Lima Pelajaran Penting dari Drama Romance Is A Bonus Book







Tamatnya Sebuah Drakor Super Manis






Yak! Tadi malam tepatnya drakor berjudul “Romance Is A Bonus Book” telah berakhir, sodara-sodara.

Huks.




16 Episode total drama super manis ini sudah ditayangkan.


Dan jujur saja, saya adalah termasuk orang yang menggemari drama ini. Hihihihi.





Dibintangi oleh Lee Jong Suk sebagai pemeran utama laki-laki dan Lee Na Young sebagai pemeran utama perempuan, drakor ini mengandung banyak pelajaran penting yang bisa kita petik sebagai penonton.





Ada pelajaran penting soal hubungan cinta yang teramat dewasa juga di dalamnya.





Ada juga tentang kerja keras di dunia pekerjaan.





Belum lagi tentang ketulusan hati dalam melayani guru.





Ada lagi tentang perasaan cinta yang bertahun-tahun ada tanpa membuat menderita.





Ah, saya rasa masih banyak rasanya pelajaran penting dalam drakor super manis ini.





Bukannya tanpa kelemahan, drakor ini juga memiliki beberapa kelemahan tentunya sih.





Ada aspek LGBTQ yang ditunjukkan di awal-awal drakor.





Ada juga adegan seks pra-nikah.





Hmmmmm.





Saya rasa secara adil saya katakan masih lebih banyak hal-hal baik dalam drakor ini dibanding kelemahannya.





Tapi saya pribadi ingin sekali membahas keseluruhan aspek dalam drama ini.





Ini sekaligus apresiasi atas perasaan positif yang ditimbulkan drama ini ya bagi saya yang menontonnya.





Baiklah...





Mari kita mulai saja tulisan ini dengan lima pelajaran penting yang saya highlight dari drakor ini ya!




Kerja Keras Selalu Menghadirkan Penerimaan yang Super Indah









Dan-i si tokoh utama perempuan di dalam drama ini dikisahkan sebagai seorang yang telah hiatus cukup lama dari dunia pekerjaan.





Selama ini Dan-i sibuk membesarkan anak dan menjadi ibu rumah tangga.





Ketika kembali lagi ke dunia pekerjaan setelah ditinggalkan suaminya, tiada yang terpikirkan di benak Dan-i selain bekerja keras agar bisa mengejar ketertinggalannya.





Demi diterima di perusahaan, Dan-i bahkan memangkas riwayat pendidikannya.





Dan-i hanya mengaku sebagai lulusan SMA agar perusahaan dapat dengan sukarela mempekerjakannya di strata terendah.





Meskipun begitu, Dan-i menunjukkan etos kerja yang luar biasa baik sebagai seseorang yang telah lama hiatus dari dunia kerja.





Dan-i tidak pernah memilih-milih pekerjaan. Hampir semua instruksi dikerjakan dengan sepenuh hati oleh Dan-i.





Dan-i juga selalu memiliki pendekatan positif sejak hari pertama dia kembali bekerja. Dan-i sangat menjaga kesempatan bisa kembali bekerja setelah lama hiatus.





Saya pribadi sangat terkesan dengan hal ini. Dan-i bagaikan sosok role model bagi para perempuan yang kembali ke dunia kerja setelah hiatus.





Bertahun-tahun terkungkung di dunia rumah tangga, Dan-i berhasil sukses di dunia kerja meskipun merintis dari bawah.





Saya pribadi merasakan perasaan deg-degan saat melihat Dan-i sebagai pegawai baru di kantornya.





Saya seolah menghadapi ketakutan saya sendiri yang selama ini dengan rapih saya sembunyikan.





Bagaimana jika suatu hari nanti saya harus kembali ke dunia kerja?





Semoga dengan alasan aktuliasasi diri ya, bukan karena seperti alasan Dan-i yang teramat memilukan karena rumah tangganya kandas dan mantan suaminya tidak meninggalkan sepeser pun uang.





Dan-i seolah memberikan saya contoh kongkrit bagaimana seorang perempuan harus kuat meski menghadapi fase yang baru.





Ada satu episode yang menceritakan bahwa Dan-i merasa bahagia saat bekerja karena bekerja maka orang-orang menjadi kembali memanggil nama lengkapnya.





