Dua Tahun Rani (Cerita pendek)



Kilatan lampu kamera menyapa Rani saat turun dari mobil limosin hitam milik Republik Cinta, sebuah perusahaan manajemen keartisan terbesar di republik ini.  Rani berusaha tersenyum sambil beradaptasi secepat-cepatnya pada kerumunan acara di gedung bioskop pada malam itu.

Reyfal Saputra adalah salah satu aktor yang bernaung di bawah Republik Cinta. Reyfal terlihat dengan sigapnya membukakan pintu mobil dan menawarkan lengannya untuk Rani. Oh, benar. Ini arena publik dan acara publik. Pada setiap arena publik, tugas Rani adalah berperan sebaik-baiknya menjadi istri seorang Reyfal Saputra.

Rani meraih lengan Reyfal dan spontan bergidik di dalam hatinya. Malam ini hati Rani terasa sangat nyeri. Malam ini adalah acara peluncuran film terbaru Reyfal. Dan sebagai seorang istri, Rani harusnya bahagia. HARUSNYA.

Jika Rani benar-benar istri dengan semua makna yang terkandung di dalamnya...

“Reyfal!!”

“Reyfal..Reyfal..Reyfal…”

“Reyfal, pose dulu dong”

“Reyfal, silakan lewat sini untuk bangku VVIP”

Suara-suara fans bercampur dengan pers memeriahkan sebuah gedung bioskop terkenal di jantung ibukota. Rani memegangi lengan Reyfal sambil berjalan perlahan. Salah seorang panitia menunjuk lingkaran merah pada lantai di hadapan mereka. Reyfal mengajak Rani berdiri di lingkaran itu lalu berpose kepada para wartawan.

Tiga pose andalan yang diajarkan Reyfal sejak Rani resmi menjadi istrinya: pose tersenyum semanis madu, pose melambaikan tangan kepada khayalak ramai dan pose saling menatap seperti sepasang pasangan pengantin yang berbahagia.

Nyaris dua tahun menjadi seorang istri Reyfal Saputra telah memberi pembelajaran berarti bagi seorang Rani, salah satunya adalah pelajaran bagaimana membawa diri di acara-acara semacam ini.

“Reyfal, wawancara dulu sebentar ya di sini..”

“Oke, boleh, boleh..”

“Apa yang membuat  kamu menerima tawaran Love At Your Mind ini, Reyfal?”

“Well, at first setiap aku menerima tawaran project suatu film, pastinya aku membaca skripnya secara keseluruhan dulu, ya. Dan memang skrip film ini sangat sangat-sangat menarik sekali. Saya menyukai tokoh Andra dengan segala perkembangan karakternya yang tadinya tidak percaya akan cinta sampai percaya akan cinta melalui tokoh Aluna. Saya rasa penonton juga akan terharu dengan bagian-bagian dialog kedua tokoh ini, penulis Gandi Sugira tidak pernah salah dalam membuat dialog, bukan?”

“Reyfal…hal apa saja yang kamu lakukan dalam upaya mendalami karakter seorang Andra?”

“Reyfal, apa benar kamu terlibat dilema saat harus beradegan intim dengan Ayudia Paramita pemeran tokoh Sita?”

Rani melirik ke arah Reyfal yang sudah diberikan aba-aba untuk segera masuk ke ruang studio bioskop.

“Ya, ya, terima kasih untuk perhatiannya atas film ini ya, saya pastikan film ini akan membuat penonton semakin memahami lagi apa arti kesejatian makna cinta yang abadi. Segeralah menonton film ini di bioskop-bioskop terdekat di kota anda!”

Reyfal mengedipkan mata ke arah belasan wartawan yang masih memburunya dengan sejuta pertanyaan. Rani menghela nafas. 

Munafik, desis Rani di dalam hatinya.

Apa arti kesejatian makna cinta yang abadi, kalimat itu kalau dilontarkan di dalam rumah tangga mereka akan segera mental terbantahkan di hadapan tatapan dingin Reyfal sendiri.

“Aku menikahimu untuk mendongkrak popularitasku. You know kan metode taaruf sedang naik daun akhir-akhir ini. Untung saja Wika asisten manajerku itu punya kenalan perempuan muslimah seperti kamu ini. Dan kupikir beberapa film islami yang kubintangi mendapat perhatian pasar yang cukup serius. Pernikahan kita ini open marriage. Kuharap kamu belajar dan paham tentang istilah itu. Aku suamimu, tapi aku juga bebas berhubungan dengan perempuan manapun yang mau denganku. Kamu istriku, pendamping sah-ku, setidaknya begitu di mata agama dan di mata negara. Kamu paham kan, Ran?”

