Titipan Langit


Titipan langit. Itulah kamu. Makhluk yang sudah bisa menendang dan bergerak lembut dalam rahim perempuan bernama dea adhicita.

Titipan langit kini lebih banyak tertidur dalam rahim..tapi ia sudah bisa mendengar suara-suara. Suara-suara apakah itu? Semoga yang lebih banyak kukatakan padamu adalah kalimat baik ya.

Titipan langit. Kamu selamanya bukan milikku. Kamu titipan langit. Titipan-Nya untuk kami pasangan suami istri Nantiasa Ahmad. Selamanya adalah waktu yang bisa singkat bisa sangat lama, tetapi amanah ini selalu sama besar : mendidikmu wahai titipan langit.

Kini dirimu sudah mulai membentuk organ yang spesifik.. Otak-mu juga terdiferensiasi seizin Allah SWT. Semoga pil minyak ikan penuh omega 3 menjadi asupan mujarab bagi otakmu, cinta.

Aku sungguh iri kepadamu, titipan langit. Dirimu memiliki ayah yang luar biasa. Ia luar biasa baik, luar biasa cinta aku dan kamu, dan luar bisa sholih (Amiin Allohumma Amiin). Ayah telah menobatkanmu sebagai "Pembaharu Negeri" wahai titipan langit. Coba kamu rasakan,, sosok luar biasa ayahmu yang mencintaimu dan ingin kamu menjadi pembaharu bagi negeri besar Indonesia ini.

Aku memiliki tugas besar dan tak putus-putus untuk mendidikmu menjadi pembaharu negeri, titipan langit.. Dan aku juga ingin mendidikmu menjadi penghafal Qur'an. Sungguh, aku akan berdarah-darah menempuh jalan terjal untuk mendidik dan mendukungmu mencapai itu semua, sayangku..

Dari dalam hatiku yang aku yakin masih banyak maksiatnya ini, aku mencintaimu setulus yang aku mampu, titipan langit.. Aku mencintai Allah yang mengaruniakan kamu dan ayah kamu yang begitu luar biasa dalam hidupku. Ayahmu. Lalu kamu. Adalah dua entitas sumbu kebahagiaan hidupku,

Ini entah surat keberapa.

Dan aku ibumu tak akan pernah bosan menulis surat untukmu.

Kelak kamu sudah terlahir, maafkan aku yang akan terlihat bawel terhadapmu sebab surat-surat telah menjelma diskusi-diskusi dan dialog yang mungkin lebih terdengar seperti ceramah untukmu. Tapi percayalah, nak..keputusanmu akan selalu kami dengar tentu.

Kini kamu 5 bulan dalam rahimku, titipan langit.. Berenanglah dengan damai dalam air ketubanmu.. Bermainlah dengan nyaman dengan plasentamu. Ketika Allah mengintruksikanmu untuk keluar, ibu akan berjuang mengelola sensasi nyeri yang sangat mungkin terasa selama kamu mencari jalan lahir..

Lalu meluncurlah dalam dekapan aku dan ayahmu, si lelaki luar biasa.

Kami mencintaimu, titipan langit. Selamanya hingga syurga-Nya saat selamanya menjadi nyata.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Titipan Langit"

Comment