Saat Kelompok Liqo Binaanmu Sepi


Hai, assalamualaikum para pembaca! Inilah sebuah segmen terbaru dari blog saya ini. Namanya “Catatan Hati Seorang Murobbi”. 


Sebetulnya ini sebuah ikhtiar sih mencatat pengalaman demi pengalaman saya dalam membina kelompok liqo. Tujuannya untuk dokumentasi sekaligus syi’ar.


Bilang ajaa mo curhat, Dey. Wkwk. Iyaa, curhat dalam dunia seputar liqo karena sering banget dalam mengurus sebuah kelompok liqo, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran.


Semoga banyak manfaatnya ya. Amiin. Kalau ada pro dan kontra tentang tulisan ini mah wajar, hehe. Namanya juga tulisan, bisa dipersepsi beda oleh setiap orang.


Okay, kita langsung aja yah. Inilah curahan hati seorang murobbi episode 01. Jeng! Jeng! ;D


Jadi, dalam kelompok liqo, si kakak mentor yang sering disebut murobbi bertanggung jawab mengelola sebuah kelompok.


Isinya si kelompok itu bisa bermacam-macam jumlahnya. Nah, gimana perasaanmu kalau kelompok liqo yang kamu bina sepi secara jumlah? Gimana kalau dari minggu ke minggu kelompok yang kamu bina semakin sepi? Sepi itu apa sih ukurannya? Kenapa sih bisa sepi?


Well, pengalaman membuktikan sih, kalau kelompok binaan kita sepi itu suka ada faktor dari murobbi alias kitanya juga sebagai kakak mentor-nya mereka.


Bisa jadi kita pernah terlambat dateng tanpa pemberitahuan sebelumnya.


Bisa juga kita pernah ga ngisi liqo tanpa perencanaan acara pengganti.


Bisa juga karena kita terlalu monoton dalam metode ngisi liqonya/
Kok kaya self-doubt gitu sih sebagai murobbi, dey? Hehehe. Ngga juga sih sebenernya. Ini berdasarkan pengalaman aja.


Kalau kita sebagai murobbi atau kakak mentor pernah bolos atau telat pasti sedikit banyak menurunkan minat adik-adik untuk dateng liqo.


Eh, pernah yang paling parah sih kelompok liqo binaan saya, yang terdaftar ada 13 orang tapi yang dateng tau ga berapa? Huhuhu. Huhuhu. Cuma 3 aja dongs.


Abis itu langsung saya evaluasi diri sendiri. Evaluasi ibadah diri sendiri. Evaluasi pendekatan ke binaan. Evaluasi kedisiplinan penyelenggaraan liqo.


Terus saya meluncurkan deh sebuah gerakan yang saya sebut dengan gerakan “Reboisasi”. Tau dong artinya apa?


Reboisasi adalah sebuah istilah untuk menyebut proses penanaman kembali lahan atau hutan yang telah gundul.


Begitu juga dengan hutan, kepada kelompok liqo binaan, saya ingin menumbuhkan kembali semuanya.


Ya komitmen. Ya disiplin. Ya kelekatan. Ya rasa memiliki. Saya ingin memulihkan semuanya.


Langkah pertama dimulai dari komitmen. Saya menjapri setiap binaan saya untuk menanyakan kembali komitmen mereka dalam liqo.


Ada yang ingin ga liqo lagi. Ada yang ingin pindah liqonya deket rumahnya.


Saya fasilitasi dong semuanya. Yang ga liqo gimana, Dey? Oh, itu juga saya setujuin aja. Setelah sebelumnya tentu aja saya tawari untuk pindah liqo ke deket rumahnya


Cara menjapri per orangan seperti ini saya nilai lumayan efektif sih. Mereka jadi sadar bahwa mereka terlalu jauh melenceng dari komitmen liqo sebelumnya.


Langkah kedua, menetapkan jadwal liqo secara menetap. Sering kali orang ga mau dateng liqo karena ada agenda lain.


Nah untuk menetapkan jadwal, saya belajar bahwa musyawarah adalah cara terbaik. Semua orang punya kesibukan masing-masing.


Melalui musyawarah, kita jadi saling tahu kesibukan masing-masing dan mencari titik temu. Memang sih agak memakan waktu tapi cara musyawarah ini membawa peserta liqo terlibat aktif.


Langkah ketiga, setelah menetapkan waktu liqo, saya sebagai murobbi wajib, kudu, harus, mengusahakan datang tanpa jeda tanpa bolong.