“Aku tidak akan menyentuhmu sampai dua tahun pertama kita terlampaui. Ya, hitung-hitung belas kasihanku kepadamu kalau setelah aku menceraikanmu kamu hendak menikah lagi, Rani. Kamu tahu kan, laki-laki akan terkesima kalau tahu kamu masih perawan setelah dua tahun menikah dengan aktor papan atas ternama, Reyfal Saputra?”

“Malam ini ada undangan premier film terbaruku. Kamu sudah kupenankan sebuah gaun indah dari butik Risheen Shan selebgram muslimah ternama itu. Jangan memasang tampang kuyu nan sedih khas tampang novelismu itu. Kamu boleh muram di hadapan komputermu setiap mengetik novel, tapi di depan publik, kamu harus terlihat ceria sebagai istri Reyfal Saputra. Mengerti?”

Rani menelan ludah. Kilasan beberapa kalimat Reyfal yang ketus, dingin, dan angkuh itu mampir dengan sukarela di kepala Rani.

Kehidupan Rani sedari kecil memang keras, tapi Rani tidak menyangka niat baiknya dijodohkan dengan seseorang yang disebut sebagai kenalan baik oleh Wika, sahabatnya sedari kecil itu, berujung pada kehidupan yang membuatnya menderita seperti ini.

Tidak, aku ingin semua diakhiri, malam ini juga, desis Rani di dalam hatinya.

Rani sudah membulatkan tekadnya. Malam ini sehabis acara ini selesai, di rumah nanti Rani akan meminta Reyfal menceraikan dirinya secara baik-baik.

Rani sudah melakukan sholat istikhoroh 5 kali di minggu ini saja. Air mata Rani sudah kering menetes di hamparan sajadah demi memohon petunjuk mengenai arah kehidupan rumah tangganya. Reyfal memang tidak pernah melakukan kekerasan fisik terhadapnya.

Reyfal juga tidak pernah membawa perempuan manapun ke rumah mereka. Namun, Reyfal juga tidak pernah menyentuh Rani. Tidak seujung kulit pun...

Reyfal tidak pernah menganggap Rani benar-benar sebagai istrinya. Semua ini hanya sandiwara.

Hanya di depan publik mereka berpura-pura bahagia. Acara perilisan film, wawancara dengan media, dan liputan talkshow adalah acara-acara di mana Rani harus memasang topeng bahagia di hadapan khalayak ramai.

Film terbaru Reyfal beberapa saat lagi segera dimulai. Rani sudah duduk di sebelah Reyfal di dalam studio yang lampunya sudah digelapkan. Diliriknya suaminya itu diam-diam. Ya, malam ini aku akan meminta segala sandiwara ini diakhiri….Tunggu saja, Reyfal....

“Jangan hanya menatapku dengan tatapan amarahmu itu, Rani. Kita di sini untuk menonton film terbaruku, jangan terlalu banyak berpikir, nikmati saja filmku, Rani.”

Suara Reyfal yang ketus membuyarkan lamunan Rani. Rani buru-buru membuang tatapannya ke arah layar lebar di hadapannya itu. Total sudah 4 kali dalam dua tahun ini Rani diajak ke sebuah acara perilisan film terbaru Reyfal. Rani sudah kenyang menatap adegan Reyfal dengan lawan mainnya yang seksi-seksi itu.

Rani membuka tas-nya, ada selembar sapu tangan yang diambilnya dari dalam tas. Rani tahu dia akan menangis kala menatap adegan Reyfal yang terlampau lekat dengan lawan mainnya.

Dan sebelum bertemu dengan kilatan lampu media di luar gedung nanti, semua air matanya harus sudah dia hapus dengan sapu tangan itu.

Proses premier film Reyfal berakhir pukul 11 malam. Pukul setengah 12 malam pasangan Reyfal dan Rani sampai ke kediaman mereka di sebuah komplek mewah di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sesampainya di rumah Reyfal langsung hendak masuk ke kamarnya.

