PEREMPUAN INSPIRASIONAL CALON LEGISLATOR MUSLIMAH
Apa
yang kalian pikirkan tentang dunia politik? Kotor? Kusam? Tidak memiliki masa
depan?
Anggapan-anggapan semacam ini masih banyak bersliweran di benak
masyarakat. Ini tidak seluruhnya salah, tapi mari kita pikirkan lagi.
Bagaimana
pun hukum positif di Indonesia masih menganut demokrasi keterwakilan. Aspirasi
masyarakat Indonesia diwakili oleh para anggola legislatif.
Kita
tentu mafhum bahwa ratusan caleg telah mempromosikan dirinya sendiri dengan
berbagai cara : spanduk, banner, flyer.
Lalu,
sebetulnya caleg mana sih yang harus kita pilih?
GURU
MENGAJI YANG DICINTAI MASYARAKAT
Nah,
saya jadi ingin bercerita sebuah kisah nih. Kisah nyata yang pernah terjadi
dalam kehidupan saya sendiri.
Suatu
hari, saya mendatangi seorang guru mengaji saya di rumahnya. Beliau adalah
seorang ibu dengan 5 orang anak yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah
tangga.
Saat
kegiatan pengajian berlangsung, tiba-tiba datanglah seorang ibu penjual
makanan. Ibu itu menawari guru mengaji saya dagangannya. Guru mengaji saya bergegas keluar untuk membeli, menyapa dan mengobrol sejenak
dengan penjual tersebut.
Tidak
lama kemudian, datang lagi seorang bapak penjual makanan. Penjual itu lagi-lagi
menawarkan dagangan kepada guru mengaji saya.
Tanpa
ragu, guru mengaji saya pun langsung keluar, membeli, mengobrol, dan melepas bapak penjual
makanan dengan senyuman.
Ah, betapa
manis dan penuh energi kebaikan sekali apa yang dilakukan oleh beliau ini, begitu pikir saya pada waktu itu.
Guru
mengaji saya rupanya dikenal sangat dekat kepada tetangga, pedagang, bahkan
siapapun yang berada di lingkungannya.
Hampir
tiada pernah terlintas gurat kelelahan setiap beliau keluar menghampiri para
pedagang yang menjual dagangannya.
Kadang-kadang
para pedagang itu mampir saja, tanpa menjual apa-apa. Kebaikan dan keramahan
guru mengaji saya telah menjadi magnet ajaib yang menguar di lingkungan
masyarakatnya.
Masya
Allah….
Lalu
bagaimana dengan keluarganya?
Guru
mengaji saya ini selalu berprinsip “Selesaikan urusan domestik dahulu abru
aktuliasasi diri”.
And indeed, she walk the talk. Beliau menjalankan apa yang
diucapkan.
Seorang
perempuan yang sukses mencintai dan dicintai keluarga dan lingkungan-nya iinilah
yang maju menjadi caleg sekarang.
Ya,
guru mengaji saya tersebut akan turun ke gelanggang politik
:’)
Beliau
adalah Iin Nur Fatinah.
PEREMPUAN
HARUS TURUN KE POLITIK JUGA
Jika
ada pertanyaan mengapa Bu Iin turun ke pentas panggung politik? Jawabannya ada
pada keikhlasan.
Betapa
rumit kita yang suka menghubungkan iklas dengan ringannya perasaan saat
mengerjakan sesuatu.
Padahal
ternyata ikhlas itu artinya menuntaskan amanah yang diberikan Allah, seperti
apapun ringan/beratnya perasaan kita.
Seperti
itulah juga alasan Ustadzah saya satu ini berjuang di ranah legislatif. Beliau diberi
amanah mengingat sepak terjangnya yang sudah berhasil mendidik keluarga dan
lingkungan sekitar.
Dengan
kebeningan niat, guru mengaji saya inipun menyetujuinya. Sebuah sikap ksatria
yang tidak hanya memperhitungkan keuntungan pribadi tetapi juga kebaikan bagi
masyarakat luas.
CALEG
PEREMPUAN YANG DIRINDUKAN
Bukankah
kita merindukan terpenuhinya kuota perempuan di dunia legislatif? Kalau begitu,
sudah saatnya kita mewujudkannya.
Bukankah
kita merindukan sosok perempuan mengisi ruang-ruang perpolitikan? Kalau begitu,
sudah saatnya kita mendukung mereka yang akan maju memperjuangkannya.
Sungguh,
sudah saatnya para ibu melebarkan sayap kelembutan mereka di dunia politik yang
terkenal atas streotipe-nya yang khas lelaki : kotor, kejam, ganas.
Calon
anggota legislatif perempuan adalah sesuatu yang sangat kita rindukan. Sesuatu yang
bisa mengubah dunia perpolitikan.
