Hai~hai~haiii! Bertemu kembali di jampasirunik yah dengan
saya Dea Adhicita.
Kali ini saya mau sharing-sharing soal dua hal di atas niih.
Yang pertama tentang lepas jilbab. Dan yang kedua tentang
keinginan bunuh diri.
Dua topik ini ternyata ada kaitannya, setidaknya itulah hasil
observasi yang saya lakukan akhir-akhir ini.
Terhitung ada 3 subjek observasi saya di media sosial yang
menampilkan karakteristik validitas pernyataan tersebut #cailah #wkwkwk
“Keputusan melepas jilbab ada hubungannya dengan tendensi
atau keinginan untuk bunuh diri (atau episode sulit dalam kehidupan)”
Tapi sebetulnya ini jauh yak dari scientific sih, hmmmm.
Ngerinya saya dituntut nih karena mengeluarkan tulisan yang hasil observasi
tapi ga ada dasar teori sama metode penelitian lainnya.
Wkwkwkw ;p
Walaupun begitu tetep lanjut aja yuk pembahasannya…..
Ah, tulisan ini tuh tone-nya mellow banget sebenernya.
Karena dari saya pribadi saya adalah pihak yang pakai jilbab
sejak (relatif) kecil yaitu kelas 1 SMP. Jilbab telah menjadi identitas saya
sejak lama.
Mungkin hanya teman-teman SD saya yang lupa-lupa ingat
bagaimana saya tanpa jilbab (dan itu sesuatu yang saya syukuri)
Oleh karenanya adalah sangat sedih sebetulnya bagi saya
melihat teman-teman lepas jilbab atas dasar alasan apapun itu..
Iya,
Benar, bahwa di jurusan kuliah saya yaitu Psikologi, kami
diajari untuk bersimpati dan berempati kepada orang lain.
Maksudnya apapun pilihan hidup mereka, kita harus selalu bisa
memahami alasan yang terjadi di balik pengambilan keputusan itu.
Tetapi paradigma saya sebagai muslimah tetap merasa sedih dan
merasa perih jika melihat ada orang-orang yang melepas jilbabnya….
:’((
Okeh jadi saya melihat cuitan seseorang yang lepas jilbab di
Twitter ya. Beliau adalah salah seorang yang satu lembaga pendidikan dengan
saya.
Ketika kami dulu 1 lingkungan, saya masih melihatnya
berjilbab.
Memang dia terkenal sebagai sosok perempuan yang cool, dan agak
boyish alias tomboy ya….
Ah, lagi-lagi ini saya sepertinya observasi abal-abal alias
bisa jadi ini tidak valid 100% sih….
Tapi begitulah adanya ketika saya melihat dia lepas jilbab,
saya hampir saja tersedak dibuatnya.
Tapi karena memang kami tidak terlalu
dekat, saya pun hanya bisa memendam rasa ingin tahu dari jauh.
Apa sebenarnya alasan dia melepas jilbab tidak pernah saya
tau sebenar-benarnya….
Tapi beberapa waktu lalu saya melihat dia membuat cuitan demi
cuitan bercerita tentang salah satu episode yang berat yang dia alami.
Episode berat itu datang bertubi-tubi ke dalam kehidupannya…
Diselingkuhi pacar, kehidupan akademik yang mandeg, dan
episode-episode berat lainnya telah membuatnya memiliki keinginan untuk bunuh
diri.
Alhamdulillahnya adalah dia gagal dalam usaha percobaan bunuh
diri itu..
Saya sedih banget bacanya ih :’(((((
Berasa tercabik-cabik aja gitu hati, ga lebay ini mah.
Beneran bisa membayangkan seperti apa kalutnya
perasaan dia saat memutuskan
mencoba bunuh diri itu…
Saya tidak tau pada akhirnya apakah pada akhirnya percobaan
bunuh diri ada kaitannya dengan lepas jilbab yah,
Saya ga tau persis sih sebetulnya
bagaimana kronologis dia lepas jilbab soalnya ya.
Tanggal berapa gitu pastinya.
Dia hanya mencuit tentang keinginan bunuh dirinya bukan
tentang lepas jilbab.
Tetapi mau tidak mau saya mengaitkan antara kedua peristiwa
tersebut.
Dan pada akhirnya saya jatuh kasihan pada dia…
Dan juga orang-orang lain yang lepas jilbab…
Kalau kata “kasihan” di sini mengintimidasi, baiklah, saya
ganti dengan saya pada akhirnya jatuh sayang pada mereka yang lepas jilbab…
Sungguh, kawan…
Saya jatuh sayang…
Ternyata benar dugaan saya selama ini.. Orang-orang yang
lepas jilbab itu mengalami episode-episode berat dalam kehidupannya…
Mereka berteriak minta tolong tetapi tidak ada yang
memperhatikan…
Mereka berpura-pura baik saja tetapi beban di hati terasa
terlalu berat….
Mereka kehilangan cinta terhadap diri mereka sendiri…
Mereka akhirnya merasa tidak cukup baik atau sudah cukup baik
untuk terus memakai jilbab
HUKS~~~~
HUHUHUHUUHU….
:’(((((
Sediiiiiiihhhhh
Saya selamanya akan sedih merespon orang yang lepas jilbab,
karena saya yakin keputusan mereka dalam lepas jilbab hanyalah puncak gunung
es…
Salah seorang kawan lama saya juga memutuskan lepas jilbab.
Hal ini terjadi saat dia masuk kuliah. Saat di SMP dan di SMA
dia memakai jilbab.
Saya tidak tau apakah dia juga mengalami episode sulit dalam
kehidupan sehingga memutuskan untuk melepas jilbab.