Bertahun-tahun silam Dan-i hanya dipanggil “Sayang”, “Nyonya”, “Ibu” dan panggilan lain yang menandakan peranannya sebagai istri dan ibu.





Ah, itu seperti sebuah cubitan kecil bagi saya pribadi.





:’)





Aspek ke-aku-an memang sesuatu yang hilang dalam peranan sebagai ibu rumah tangga.





Sangat sering ditemukan seorang perempuan merasa sedih karena sisi ke-aku-an telah memudar perlahan seiring perjalanan menjadi istri dan ibu.





Harus saya akui, saya pun pernah mengalami masa-masa itu.





Tapi semakin tahun berjalan semakin perasaan saya membaik. Salah satu yang membuat aspek ke-aku-an saya kembali adalah peranan sebagai murobbi alias kakak mentor.





Bertemu adik-adik binaan liqo atau mentoring seminggu sekali memberi angin segar bagi self esteem saya.





Yap, drakor ini memang sedemikian related bagi kami-kami yang berusia 30 tahun ini.





Mungkin karena tokoh Dan-i memang berusia 30 tahun lebih ya sehingga permasalahannya juga mengikuti aspek-aspek psikologis dan sosial pada usia itu.





Dan-i yang kembali bekerja setelah hiatus sekian lama berhasil diterima di kantornya, sebuah penerbit buku bernama Gyeooro.





Bukan tanpa halangan proses Dan-i agar diterima di sana, Dan-i memperlihatkan semangat positivisme dalam menghadapi politik kantor.





Seperti yang kita ketahui ya, di setiap kantor pasti ada politik kantor, di mana ada orang yang ingin mendapat hasil sebesar-besarnya dengan usaha sekecil-kecilnya.





Dan-i pun mengalami hal ini. Hasil kerja kerasnya diakui oleh orang lain pada saat rapat.





Tapi Dan-i mencontohkan sikap yang teramat mengagumkan. Dan-i berusaha mengelola emosinya dan berfokus pada hal positif yang terbaik : dia memiliki pekerjaan.





Seluruh upaya kerja keras Dan-i terbayar saat dia memenangkan kontes tahunan di perusahaannya.





Dan-i pun dipromosikan dan dinaikkan gajinya oleh sang CEO Gyeooro.





Dan-i juga menunjukkan kerja kerasnya saat ditunjuk menjadi penanggungjawab acara promosi buku dari seorang penulis terkenal.





Dan-i yang hanya karyawan kontrak bersedia mengambil peluang emas itu.





Tanpa kenal lelah, Dan-i mempersiapkan acara tersebut dengan segenap jiwa raganya.





Di hari H setelah semua acara berjalan sukses, Dan-i memangis terharu atas pencapaiannya ini.





Seorang janda cerai yang telah lama hiatus dari dunia pekerjaan berhasil menyelesaikan sebuah proyek dengan sangat baik.





Ah, senangnyaaaa.





Rasanya saya yang menonton pun ikut merasa bahagia sekali melihat senyuman di wajah Dan-i setelah sukses membuat acara tersebut.



Hubungan Cinta yang Teramat Dewasa












Pelajaran penting berikutnya dari drama “Romance Is A Bonus Book” ini adalah mengenai kisah cinta kedua tokoh utamanya.





Dan-i, perempuan 37 tahun dengan status janda hasil perceraian, tentu saja tidak memimpikan muluk-muluk bertemu cinta sejatinya.





Dan-i hanya berharap bisa mendapatkan pekerjaan dan membiayai anaknya yang bersekolah di luar negeri.





Tetapi sebuah drakor tanpa kisah hubungan percintaan tentunya tidak seru sekali, bukan?





Dan-i pun menemukan cinta sejatinya yang selama ini tulus menantinya dalam hubungan persahabatan.





Adalah seorang Eun-Ho, laki-laki yang selama ini bersahabat dengan Dan-i dan sudah dianggapnya sebagai seorang adik, yang menjadi cinta sejati bagi Dan-i





Eun-Ho yang sukses menjadi penulis buku telah memiliki karir yang mapan di pekerjaannya.





Eun-Ho dengan sangat mudah menopang Dan-i yang tengah limbung akibat perceraian dan adaptasi di dunia kerjanya.





Tetapi bukan sekedar menopang, Eun-Ho ternyata telah sangat rapih mengemas perasaannya selama 20 tahun terakhir terhadap Dan-i.





