Nomor 6 Putraku Yang Tegar Memiliki Ibu Seperti Aku


Disclaimer: Rangkaian tulisan ini adalah usaha saya dalam rangka menebus janji membuat 100 tulisan surat cinta...

Nomor 6 Putraku Yang Tegar Memiliki Ibu Seperti Aku

Malam-malam merambat pelan ketika ayahmu pulang lalu menghampiriku di kamar tidur Senapati. Ya, sejak adikmu lahir, kita terpisah kamar. Kamu sudah mandiri sekarang..

Dan selalu aku menceritakan kepada ayahmu betapa aku menyesal terhadap semua tingkah lakuku terhadapmu di hari itu..... Terlalu banyak bentakan dan ancaman membuatmu tumbuh menjadi sedikit-sedikit takut salah dan pemalu.

Terakhir, aku menawarimu mengikuti lomba mewarnai, tapi responsmu sungguh menyayat hati :

“Ngga usah, Bu. Aku takut salah nanti mewarnainya”

Duhai Ksatria, anak yang kulahirkan melalui malam yang panjang dan penuh amarah…Maafkan aku Nak, ibumu yang jauh dari selesai dengan pertempuran dirinya sendiri.

Maafkan aku Nak, ibumu yang tak pernah alpa memarahimu bahkan untuk hal-hal kecil yang sungguh bisa seharusnya untuk ditolerir…

Maafkan Nak, untuk kata-kata kasar, paksaan, ancaman, bentakan, teriakan, yang sehari-hari menimpamu..

Rasanya aku selalu berjanji di malam hari agar tidak memarahimu keesokan harinya

Lalu di pagi harinya semua buyar hanya gara-gara masalah mandi.

Ah, Ksatria.

Suatu hari suatu nanti jika kamu sudah aqil baligh, kuharap aku masih hidup untuk menjelaskan betapa rumit kepalaku saat membesarkanmu di waktu kecil…

Suatu hari suati nanti jika kamu sudah mendewasa, kuharap aku masih fasih bercerita betapa aku mencintaimu , betapa aku menyayangimu, hingga getaran kencang tubuhku saat dibedah mengeluarkanmu adalah getaran menahan amarah agar tak meluap di ruang operasi….Aku harus bertahan, aku harus selamat, untuk anak ini, untuk anak ini, untuk anak ini
……

Semoga ucapanku setiap melepasmu pergi ke TK setiap pagi kini selalu kau ingat baik-baik ya Nak…

“Ksatria, ibu sayang sama Ksatria”

Aku tau kamu tak pernah menatapku saat aku mengucapkan itu. Ah, betapa sembilu kesedihan menghunjamku, tapi aku mencium pipimu, lalu melepasmu pergi ke TK sembari diam-diam lirih berdoa:

“Ya Allah…lindungi dia di sekolahnya dari orang jahat dan dari peristiwa jahat….”

Ksatria anakku, usiamu saat aku menulis ini adalah 4 tahun 6 bulan, Nak. Semoga masih panjang usiamu dan penuh dengan manfaat buat ummat ini, Sayang.

Aku yang telah menghabiskan 28 tahunku cuma berharap aku masih bsia menjadi sosok ibu shalihah di matamu entah kapan entah bagaimana aku bertahan aku ingin kamu tau,Nak, aku mencintaimu, dengan darahku, dengan gigilku, dengan semangatku, dengan semua yang kegetiran yang kuhadapi saat melawan badai amuk perasaanku sendiri

Terima kasih, Ksatria. Untuk tegar menjadi anakku. Aku mencintaimu dan semoga kelak kamu mencintaiku meskipun semua yang telah kita alami……

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Nomor 6 Putraku Yang Tegar Memiliki Ibu Seperti Aku"

Comment