Tetapi beberapa kali membaca blognya, sempat menghadirkan
perasaan “feeling blue” di hati saya..
Seolah dia berdiri sendirian menghadapi semua urusannya.
Dan tiada tempat bersandar..
Salah seorang kawan saya yang lain juga memutuskan untuk
melepas jilbab beberapa waktu yang lalu.
Dari linimasa Facebook-nya saya merasakan kesedihan yang
teramat sangat yang dia alami
Ternyata dia mengalami perceraian dengan suaminya.
Lagi-lagi pikiran saya yang cetek ini segera menggambar
sebuah hubungan tentang kedua hal ini.
Episode sulit dalam kehidupan seseorang dapat menyebabkan dia
berpikir untuk melepas jilbab…
Dan hal ini benar-benar memberi saya perasaan galau juga
tiba-tiba.
Karena apa?
Karena saya tidak memberikan bantuan apa-apa terhadap mereka
saat menghadapi episode sulit itu.
Karena jangan-jangan di akhirat nanti mereka menuntut
kita-kita sesama muslimah karena tidak peka terhadap kesulitan mereka
Tiba-tiba saja hati saya terasa sakit….
:’(((((
Saya sesungguhnya selalu bahagia setiap ada orang yang memakai jilbab.
Bagi saya, jilbab bukan bentuk kesucian seseorang, bukan berarti dia bebas dari dosa dan kesalahan-kesalahan...
Bagi saya, jilbab adalah awalan komitmen seseorang terhadap agamanya..
Bukan berarti yang berjilbab itu bebas dari kesalahan, dosa
kecil, ataupun dosa besar (meskipun naudzubillah ayo selalu menghindari dosa-dosa)
Tetapi berjilbab menurut saya adalah sebentuk janji awal bagi diri sendiri untuk
menjaga Islam kuat-kuat.
Maka saya sangat sediiiih kalau ada yang melepas jilbabnya….
Sedih yang sebetulnya bikin saya jadi ga produktif…
Saya jadi wondering ada apa dengan dia…
Bagaimana dia hingga memutuskan untuk melepas jilbab….
Ah,
Tapi pada akhirnya saya merasa saya harus mengambil sebuah
tarikan nafas super panjang..
Semua yang terjadi pada mereka bukan semata-mata karena episode
sulit yang terjadi dalam kehidupan mereka..
Kalau begitu premisnya, maka sesungguhnya para Nabi dan Rasul
mengalami episode sulit dalam kehidupan mereka…
Ah, tapi kan berbeda Dey antara Nabi dan Rasul dengan kita
orang-orang biasa.
Iya kah?
Kalau begitu selamanya kah konsep kehidupan Nabi dan Rasul
hanya utopia?
Sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan?
Bukankah Allah menurunkan mereka para Nabi dan Rasul,
berbeda-beda kisahnya, untuk menjadi pelajaran yang kita teladani?
:’(
Ah, tampaknya saya hanya sotoy saja. Maafkanlah….
Saya ingin menyemangati diri sendiri dan teman-teman sekalian
yang telah berjilbab, jagalah diri kalian dan jilbab kalian…
Episode kehidupan memang berganti-ganti.
Ada bahagia, ada kesedihan…
Ada penantian, ada kelegaan…
Semua bisa saja membuat kita terlena, semua bisa saja membuat
kita terlupa..
Akan janji setia selama-lamanya mengenakan jilbab…
Ah, tiba-tiba saya teringat kisah para muslimah Palestina…
Mereka selalu memakai jilbab bahkan saat tidur di malam hari.
Karena mereka tidak tahu kapan rudal-rudal Israel menyasar
rumah mereka sebagai targetnya, mereka selalu memakai jilbab bahkan di saat
tidur…
Mereka ingin meninggal bahkan dengan memakai jilbab…
:’)
:’)
:’)
:’)
:’)
Sesuatu yang bisa jadi masih jauh dari realita, tetapi sungguh indah untuk mulai dipertimbangkan untuk diwujudkan…
Membawa jilbab sebagai sesuatu perjuangan..
Bukan sekedar selembar kain penutup rambut…
Membawa jilbab sebagai bukti penghambaan terhadap Allah..
Bukan sekedar menggugurkan kewajiban berhijab...
Ah, sampai di sini saya akan menyudahi tulisan ini dengan
sebuah surat pendek.
Saya tujukan bagi teman-teman saya yang telah memutuskan
untuk tidak berjilbab lagi..
“Di tahapan manapun kehidupan kalian, saya percaya kalian
selalu menyisakan ruang kesempatan di masa depan untuk kembali memakai jilbab….
Entah kapan, entah di mana, semoga kita bertemu kembali dalam senyum terbingkai
oleh jilbab terulur di kepala-kepala kita semua.. Aku menyayangi kalian, maafkanlah kealpaan
kami semua yang tidak menjangkau kalian di episode sulit kehidupan kalian… Aku
menyayangi kalian, aku sungguh-sungguh menyayangi kalian…”
2 Tanggapan untuk "Lepas Jilbab dan Keinginan Bunuh Diri atau Episode Sulit Kehidupan"
Menurutku pribadi, orang yang lepas jilbab gitu perlu ditilik sejarah kenapa dia berjilbab. Karena kalo orang yang awalannya hanya ikut trend misalnya. Bisa jadi pondasi berjilbabnya kurang kuat. Dan akan ada kemungkinan dia akan melepas secara perlahan. Menurutku sih gitu
Wujudkan Impian Anda Disini & Ajaklah Teman-Teman Anda Semua Untuk Ikut Bergabung Bersama Kami Hanya Di http://www.dewalotto.me !!!
Raihlah Mimpi Anda Setiap Hari & Jadilah Pemenang !!
Posting Komentar