Ya, Eun-Ho dan Dan-i telah saling mengenal sejak kecil dan menjalani hidup dalam hubungan persahabatan. Kini persahabatan itu berubah menjadi percintaan dua orang dewasa.





Mungkin plot cinta beda usia ini banyak yah ada di drama-drama lain, tapi hubungan Dan-i dan Eun-Ho terasa sangat dewasa dan jauh dari kesan cinta pertama yang kanak-kanak.





Bisa jadi karena hubungan cinta mereka bukanlah yang pertama kali. Selama ini Eun-Ho pernah berkencan beberapa kali dengan perempuan sebelum Dan-i.





Dan-i apalagi pernah menikah sekian tahun dengan (mantan) suaminya. Kedua orang ini telah mengalami berbagai hubungan sebelumnya.





Mungkin inilah yang menyebabkan hubungan percintaan mereka terasa sangat dewasa dan uplifting dibanding drama lainnya.





Dan-i dan Eun-Ho selalu terlibat diskusi dalam hubungan mereka. Bahkan saat Eun-Ho menyatakan perasaannya pun, dilakukan dalam iklim diskusi yang sangat luar biasa suportif di antara keduanya.





Tidak ada adegan berlebihan pengakuan cinta dari tokoh utama laki-laki pada umumnya. Eun-Ho memberi penjelasan secara jelas dan gamblang di hadapan Dan-i bahwa dia mencintai Dan-i apa adanya.





Tidak peduli dia seorang janda, tidak peduli dia lima tahun lebih tua, tidak peduli dia karyawan kontrak di kantornya, Eun Ho mencintai Dan-i sejak dua puluh tahun lalu.





Sekilas tampak mustahil, tapi diskusi berlanjut bahwa Eun-Ho tidak memaksakan perasaannya terhadap Dan-i.





Di sinilah terasa sekali aura kedewasaan yang dibangun oleh mereka. Sejak awal , Eun Ho sudah sangat tulus sekali membantu Dan-i.





Itulah mengapa dia tidak ingin memberi beban tambahan bagi Dan-i untuk membalas perasaannya.





Eun-Ho hanya ingin Dan-i mengetahui bahwa ada sosok yang mencintainya dan dia adalah Eun-Ho.





Cara Eun-Ho yang sangat dewasa dengan tidak memaksakan perasaannya kepada Dan-i jarang kita lihat di drama lain.





Setelah mereka bersatu (akhirnya Dan-i pun menyadari memiliki perasaan terhadap Eun-Ho), kedewasaan itu terus berlanjut.





Dan-i yang “bawahan” dan Eun-Ho yang “atasan” tidak melakukan praktek nepotisme dalam lomba tahunan perusahaan.





Pada akhirnya Dan-i yang menang, semakin membuat Eun-Ho mengagumi perempuan itu.





Ah, saya cukup termehek-mehek dengan kisah romantisme mereka ini. Sangat dewasa dan berasa satu level di atas kisah cinta drama lainnya.





Bisa jadi karena mereka telah mengenal satu sama lain selama dua puluh tahun sebelum akhirnya menjadi kekasih.





Bisa jadi karena masing-masing telah berkelana ke sekian hati hingga akhirnya berlabuh pada cinta sejatinya.





Ah, rasanya saya mengagumi betul Eun-Ho yang bisa memisahkan antara pekerjaan dan dunia percintaan.





Tidak ada adegan kekasih bertemu diam-diam saat bekerja. Dan-i dan Eun-Ho sangat fokus ketika berada di tempat pekerjaannya.





Begitupula ketika Dan-i harus dipecat karena ketahuan mengubah riwayat pendidikannya pada saat melamar pekerjaan, Eun-Ho harus menerima keputusan pahit ini.





Di kantor, Eun Ho hanya bisa terdiam menatap kekasihnya. Tetapi setelah keluar kantor, Eun-Ho memberikan pelukan terdalamnya bagi Dan-i.





Aaaaw~ saya ga bisa berhenti senyum-senyum terharu saat melihat adegan ini.





Dan-i seolah menemukan pelabuhan teramannya bersama Eun-Ho. Begitupula sebaliknya, Eun Ho menemukan ujung penantiannya bersama Dan-i.