Calon
anggota legislatif perempuan adalah sesuatu yang sangat kita nantikan. Sesuatu yang
bisa menyeimbangkan dunia perpolitikan.
Sesuatu
yang memberikan warna cerah bagi tersalurkannya pesan-pesan humanis khas para
perempuan
IIN
NUR FATINAH, DARI RUMAH MENUJU GELANGGANG POLITIK
Sekarang
mari kita tengok tentang sosok Iin Nur Fatinah, sosok guru mengaji dan ibu
rumah tangga yang memutuskan turun ke pentas perpolitikan.
Jika
saya diberi kesempatan memberikan kesaksian sebagai murid beliau, saya ingin
menceritakan tentang betapa banyaknya prestasi Bu Iin ini di lingkungan
rumahnya dan masyarakatnya sendiri.
Iin
Nur Fatinah, biasa disapa oleh keluarga dan lingkungannya dengan panggilan “Iin”
lahir di Jakarta 44 tahun silam.
Jika
kita merindukan sosok caleg perempuan yang telah sukses di rumah, saya dapat
memastikan bahwa Bu Iin ini adalah salah satu di antaranya.
Iin
Nur Fatinah memiliki 5 orang anak dengan prestasi yang menurut saya sangat
cemerlang bagi setiap masing-masingnya.
Anak
pertamanya, Maryam, kini semester 1 Fakultas Psikologi UIN, telah menyelesaikan
hafalan 30 juz Al-Qur’an saat usianya 16 tahun.
Anak
keduanya, Wilda, kini semester 1 Fakultas Teknik UI, telah menyelesaikan
hafalan 30 juz Al-Qur’an saat usianya 15 tahun.
Anak
ketiganya, Salma, berusia 16 tahun, kini duduk di SMA, telah memiliki hafalan
sebanyak 8 juz Al-Qur’an.
Anak
keempatnya, Akrom, berusia 13 tahun, telah memiliki hafalan sebanyak 3 juz
Al-Qur’an sambil berjuang di tengah kondisinya yang disleksia.
Anak
kelimanya, Sahla, si bungsu yang baru berusia 10 tahun tetapi sedang
semanga-semangatnya membalap hafalan Al-Qur’an kakak-kakaknya.
IBU
YANG SUKSES DI RUMAH AKAN SUKSES JUGA DI MASYARAKAT
Sudah
sepantasnya kita mempertimbangkan rekam jejak seorang caleg di dalam
keluarganya sebelum kita memutuskan untuk memilihnya.
Bukankah
keluarga adalah miniatur sebuah masyarakat?
Maka,
sosok Iin Nur Fatinah benar-benar menunjukkan kepada kita apa itu rekam jejak
di sebuah keluarga.
Seorang
ibu yang berhasil mengantarkan anak-anaknya sukses di dunia akademik dan dunia
agamis dalam satu waktu adalah seorang ibu yang sukses.
Bu Iin
telah melakukan hal itu. Sebelum aktualisasi diri, beliau susun sistem bangunan
di keluarganya.
Beliau
ciptakan anak-anak yang mandiri, siap belajar, siap mendekat pada Al-Qur’an dan
siap berprestasi.
Ah,
Saya
jadi paham mengapa Bu Iin sangat berat sesungguhnya saat mendapatkan amanah
menjadi caleg ini.
Dunia
seorang perempuan yang telah menjadi ibu rumah tangga adalah di dalam rumahnya,
bersama anak-anaknya sendiri.
Saya
paham betapa beratnya perpindahan ritme pekerjaan yang dihadapi Bu Iin. Tapi landasannya
adalah keikhlasan.
Dan ikhlas
tidak berkaitan dengan ringan/beratnya perasaan kita. Ikhlas itu menuntaskan
amanah. Ikhlas itu berjuang hingga batas akhir amanah.
:’)
Saya
pun mendapat banyak sekali pelajaran dari sosok seorang Iin Nur Fatinah. Beliau
yang ibu rumah tangga, aktivis di masyarakat, kini melompat pada pentas
politik.
Sebuah
panggung yang bisa berdampak lebih luas di masyarakat.
Bukankah
itu cita-cita setiap kita? Untuk memberikan dampak positif yang hebat
masyarakat?
Selamat
berjuang guru mengajiku tercinta, Iin Nur Fatinah!
Keterangan
:
Iin
Nur Fatinah adalah calon anggota legislatif DPRD tingkat I Jawa Barat daerah
pemilihan Depok-Bekasi dari Partai Keadilan Sejahtera
1 Tanggapan untuk "CALEG PEREMPUAN YANG KITA RINDUKAN"
apa pendapat anda tentang calon dpd ri sumsel
Posting Komentar