang keluar
dari istrinya sendiri..
“A, aku kayanya relapse…. Aku sedih terus A
seharian ini… Sedih yang bergulung-gulung.. Sedih yang menyakitkan hati… Aku
sedih Ksatria ga mau diajak TPA… Aku sedih setiap Senapati menangis… Aku sedih
ditinggal bertiga saja sama anak-anak… Aku sedih merasa ga punya prestasi yang
dicapai dalam satu hari ini… Aku sedih yang membuat muak diriku sendiri… Aku
sedih kenapa gas ga habis-habis padahal sudah kupakai untuk memasak…. Banyak
hal membuatku sedih nih.. Aku ingin mengeluarkan semua pikiran-pikiran sebelum
menjadi bom di kepalaku, boleh ya?”
Saya baru ingat sejak baby blues kelahiran
Ksatria saya belum pernah sama sekali ke psikolog atau psikiater. Saya
menyadari bahwa Jati sangat aktif dalam berperan mendengarkan perasaan-perasaan
dan pikiran-pikiran saya.
Hanya saja saya jadi khawatir…
Jangan-jangan selama ini saya benar-benar
belum bergerak ke arah kesembuhan karena memang belum bertemu profesional di
bidang mental health yaitu psikolog dan psikiater..
Keesokan harinya saya pun meminta izin
kepada Jati untuk menemui psikolog di Puskesmas untuk konseling dan jika memang
dirasa dibutuhkan dirujuk ke dokter kejiwaan alias psikiater…
Tetapi seperti yang sudah teman-teman
ketahui, psikolognya ga ada di Puskesmas pada hari itu…Saya hanya diminta
meninggalkan nomor handphone.
Dan sampai hari ini saya belum dihubungi…Entah
kapan saya akan dihubungi, yang jelas saya ingin sekali mengadukan perihal
masalah mental health saya kepada psikolog atau psikiater..
Tetapi di tengah huru-hara mental health
yang membuat hati saya sedih, Jati mengatakan kalimat-kalimat pamungkas yang
bikin hati saya terhibur oleh kegetiran yang saya rasakan…
“Neng, Aa mau Neng bersinar seperti dulu
kembali… JIka Neng sangat stres tak tertahankan di rumah, maka Aa ridho Neng
bekerja di luar rumah, Neng”
Yang mana kalimat di atas seolah-olah saya
dipaksa yah untuk di rumah, huhu padahal saya selalu bilang dengan yakin kepada
orang-orang, dan memang begitu adanya, keputusan saya menetap di rumah adalah
hasil diskusi yang sangat berkesinambungan antara saya dan Jati…
Jati sama sekali ngga pernah melarang saya
beraktivitas, oleh sebab itu saya sempat part time sebentar di LPT UI dan
wara-wiri di kepanitiaan dakwah sekolah.. Jati selalu mendukung saya..
Ini sayanya aja sih yang bermasalah, huhuhu….
Deep down inside, saya merasa lebih dari hampa… Terkadang siang-siang saya akan
whatsapp Jati hanya agar meminta Jati menyebutkan 3 hal positif dari diri saya
saking saya merasa ingin tahu apa sebenarnya yang bisa saya syukuri dari diri
saya..
Oh holly shit yes it is a full episode of
shitty moments and thoughts..
Sampai saya mengira saya akan lebih tenang
saat meminum obat batuk hitam karena ada obat tidur terkandung di dalamnya… Dan
memang benar adanya….setelah meminum obat batuk saya merasa tidur saya lebih nyenyak
dan pulas.. Betapa saya rindu ketenangan inner peace seperti yang dihasilkan
oleh rasa kantuk efek dari obat itu
Oh dea my dea..
My mental health maybe got some internal
issue now, but hey please everybody send me your best prayers and maybe your
opinion…
Your opinion about a good side of me..
Maybe it sounds cheesy but it maybe help me to heal my self… to love my self
with all these burdens in my chest in my head in my heart
Tapi
IS IT REALLY THERE’S A GOOD SIDE OF ME?
Hehehe..
Sesekali tentu saja bukan sesekali Dea tapi
berkali-kali Allah menyelamatkan lewat tangan-tangan-Nya yang tak terlihat…
Lewat ketenangan di sujud-sujud yang diburu
tangisan Senapati…
Atau tilawah yang direcoki Ksatria…
Oh Allah, please give me your guidance to
heal my mental health..so I can be the best servant for You and the best moms
for my kids..
Allahumma aamiin
[Everyone who wants to send me opinion about
my good side, you can email me at dea.adhicita@gmail.com
maybe your single email is my multiple happiness because I can remember again
my good side :’) ]
Belum ada tanggapan untuk "About My Mental Health"
Posting Komentar