Kisah cinta mereka memang menandakan usia mereka masing-masing (Dan-i 37 tahun, Eun-Ho 32 tahun)





Tetapi tetap ada sweet scene yang bikin penonton ngilu-ngilu baper melihatnya. Hihihihihi.


















Eun Ho yang dewasa, romantis, punya karir yang mapan, melindungi Dan-i yang selalu ber-attitude positif, semangat, ramah, baik hati tetapi memiliki riwayat perceraian.





Sungguh kisah cinta manis yang buat saya ikut empati deh. HUKSSSS~





Mengingatkan diri sendiri pada apaan, Dey???





Pada apa yah?





Mungkin pada fase hubungan romantis saya dengan suami yang sudah semakin mendewasa kali ya, hihihihi. Ciyeeehhhh





Di usia kami yang kini memang sudah 30 tahunan ini saya rasa hubungan romantis kami semakin dewasa sebagai suami dan istri.





Rasa saling memahami semakin besar dan besar lagi. Tujuan kami masih sama.





Kami selalu ingin meringankan beban satu sama lain. Kadang-kadang hal ini tidak tersurat.





Tetapi inilah kedewasaan hubungan. Kalau dalam salah satu epilog sesudah RIABB disebutkan:





“Mencintai orang sekian lama membuat kita mampu menangkap makna meskipun tidak melalui kata-kata”





Saya sangat setuju!





Begitupun dengan hubungan yang semakin dewasa. Semakin waktu berjalan, semakin mampu sepasang suami istri untuk menangkap makna meskipun hanya dari sikap





Tapi Dan-i dan Eun-Ho kan bukan suami istri, Dey





:’)





Iya, itu yang salah satu aspek yang saya tidak sukai dari drama ini. Yaitu fakta bahwa mereka hidup serumah sebagai kekasih.





Huks.





Itu sangat bertentangan dengan values saya sebagai seorang muslim. Sangat-sangat bertentangan.





Dalam salah satu episode bahkan diceritakan bahwa Dan-i dan Eun-Ho melakukan hubungan intim.





Implisit untungnya sih, bukan adegan beneran. Cuma Eun-Ho yang senyum-senyum nakal karena diizinkan tidur di kamar Dan-i.





Huftt. Bagaimanapun sukanya saya sama drama ini, aspek kebebasan hubungan romantis mereka mau tidak mau cukup mengganggu sih.





Terlihat kiyowo tapi ya tadi, karena saya muslimah, values yang ada di kepala saya seolah terinjak-injak melihat adegan itu.





Halah, lebay amat, Dey. Wkwkwk.





Eh tapi kapan hari yak waktu itu saya menemukan artikel super bagus, tapi sepertinya bukan science-based sih.





Karena lebih ke arah ilmu yang masih abu-abu yaitu ilmu soal aura-auraan gitu. Mistis dong Dey? Iya ya?





Jadi artikel itu menjelaskan tentang hubungan intim yang bisa membuka gerbang alam aura seseorang.





Alam aura mengandung masa lalu dan masa depan seseorang. Alam aura juga terkait dengan ciri kepribadian seseorang.





Artikel itu seolah menggarisbawahi betapa hubungan intim memang seharusnya dilakukan dalam komitmen jangka panjang karena itulah hal yang terbaik bagi kedua orang itu.





Saya pribadi merasa senang pas baca artikel itu. Karena seolah membenarkan values saya sebagai muslimah di mana ajaran Islam sangat melarang hubungan intim sebelum pernikahan terjadi.





Artikel itu menegaskan bahwa penyebab suami istri yang telah menikah selama bertahun-tahun kemudian menjadi memiliki kemiripan. Entah itu kemiripan wajah, kemiripan kepribadian, semua itu disebabkan pertukaran aura saat berhubungan.





Nah, jadi kemana-mana kan tuh. Wkwkwk.





Intinya mah, sebagai muslimah, kejadian Eun-Ho dan Dan-i yang terlalu bebas sampai melakukan tidur seranjang sebelum menikah itu mengganggu banget deh.





Hmmmm, khawatirnya kan ditonton orang yang belum menikah dan menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa.





Yang padahal tadi itu ya, kalau dari sisi metafisika aja dijelaskan bahwa hubungan semacam itu sangat sakral karena terkait masa lalu dan masa depan seseorang.





Hmmm. Okelah tapi overall memang hubungan Eun-Ho dan Dan-i bisa dikatakan sangat dewasa untuk ukuran drakor.