Kalau berhalangan hadir, sebisa mungkin cari penggantinya.
Berhasil kah cara ini? Alhamdulillaaaah…. Berhasiiil
Hihihi.


Di kelompok binaan saya yang tadinya cuma 2 atau 3 orang saja, pekan kemarin berhasil meningkat dong alhamdulillah. Menjadi 8 orang. Wah, allahu akbar!


Kalau ditanya seneng, seneng bangettt. Tapi perjuangan belum selesai sih. Secara kan yah di grup terdaftar 13 orang.


Nah, si 5 orang sisanya ini harus dilakukan gerakan reboisasi dari langkah nomor ke-1 lagi.


Kalau ada yang nanya ngapain capek-capek mengejar binaan biar balik rame lagi? Jawabannya karena mereka adalah tanggung jawab saya.


Iya sih betul bangettt hidayah mah hak Allah. Tapi kita sebagai da’i dan murobbi dan kakak mentor, wajib berikhtiar sekuat-kuat dan sehorma-hormatnya.


Apa tuh sekuat-kuatnya?


Menurut saya sih melakukan berbagai upaya memperbaiki cara delivery dalam liqo, mendekati binaan satu per satu dengan keakraban, dll. Cari tau deh karakteristik peserta liqo, misalnya kalau pekerja kebutuhannya apa.


Beda dengan kebutuhan peserta liqo yang masih anak SMA. Beda lagi kebutuhannya dengan peserta liqo yang baru lulus dari SMA.


Kalau berikhtiar sehormat-hormatnya apaan tuh, Dey?


Menurut saya sebagai da’i, murobbi, atau kakak mentor, kita tetap harus menganggap peserta liqo sebagai sosok yang punya kapabilitas sih. Ga meremehkan dan ga otoriter, gitu menurut saya.


Misalnya nih, ada yang mau mengundurkan diri setelah diakrabi, atau ditawari pindah liqo ke dekat rumah, yo wes dilepas aja.


Itu tanda kehormatan yang berwibawa menurut saya.


Bagi saya pribadi ngebina kelompok liqo adalah sebuah amal jariyah. Tau kan hadist Rasulullah yang tentang amal jariyah?


“Semua amal anak Adam akan terputus kecuali 3 hal yaitu ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah dan anak sholeh yang mendoakan”


Di dalam sebuah kelompok liqo pastinya ada transfer pengetahuan dari murobbi kepada adik-adik binaannya.


Oiya, tapi ga mesti juga harus jadi lulusan Madinah untuk jadi murobbi. Menurut saya, kalau menunggu menjadi lulusan Madinah dulu, akan sangat jarang yang menjadi murobbi.


Padahal menurut saya orang yang jadi subjek dakwah banyak. Sayang kalau ngga diseriusi.


Fyi, saya sendiri megang dakwah sekolah. Sejak lulus dari SMA pada tahun 2007 silam saya sudah turun ke sekolah untuk mengisi kelompok-kelompok mentoring.


Kesan saya gimana?


Asyik. Asyikkk bangeeeet megang anak SMA itu. Mereka dinamis, aktif, dan mudah dibentuk banget. Kadang suka kasian kalau di usia segitu masih ada yang belum bisa baca Al-Qur’an.


Atau malah takjub di usia segitu sudah ada yang hafalannya 16 juz. Hah? Iyaaaa. Binaan saya ada yang kelas 2 SMA tapi hafalannya sudah 16 juz.


Katakan “ouwh”, teman-teman. Ooouuuwwhh… Hihihihi ;p


Pada akhirnya jalan dakwah sekolah ini adalah salah satu rizki terbesar dari Allah dalam hidup saya. Serius asli deh sebuah rizki.


Halangan dan rintangan dalam mengelola sebuah kelompok liqo adalah jalan dari Allah buat saya. Allah pengen saya lebih kreatif lagi. Allah pengen lihat kerja keras dari saya berpadu keikhlasan.


Ala kulli hal, akhirnya saya beneran bersyukur deh. Bisa meramaikan lagi kelompok binaan saya yang sepi itu.


Sebuah program bukti keseriusan saya mengelola kelompok liqo. 



Duh, semoga jadi tiket saya menuju ke syurga-Nya.


Sampai jumpa lagi di tulisan yang lain!


^_^


=Dea Adhicita=
Murobbi dari 3 kelompok yang keren-keren bingitss




Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Saat Kelompok Liqo Binaanmu Sepi"

Comment