Rani pun memanggilnya. “Tunggu! Tunggu dulu, Reyfal! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu malam ini, Rey, jangan masuk kamarmu dulu. Ini sesuatu yang sangat amat mendesak. Aku butuh membicarakannya denganmu malam ini juga.”

Reyfal menatap Rani, lalu duduk di sofa dan membuat wajah ‘apa yang mau kamu bicarakan’ khas miliknya yang menyebalkan itu kepada Rani.

“Aku..aku ingin meminta sesuatu kepadamu, Rey, ini..ini tentang pernikahan kita.”

“Hmm, apa yang kamu mau, Ran?”

Rani duduk di sofa seberang Reyfal berusaha menata hati dan pikirannya. Tenang, Ran, kamu bisa melakukan ini, bujuk Rani kepada hatinya sendiri.

Rani tahu perceraian adalah hal yang amat dibenci di dalam agama. Sebagai seorang muslimah yang dididik baik sejak kecil Rani sudah sangat paham tentang hal itu.

Tapi pernikahan tanpa cinta dan komunikasi hangat seperti yang dialaminya selama nyaris dua tahun ini juga sebuah penderitaan berkepanjangan. Rani harus berani untuk memutuskan memprioritaskan kebahagiaannya malam ini juga.

“Aku….”

Rani menghentikan kalimatnya sejenak. 

Dialihkan pandangannya pada jam di dinding yang berbunyi kencang. Tengah malam. 

Yak, tepat pukul 12 malam. Miris sekali, perceraianku akan kuminta pada suamiku di hari anniversary kami yang kedua, begitu pikir Rani.

Tiba-tiba Reyfal bangkit dari duduk. 

Tubuhnya condong ke arah Rani, sambil memegang meja kaca yang terbentang di hadapan mereka, Reyfal menuju wajah Rani lalu mengecup dahi Rani dan berujar, “Happy anniversary, Rani. Meskipun kita hanya pasangan di atas kertas, aku tidak akan pernah melupakan tanggal pernikahan kita....”

Kepala Rani mendadak terasa berputar. 

Apa?

Apa-apaan ini?

Apa maksudnya?

Ada apa ini? 

Reyfal tampak menyunggingkan sebuah senyum tampan yang sering Rani lihat di poster-poster filmnya. Senyuman yang perlahan tapi pasti mendadak membuat Rani murka malam ini. 

Tega-teganya dia tersenyum di malam ini. Malam di kala aku menabah-nabahkan hati hendak meminta perceraian dengannya, pikir Rani.

Apa sebenarnya yang Reyfal inginkan dari seorang Rani???

“Besok jam 10 pagi aku ada meeting dengan manajerku untuk proyek terbaru film di kantor. Aku harus tidur cepat, Ran, jadi obrolan penting apapun yang mau kamu sampaikan itu harus ditunda dulu sampai besok, sekali lagi, okey?"

Reyfal berdiri dan berjalan ke kamar tidurnya. Kamar tidur Reyfal berada di lantai bawah rumah mereka sementara kamar tidur Rani di lantai atas. Sudah seperti itu sedari awal dan mungkin tidak akan berubah sampai kapanpun.

Oh, Tuhan...

Rani ingin mengakhiri pernikahan bodoh ini malam ini juga. Tapi… Tapi...

Tangan Rani terulur meraba dahi tempat Reyfal mendaratkan bibirnya tadi. Oh, tidak. Semua rencana Rani malam ini buyar hanya gara-gara satu kecupan bodoh dari Reyfal.

Rani mendadak ingin pingsan dan bangun saat Reyfal benar-benar menceraikannya. Rani tidak sanggup menghadapi hari esok dan esoknya lagi dan esoknya lagi dalam pernikahan sandiwara semacam ini.

Sungguh luar bisa menikahi aktor papan atas satu bernama Reyfal Saputra ini. Antara akting dan realita, Rani tidak bisa menebak termasuk yang manakah kecupan Reyfal barusan.

Apakah esok Reyfal akan melupakan kecupannya di dahi Rani malam ini?

Apa maksud Reyfal mengucapkan ‘happy anniversarry’ kepada Rani malam ini?

Lalu mengapa, mengapa kemarahan di dada Rani menguap begitu saja saat Reyfal mengecup dahinya tadi?

Rani merasa kepalanya berkunang-kunang saat itu juga.

 

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Dua Tahun Rani (Cerita pendek)"

Comment