Salah satu adegan lain yang menjadi highlight di dalam hubungan mereka adalah saat Dan-i dipecat.





Diskusi di antara mereka adem bangettt. Kaya bukan drama gitulah. Wkwkwk.





Kaya suami istri mendiskusikan langkah kedepannya setelah pemecatan sang istri gitulah. Beneran deh, adegan diskusi di antaran Dan-i dan Eun-Ho ini salah satu hal positif dalam drakor ini.





Tau sendiri kan kadang drama-drama itu menggambarkan sepasang kekasih itu syusaaah buangett untuk berdiskusi.





Kalau sedih, maka dia akan bersedih sendirian. Kalau cemburu, maka dia akan cemburu sendirian.





Terus aja gitu, tanpa komunikasi. Pokonya digosok abis-abisan, sangat drama abis lah! Hihihihi.





Tidak Ada Orang yang Terlalu Jahat Di Dunia Ini












Hal positif lain yang bisa dipetik dari drama ini adalah sesunggunya tidak ada orang yang terlalu jahat di dunia ini.





Sering kali di drama-drama, ada sesosok tokoh super jahat yang jadi musuh utama si sepasang kekasih tokoh utama.





Nah, hal itu tidak ada di drama ini nih.





Hampir semua tokoh yang ditampilkan di drama ini mirip dengan kepribadian orang pada kehidupan dunia nyata.





Memiliki kelebihan tetapi memiliki juga kelemahan. Tidak ada yang benar-benar jahat 100%





Orang yang dianggap jahat seringkali adalah orang yang justru membutuhkan teman untuk berbagi cerita.





Begitu pun yang ditampilkan di drama “Romance Is A Bonus Book” ini. Tokoh Dan-i dan Eun-Ho pun digambarkan tidak sempurna-sempurna amat.





Contohnya Dan-i yang berusaha mengiba agar tidak dipecat saat ketahuan memalsukan riwayat pendidikan. Menurut saya itu salah satu cara penulis skenario menampilak sosok yang apa adanya.





Sosok yang mengupayakan segala cara agar kesedihan atau kemalangan tidak menimpa dirinya.





Tokoh lain di drama ini juga sama seperti Dan-i, memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan tidak ada tokoh yang sangat-sangat jahat hingga kita ingin membencinya.





Semua tokoh digambarkan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari pada umumnya.





Ada Ji Seo Jun, sosok laki-laki desainer sampul buku yang selalu


Ada Ji-Yul, sosok perempuan manja si anak mami yang tidak bertanggung jawab pada pekerjaannya. Tapi lambat laun dia berubah karena adanya bimbingan Eun Ho sebagai atasannya.





Ada Park-Hoon, sosok laki-laki yang cupet, hanya memikirkan dirinya sendiri, sering melakukan hal-hal aneh, tidak suka diatur. Tapi bertemu Ji-Yul, dia menjadi rela berbagi apartemen





Ada ibu Go, wakil CEO penerbitan Gyeooro yang sangat kaku dan tidak pernah bersahabat dengan siapapun. Tapi di akhir-akhir dia menyadari ada sosok-sosok yang tulus mencintainya.





Ah, saya rasa saya jatuh cinta pada setiap karakter di drama ini.





Semua menggambarkan sosok yang seperti kita, memiliki kelebihan, memiliki kekurangan, dan dengan momentum yang tepat dapat berubah ke arah yang lebih baik.





:’)





:’)





:’)



Penggunaan Buku dan Puisi yang Sangat Menghangatkan Hati





















Drama ini mengambil latar tempat pekerjaan yaitu sebuah penerbit buku (Gyeooro). Di sinilah penggunaan buku pun menjadi sumber banyak sekali adegan.





Saya pribadi sebagai penggemar buku, sangat senang sekali melihat drama ini dikelilingi aneka buku.





Dari mulai setting kantor Gyeooro, rumah Eun-Ho, perpustakaan, dan masih banyak lainnya.





Belum lagi kisah di balik sebuah buku misalnya tentang penulis yang sudah tidak laku -laku lagi bukunya atau buku yang tidak terjual yang dihancurkan.





Ah, begitu banyak adegan yang membuat hati saya senang sekaligus terharu sekali. Hukssss.





Drama “Romance Is A Bonus Book” ini memang berpusat pada hubungan Dan-i dan Eun-Ho serta bagaimana Dan-i kembali bekerja setelah hiatus sekian lama.





