Apartemen itu tidak terlalu luas. Hanya 1 kamar tidur dengan ruang tamu.
Dapurnya berupa dinding bermeja dengan kompor. Tetapi Aryan sengaja mendesain agar fungsional.
Meja makan mereka dapat dilipat sehingga menjadi meja kerja.
Semua barang di apartemen adalah pilihan Narin. Aryan menyerahkan semuanya kepada Narin.
Aryan hanya bertugas mendesain tata ruangnya saja.
Malam itu Aryan masih sibuk di hadapan laptopnya. Ada rapat yang dia hadiri lintas benua.
Narin sedang membaca buku di ruangan kamar tidur. Sejak menikah memang Aryan mempersilahkan Narin untuk tidur di kamar tersebut.
Aryan pun memilih tidur di sofa ruang tamu. Seringnya setelah rapat lintas benua yang berakhir subuh-subuh, Aryan tertidur di sofa.
Narin melirik jam di samping tempat tidurnya.
00:10
Aryan memang sering rapat dini hari karena rekan-rekan bisnisnya sebagian besar berada di Amerika Serikat.
Narin meletakkan bukunya. Matanya sudah terasa mengantuk.
03:10
Rapat Aryan telah selesai. Sambil mematikan laptopnya, Aryan meluruskan punggungnya.
Inilah salah satu akibat memiliki kolega di benua lain.
Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, Aryan masih terjaga dan belum cukup mengantuk.
Biasanya ia akan tertidur setelah Shalat Subuh.
Aryan berjalan menuju dispenser air untuk mengambil minum.
Dia tidak pernah lupa pesan personal trainer-nya di gym : perbanyak minum air putih.
Di depan ruangan kamar tidur, Aryan berhenti.
Pintu kamar tidur belum tertutup sempurna.
Aryan hendak menutup pintunya tetapi tiba-tiba dia melihat posisi tidur Narin masih belum nyaman.
Aryan pun masuk ke kamar dan berjalan menuju tempat tidur.
"Kamu lebih mau tidur sama buku, Rin, dibanding sama suamimu sendiri", gurau Aryan sambil menarik buku dari pangkuan Narin dan menyelubungi selimut ke tubuh Narin.
Perlahan Aryan menatap wajah Narin yang tengah tertidur lelap.
Aryan pun menarik kursi yang berada di samping tempat tidur Narin. Biasanya Narin meletakkan mukena dan sajadah pada kursi itu.
Aryan duduk dan memandangi wajah Narin.
Wajah Narin sangat cantik. Nafasnya yang teratur ketika tidur menjadikannya sangat damai untuk dilihat. Bibirnya yang indah. Wajahnya yang halus. Matanya yang terpejam dengan cantiknya.
Aryan menelan ludahnya. Glek.
Selama ini dia sangat berkonsentrasi pada urusan bisnisnya.
Hal itu cukup lumayan mengambil alih fokus pikirannya sehingga tidak terlalu memikirkan hal satu ini : urusan hubungan suami istri yang belum terjadi bersama Narin.
Sejujurnya Aryan ingin memberikan waktu untuk Narin percaya kepadanya.
Semua proses ini begitu mendadak. Pasti Narin juga butuh waktu untuk menerima sosok Aryan di dalam kehidupannya.
Tadinya sepupu jauh yang hanya dilihatnya saat masa kecil, kini berubah menjadi sosok suami.
Hingga tiba saatnya Narin akan menggenggam tangan Aryan, maka Aryan akan menunggu dengan sabar.
Aryan menyentuh kepala Narin yang terselubungi oleh jilbab.
Pasti karena ketiduran maka Narin lupa mengunci pintu dan masih memakai jilbabnya.
Narin memang telah berjilbab paska mereka mengesahkan pernikahan.
"Aku memang dari dulu berjanji untuk memakainya setelah menikah."
Aryan menyetujuinya. Meski tidak terlalu akrab dengan ajaran Islam secara mendalam, Aryan tau bahwa jilbab adalah kewajiban bagi seorang muslimah.
Perempuan ini manis sekali. Dia cantik dari hati, Aryan masih menatap wajah Narin.
Semakin hari, Aryan merasa sekali kebaikan hati Narin.
Aryan terus mengelus-elus kepala Narin dengan lembut.
Sejurus kemudian tubuh Aryan mendekat dan mengecup kening Narin.
Narin pun sedikit menggeliat dari posisi tidurnya semula.
Aryan sontak menjauh. Astaga, Aryan. Tahan dirimu, tahan dirimu.
Aryan merutuki dirinya sendiri. Tetapi dia tidak bisa memindahkan pandangannya.
Aryan masih menikmati pemandangan istrinya yang tertidur pulas.
04:30
"KRIIING!!!" Suara alarm dari jam terdengar sangat memekakkan di telinga Narin.
Narin pun melompat bangun untuk mematikan alarmnya.
Saat Narin bangun dia menyadari seperti ada sesuatu yang agak menindihnya.
Ada sosok Aryan di sana. Ya, Aryan.
Tertidur sambil duduk dan merebahkan badannya pada badan Narin di tempat tidur.
Narin menatap Aryan luar biasa kaget. Sejak kapan dia tidur di sini?
Tapi mau tidak mau Narin memperhatikan wajah Aryan.
Saat Aryan tertidur di sofa sebenarnya Narin sudah suka mencuri pandang.
Tapi Narin tidak pernah sedekat ini dengan Aryan.
Tanpa sadar tangan Narin menyentuh rambut Aryan.
Astaga, rambutnya halus sekali. Wangi, lembut, hitam legam.
Narin tersenyum. Dia mengusap-usap kepala Aryan.
Azan Subuh akan terdengar sebentar lagi. Narin memutuskan membangunkan Aryan.
Tangan Narin berhenti mengusap kepala Aryan.
Sambil berdeham, Narin membangunkan Aryan.
"Ehem, uhuk-uhuk, Yan, Aryan.. Yan, Aryan, bangun Yan, kamu errr sepertinya kamu ketiduran ya?"
-bersambung-
Belum ada tanggapan untuk "Narin & Aryan (Episode: Ada Masa Depan Di Dalam Tangan Kita)"
Posting Komentar