Perceraian dan Ketegaran yang Sunyi


Seorang kawan saya bercerai dengan suaminya. Kawan lama sih, tau kabarnya pun hanya sekilas di newsfeed facebook. Tapi perubahan besar bernama perceraian yang terjadi padanya akhirnya sampai ke kuping saya juga.

Saya super kaget sih, selain karena saya merasa tidak ada yang salah dengan pernikahannya, apalagi usia pernikahannya seusia pernikahan saya. 3 tahun pernikahan…

Mendengar kisah lengkap perceraiannya sih saya belum pernah. Saya hanya melihat perubahan nyata di setiap status sampai akhirnya keluar jawaban-jawaban atas pertanyaan tentang suami dan status pernikahannya.

Allah.

Tiba-tiba saya ingin bertanya, mengapa ia harus bercerai? Mengapa setega itu bercerai? Apakah ia tidak menjadikan anaknya sebagai pertimbangan utama saat memutuskan untuk bercerai, dan masih banyak pertanyaan egois lain yang ada di benak saya..

Egois karena pertanyaan-pertanyaan itu hanya untuk memuaskan keingintahuan , jauh dari kepekaan bahwa perceraian bagaimanapun juga adalah sesuatu yang menyakitkan, jauh dari keinginan untuk diekspos.

Ya Rabbana, jauh dari lubuk hati saya, saya mengirimkan doa agar kawan saya dan anaknya dinaikkan derajatnya oleh Allah melalui ujian ini.

Saya juga jadi diingatkan lagi untuk selalu berdoa dan berikhtiar mempertahankan pernikahan.. 

Walaupun sekarang saya bersyukur sekali , syukur yang teramat dalam, bahwa di dalam agama Islam perceraian adalah sebuah hal yang halal. Mengapa beryukur?

Karena tidak semua pernikahan berakhir di syurga-Nya. Mungkin ada manfaat yang lebih besar dengan perceraian..

Dan kawan saya itu semakin berkecimpung di bidang fotografi. Ada gurat kelegaan sekaligus kesiapan menanggung social pressure selepas bercerai dalam foto-fotonya. Ah, pada setiap ujian ataupun kebahagiaan, sepatutnyalah kita meniru Qolawun sang khalifah di jaman dinasti Abbasiyah yang selalu berujar penuh takzim atas setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya

“Aku tidak tau apakah peristiwa ini adalah ujian ataukah nikmat dari-Nya, tapi yang jelas aku berhusnuzhon (berprasangka baik) kepada-Nya”


:’’)



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Perceraian dan Ketegaran yang Sunyi"

Comment