Tetapi aspek buku di dalamnya sangat kental sekali. Di setiap akhir episode, selalu ada epilog berupa kutipan kata-kata yang menggambarkan adegan demi adegan.





Kutipan kata-kata itu seindah puisi seperti misalnya:





“Mencintai orang lain terasa aneh sekaligus mengagumkan dalam satu waktu”





“Aku yang mencintai duluan maka aku yang akan menanti”





“Hubungan yang paling sederhana adalah yang paling sulit didapat”





Kyaaa! Gimana, gimana? Wkwkwk. Canggih pokonya lah drakor ini. Cocok gitulah kalau buat penyuka kata-kata semacam saya ini.





Ada banyak juga puisi yang dibacakan di dalam adegan drama ini. Misalnya ketika Dan-i mulai menyadari cintanya bersemi dengan Eun-Ho.





Mereka berdua membaca sebuah buku puisi yang berisi untaian kalimat yang menggambarkan persisnya perasaan mereka sebagai sepasang kekasih.





Hmmm.





Pokonya rata-rata orang setelah menonton drama ini akan jadi suka atau minimal tertarik deh dengan puisi dan dunia buku.





Mirip fenomena Rangga AADC yak jaman dulu, hahahaha.


Cara Mengungkapkan I Love You Melalui Frase “The Moon Is Beautiful”






Hal positif lain dari drama ini adalah cara Eun-Ho mengungkapkan perasaanya terhadap Dan-i dengan menggunakan frase “The Moon Is Beautiful”.





Ternyata di negara Jepang, pernah ada seorang penulis bernama Satsuki Nosume yang menerjemahkan I Love You menjadi “The Moon Is Beatiful”.





Menurutnya ungkapan “The Moon Is Beautiful” sudah mencakup hal yang ingin disampaikan seseorang kepada yang dicintainya.





Eun-Ho pun berulang kali mengungkapkan frase ini di hadapan Dan-i. Pada akhirnya Dan-i menyadari bahwa ini adalah cara Eun-Ho mengungkap perasaan cintanya karena Dan-i lah pada awalnya yang mengenalkan Eun-Ho pada buku karangan penulis Satsuki Nosume itu.





Ah, indahnya…





Keindahan yang manis-manis semacam ini tuh terhampar banyaaak di sepanjang 16 episode drama ini.



Sebuah Kesimpulan






Ah, sampailah akhirnya saya di titik kesimpulan ini. Saya pada akhirnya menyimpulkan bahwa drama ini sangat menyenangkan hati sekali.





Tidak ada tokoh jahat, karakter-karakternya dekat dengan kepribadian kita sehari-hari dan pesan moral yang positif tentang perempuan yang kembali bekerja setelah hiatus lama.





Meskipun ada hal-hal negatif tetapi tidak mengurangi rasa hormat saya kepada penulis drama ini deh.





Asli, seriusan, menurut saya drama ini benar-benar sesuatu salah satunya ya dari tulisan saya ini.





Saya bisa menyarikan banyak hal ya karena drama “Romance Is A Bonus Book” ini memang banyak sekali memiliki aspek-aspek yang menarik untuk dicerna.





Selain itu, saya suka kedewasaan yang ditampilkan dalam drama ini.





Para tokohnya yang berusia 30 tahun ke atas telah mengalami berbagai peristiwa hidup yang semakin menjadikan mereka bijaksana.





Ah, baiklah saya sudahi tulisan ini dengan ungkapan:





Dear pembaca blogku, the moon is beautiful…..





:’)

Postingan terkait:

3 Tanggapan untuk "Lima Pelajaran Penting dari Drama Romance Is A Bonus Book"

Risna mengatakan...

satu hal yang juga sangat mengganjal dari film ini adalah: si Dan-i ga diperlihatkan memperhatikan anaknya, padahal dia kerja demi bisa kirim duit ke anaknya. Secara keseluruhan film ini memberi closure yg lengkap dan menarik emang buat mengenalkan buku cetak di jaman digital ini.

Putry Amouy mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
dea alias dey mengatakan...

Setuju mba risnaaaa. Kepengennya aku tuh di akhir-akhir anaknya Dan-i balik terus Eun-Ho jadi papa tiri yg baik, wkwkwk

Comment