Hai, hai, hai! Assalamualaikum, para pembaca
blogku di manapun kalian berada.
Kali
ini saya mau cerita tentang subjektivitas saya tentang profesi saya yaa.
Btw,
saya berprofesi sebagai IRT. Ibu Rumah Tangga.
Pada
suatu hari, suami saya memberitahukan di pagi hari bahwa dia akan pulang larut
malam. Wah, hmmm, hmmm, saya langsung berdehem sekitar 50x.
Hihihihi.
Bukan
apa-apa nih, sebagai Ibu Rumah Tangga sesungguhnya saya suka sekali jika suami
saya pulang tepat waktu.
Dengan
dia ada di rumah, saya merasa ada teman untuk menemani anak-anak.
Dengan dia
ada di rumah, saya merasa ada sosok untuk berbagi beban mengasuh anak-anak…
Emangnya
segitunya Dey jadi IRT ya?
Bukannya
di rumah udah dibantu sama ART (Asisten Rumah Tangga)?
Iya
dan iya. Dua pertanyaan di atas jawabannya adalah iya….
Iya,
segitunya jadi ibu rumah tangga.
Iya,
saya dibantu seorang asisten rumah tangga.
Praktisnya
saya hanya bertanggung jawab kepada anak-anak. Menemani, menyiapkan makan,
menjaga mereka.
Perihal
mencuci baju, menyetrika pakaian, membersihkan sekeliling rumah, sudah ada asisten
rumah tangga yang mengerjakannya.
Tapi
begitu saja tetap membuat saya lelah dalam menjalaninya…..
Hmmm….
Lalu
bagaimana saat suami saya memang ada pekerjaan tambahan yang mewajibkan pulang
malam?
Kalian
harus tau betapa sabarnya Jati Nantiasa Ahmad sebagai suami saya.
Hanya dengan
sekali kerlingan mata, dia sudah tau saya sudah stres sejak pagi hari.
Sambil
diam tidak berkata apa-apa, suami saya hanya memberi saya uang sambil bilang “Gunakan
sesuka Neng ya uang ini, untuk menimalisir ketegangan di dalam rumah ya!”
Ya
ampun, ya ampun, ya ampun, suami saya tuh memang lurus-lurus aja di luar tapi
luar biasa perhatian ke saya sampai segitunya.
Hihihihihi~
Terus
uang menggantikan suami saya gitu? Tetep nggak lah…
Sebanyak apapun duit yang
ditinggalkan di rumah untuk meminimalisir ketegangan saya tetep memilih adanya
suami di rumah
Tapi
kan kadang-kadang pekerjaan tambahan ga bisa direncanakan yah…
Akhirnya
saya menarik nafas panjang dan bersiap membersamai anak-anak saya dari jam 7
pagi hingga jam 9 malam.
One,
two, three, let's go!!
Sulung
saya itu super duper aktif dan kreatif. Di benaknya itu hanya bermain, bermain,
dan bermain saja.
Dan
memang alamiahnya begitu sih kalau yang saya pelajari di mata kuliah psikologi
pendidikan anak usia dini…
Tapi
kan, nanti ada yang bilang “Alah teori mulu”
Yaudah,
saya bilang sulung saya aktif banget aja deh. Hihihihi.
Anak lain bisa duduk
anteng mewarnai, membaca atau membalik-balik buku, anak saya mah BIG NO!
Akhirnya
saya suka memberi YouTube semata-mata agar meminimalisir ketegangan di dada
saya melihat tingkah polah si sulung.
Hufttt~
Kalau
dibiarin tuh yah kreativitas dia bisa membuat rumah berubah lho…
Beneran….
Berubah
jadi mirip kandang sapi! >,< Wkwkwkwk
Iya,
pernah sulung saya tuh bawa segala jenis daun-daunan terus menebarkannya di
sekeliling lantai rumah.
Terus dia guling-guling belagak jadi sapi dong ah.
Ah,
ah, anak sulungku….
Ah,
ah, anak pertamaku….
Dirimu
adalah pijar energi kinestetik tak putus-putus.
Kadang-kadang
saya dan suami saya suka ngeri-ngeri sedap melihat energinya yang tidak habis-habis.
Kadang-kadang
kami mendoakan dia menjadi panglima TNI, mempergunakan energi supernya itu untuk
menjagai NKRI dari Sabang sampai Merauke.
Pasti
hanya kami yang berharap supaya anaknya jadi panglima TNI deh, hahahahahaha…..
Tapi
ya itu tadi sulung saya itu bagaikan gunung super aktif yang selalu menggelegak.
Kalau gunung mengeluarkan lava dan lahar, kalau anak saya mengeluarkan ide-ide
bermainnya
Nah,
bagaimana dengan si adik??
Adiknya
yang bulan depan akan menginjak usia 2 tahun tentunya adalah pengikut super
setia sang kakak.
Sang
kakak melompat, dia akan ikut melompat…
Sang
kakak berlari, dia akan ikut berlari….
Sang
kakak bermain air???
DIA
AKAN MENYEMPLUNGKAN DIRI DENGAN SUKARELA
Di
sinilah mamak mulai butuh panadol, sodara-sodara. Hihihihihi.
Itulah
mengapa saya katakan, menjadi IRT atau Ibu Rumah Tangga itu memang melelahkan…..
