janji resensi saya



Resensi Three Cups of Tea...

Saat gelap telah cukup kelam, kau akan dapat melihat gemintang (Peribahasa Persia)

Buku Three Cups of Tea adalah buku biografi seorang Greg Mortenson yang ditulis oleh David Olliver Rein bertebal. Greg adalah seorang (mantan) pendaki gunung yang mendirikan sekolah demi sekolah di pedalaman Asia Tengah di mulai dari Pakistan hingga pedalaman Afghanistan. Meminjam ungkapan di cover buku ini, Greg Mortenson mendirikan sekolah satu demi satu di “pekarangan belakang” Taliban.

Buku Three Cups of Tea ini diawali dengan pengalaman Greg ketika menuju K2 (merupakan singkatan dari Karakoram2 yang berarti puncak kedua dari Karakoram), salah satu puncak dari rangkaian pegunungan Himalaya. Ia tersesat beberapa ratus meter menjelang puncak K2. Bukannya mendekati puncak K2 ia malah berpuar-putar pada gletser-gletser raksasa yang membingungkan. Akhirnya pengalaman tersesat ini membawa Greg pada Korphe, desa kecil yang bahkan tak ada dalam peta pendakian. Desa yang mengawali sebuah tekad untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak di sana.

Hari-hari Greg berikutnya kemudian diisi tentang rencana bagaimana mendirikan sekolah di Korphe. Sekembalinya ke San Fransisco, Greg memulai perjalanan panjangnya untuk mendirikan sekolah di salah satu wilayah paling sulit terjangkau itu. Tantangan demi tantangan dilalui dengan tekad luar biasa. Bukan hanya harus memikirkan mulai dari pendanaan hingga pembelian bahan-bahan bangunan, Greg bahkan akhirnya harus membuat dulu jembatan menuju desa Korphe bersama para pemuda Korphe karena untuk mengangkut bahan-bahan bangunan menuju desa itu tidak bisa dilakukan lewat kapsul ayun yang biasa mengangkut manusia Korphe untuk berinteraksi dengan dunia luar.

Korphe adalah pencapaian luar biasa bagi seorang Greg Mortenson. Perjuangannya yang terentang ribuan mil San Fransisco-Pakistan Utara benar-benar tak mengenal kata lelah. Greg menghabiskan rata-rata tiga bulan di Pakistan sebelum kembali ke San Fransisco untuk kembali memikirkan pendanaan untuk pendirian sekolah berikutnya.
Perjalanan Greg untuk mendirikan sekolah di “pekarangan Taliban” ini juga diwarnai oleh pengalaman bagaimana menjadi sandera sebuah kelompok militer di daerah Afghanistan Utara.


Selain itu dalam buku ini juga diceritakan bagaimana konsolidasi Greg dengan para pemimpin Syiah dan para pemimpin desa di pedalaman Pakistan Utara. Pendirian sekolah-sekolah oleh seorang kafir di Pakistan Utara ini bahkan mengusik pemimpin tertinggi Syiah di Iran yang akhirnya memberikan izin untuk melanjutkan pembangunan sekolah-sekolah lain di desa-desa selain Korphe.


Perjalanan panjang Greg didukung oleh para donatur yang luar biasa, terutama sosok…..(aduh saya lupa,tu buku lagi dibaca mamah lagi) Yang menjadi penyokong kegiatannya sejak awal. Greg juga rutin mengikuti pertemuan para penggiat kegiatan mendaki gunung untuk mencari dukungan dana atas pendirian sekolah-sekolah ini. Di pertemuan ini pula Greg bertemu dengan cinta sejatinya yang kemudian menjadi istri yang memberinya 2 anak, Tara Bishop.


Greg meluaskan kegiatan mendirikan sekolahnya hingga Afghanistan. Proses ini sempat menempuh prosedur rumit ketika terjadi peristiwa serangan ke World Trade Centre pada 11 September 2001 yang menjadikan Afghanistan sebagai sorotan dunia dan ekskalasi peretempuran terus meningkat di Afghanistan.

Greg Mortenson akhirnya mendirikan CAI (Central Asia Institute) yang menaungi seluruh kegiatan pendirian sekolahnya di daerah pedalaman Asia Tengah yang terus berlangsung hingga saat ini.


Mengapa terus jua mengejar ramalan masa depan serta meletihkan otak untuk kebingungan sia-sia? Tinggalkan kecemasan, biarkan rencana Allah menjadi rahasiaNya semata (Omar Khayyam, The Rubaiyyat)

P.S. Buat saya pribadi, buku Three Cups of Tea ini membakar semangat saya lagi untuk mentahbiskan sisa hidup saya bukan di pulau Jawa yang sudah terlalu crowded ini tapi di pulau lain di daerah Indonesia yang terpencil. Memberi yang saya bisa untuk cahaya bagi kehidupan mereka yang belum tersentuh pendidikan sebaik di sini. Buku ini sungguh-sungguh menginspirasi dan menghangatkan hati saya Have a nice reading, everyone!!

-Cikumpa, 16 Oktober 2010, 7.54 pm-

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "janji resensi saya"

bayangantorgon mengatakan...

Woooooo dea masa lupa sama Jean Hurni ilmuwan eksentrik seorang pendaki gunugn asal Prancis yang mendanai dan mendukung Greg bikin sekolah di Korphe....

Ingat gak de waktu Hurni sakaratul maut dipangkuan Greg ??? dan Hurni masih bisa menggenggam tangan Greg dengan tenaga seorang pendaki gunung dan berkata "aku sayang kamu Greg sangat"

Comment