Itulah
mengapa saya katakan menjadi IRT atau Ibu Rumah Tangga membuat saya merindukan
suami lebih besar daripada perempuan-perempuan lain…
Hihihihihi…
Maaf
ya suamiku, suka ditelpon kalau di rumah udah ada prahara. Udah mana saya
nelponnya ga sopan lagi..
Langsung
ke inti masalah dengan suara naik beberapa oktaf. Hadeuuuh. Wkwkwkwk..
Itulah
mengapa saya sangat stress setiap suami saya memberitahukan bahwa dia ada
pekerjaan tambahan yang menjadikannya harus di kantor sampai malam…
Huft~
rasanya saya mau memberitahukan seluruh dunia bahwa menjadi IRT itu sesuatu
yang sangat-sangat underrated sekali…
Saya
pun begitu sebelum menjadi IRT…
Alah,
apa sih susahnya jadi ibu rumahan?
Paling
gitu-gitu aja kan??
Nyuapin
anak, mandiin anak, nyebokin anak, ngelonin anak, gantiin baju anak, nemenin
anak…
Iya,
gitu-gitu aja….
Ya
tapi kalau tiap hari coba aja dibayangin, hihihihi. Lumayan juga gaessss~
Itulah
kenapa kalau pagi-pagi sebelum berangkat, pasti saya minta peluk sama suami saya.
Pelukan yang makin kesini suami saya makin hafal kebutuhan saya:
Sebuah
pelukan yang lama….
Tanpa
kata, hanya berpelukan lama sekali...….
:’)
Itu
sudah menguatkan saya, alhamdulillah.
Maka,
teruntuk semua ibu-ibu yang menjadi Ibu Rumah Tangga di luaran sana, mari kita
saling berpegangan tangan….
Mari
menjadi sejarah di dalam kehidupan anak-anak kita dengan seorang ibu yang ada
di rumah saat dia pulang dari sekolah….
Mari
menjadi kebaikan di dalam kehidupan anak-anak kita dengan seorang ibu yang ada
saat mereka menanyakan sesuatu hal….
Mari
menjadi ibu di rumah yang merasakan penat, letih, lelah, bosan, ingin teriak,
ingin kabur, ingin bebas dari anak-anak, tapi tetap tidak menyerah dengan semua
permintaan yang tidak valid itu….
Kenapa
saya katakan tidak valid?
Karena
semua itu hanyalah efek samping dari kelelahan…. Dan menjadi apapun itu pasti
ada lelahnya….
Dan
bukan karena lelah itu kita berhenti…
Bukan
karena satu, dua, tiga kesalahan, kita berhenti…..
Tapi
karena Allah mengatakan telah habis masanya kita menjadi apapun itu alias
meninggal dunia….
Jangan
berhenti,,
Jangan
menyerah,,,
Itu
dua hal yang selalu saya katakan kepada diri saya setiap hari, setiap pagi,
setiap siang, setiap sore, setiap malam, setiap pagi lagi, setiap siang lagi, setiap
sore lagi, dan terus berputar dari hari ke hari…..
Dua
hal yang selalu saya gigit keras-keras di dalam jiwa….
Agar
tidak pernah saya merasa rendah dengan apa yang saya lakukan ini…
Agar
tidak bersedih saya dengan apapun ujian yang menimpa selama menjadi ibu rumah tangga….
Allah.
Ada Allah,
Dey…
Dia Maha
Melihat segala-galanya… Dari mulai aktivitas pagi hari, di mana anak-anak
bangun dan langsung menangis ditinggal ibunya sholat subuh….
Dia
Maha Melihat segala-galanya… Dari mulai aktivitas siang hari di mana si kakak
pulang sekolah lalu mereka terlibat perebutan segala macam makanan dan mainan….
Dia
Maha Melihat segala-galanya …. Dari mulai kemarahanmu yang meledak karena
dibangunkan saat tengah tidak sengaja terlelap di tengah hari….
Rupanya
si sulung minta diceboki sehabis BAB…
Atau
si bayi yang menjatuhkan segelas air dan berakhir dengan bemain air di lantai ruang
tamu….
:’)
Jangan
menyerah, wahai semua ibu rumah tangga seluruh dunia….
Happy
Ending kalian adalah saat kalian tidak menyerah dengan apapun yang membebani
kalian saat ini…
Kesedihan
kalian….
Kelelahan
kalian…..
Impian-impian
sederhana kalian, seperti 24 jam tanpa anak-anak
Menjadi
IRT atau Ibu Rumah Tangga adalah sesuatu yang istimewa. Memilih menemani anak
-anak di rumah sementara gelar dan usia masih produktif adalah sesuatu yang
luar biasa…
Dan
teruntuk aku, Dea Adhicita, jika kamu membaca tulisan ini beberapa waktu kemudian
di masa depan,
Ini
kalimatku untukmu:
Kamu
luar biasa, kamu kuat, kamu ibu yang baik, kamu dicintai, kamu ratu rumah
tangga. Tanpamu anak-anakmu tidak akan sebahagia sekarang. Tetaplah menjadi ibu
rumah tangga karena ini adalah pilihah menyejarah yang penuh dengan kebaikan…
Tetaplah menjadi ibu rumah tangga karena kamu sangat membawa kebaikan dengan
profesi ini. I love you. I love you so much!
1 Tanggapan untuk "Ibu Rumah Tangga, Pekerjaanku Yang Membosankan Tapi Takkan Pernah Membuatku Menyerah"
Masyaallah 🤧❤️
Posting Komentar