Hari Pencegahan Bunuh Diri Internasional dan Kak Nomi


-
-
-

Sebetulnya mau nulis ini 4 hari lalu tapi apa daya baru sempet sekarang, gapapa ya....

Seperti yang kita ketahui bersama, pada tanggal 10 September kemarin diperingati sebagai hari pencegahan bunuh diri internasional...

Keren amat yak, begitu respon saya sejujurnya dan setulusnya....

Karena bagaimanapun, terlepas dari apapun penyebabnya, sebetulnya tindakan bunuh diri itu bisa dicegah...

Tapi sebetulnya,

Ngomongin hal ini, terasa ada sesuatu yang membuat hati saya sakit sekali...

Sakit karena teringat sosok kakak kelas yang sayang sekali berhasil mengeksekusi idenya untuk bunuh diri...

Sakit sekali rasanya kembali mengenangnya...

Di mana sosoknya adalah mahasiswi psikologi yang sungguh saya beberapa kali berinteraksi dengannya...

Sedih dan sakit, karena tiba-tiba saya merasa ada godaan untuk berpikir :

"Seandainya saya bisa mencegahnya untuk bunuh diri"

Dan pikiran itu sebetulnya sangat menyakitkan untuk diingat-ingat kembali...

Nomi, begitu kakak kelas saya itu selalu disapa..

Perempuan berambut panjang yang selalu manis tersenyum dan ramah menyapa...

Tidak ada yang menyangka, hari itu dia berhasil mengeksekusi pikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri..

Saya ingat betul betapa kacau suasana kampus saya hari dimana dia ditemukan tewas...

Seolah-olah ada palu godam raksasa menghancurkan fakultas biru muda kecintaan saya itu...

:'((

Apalagi semakin sakit saat saya mengingat bahwa pada pagi harinya saya berpapasan dengan dia di jalan setapak menuju kampus...

Saya melihatnya, sekilas tapi cukup untuk mengenali sosoknya...

Betapa sedihnya saya saat beberapa jam dari pagi hari itu tubuhnya tergeletak tak bernyawa setelah terjun dari gedung tinggi..

ARGGHH!!

Saya seolah-olah ingin menggunakan ilusi pada drama-drama bahwa waktu bisa diputar kembali...

Saya ingin menarik tangannya,

Bertanya "ada apa kakak?"

Atau sekadar "Kakak mau kemana pagi-pagi ke arah berlawanan dari kampus?"

Atau mungkin meneriakkan namanya "Kak Nomiiii!!!"

Ya Allah....

:'((

Kampus saya sendu sesendu-sendunya saat tragedi itu sampai ke telinga dekanat...

Aula kantin fakultas disulap menjadi wall of memoriam...

Sebingkai foto wajah cantiknya diletakkan pada dinding aula kantin..

Aura kantin yang tadinya ceria pun berubah kelam selama satu bulan setelah itu..

:'((

YA ALLAHU ROBBI...

Saya ingat betul betapa kalut dosen-dosen berusaha mencoba menahan debur gejolak analisis atas peristiwa ini..

Pada akhirnya, saya ingat betul kata-kata dosen saya pada waktu itu

"Apapun yang terjadi pada Nomi, yang terpenting adalah kalian-kalian yang masih hidup.. Kalau ada yang merasakan penderitaan pada pikirannya, segera ke badan konseling mahasiswa, oke?"

Saya tau itu sangat-sangat menggemparkan...

Dan seolah mencerabut kenyamanan kami sebagai keluarga besar fakultas psikologi...

Tapi menurut saya itu pembelajaran sangat-sangat besar...

Bahwa jangan menunggu hingga detik terakhir...

Saat ada ide atau pikiran untuk mengakhiri hidup itu muncul, segeralah mencari pertolongan...

Segeralah menangis kepada seseorang...

Segeralah meminta tolong kepada seseorang...

Ada rasa yang selalu pahit setiap mengenang hari pencegahan bunuh diri.

Saya akan selalu mengenang pagi hari di pinggir rel saat berpapasan dengan Kak Nomi...

Saya selalu mengenangnya sebagai penyesalan, kabut abu-abu antara hidup mati seseorang dan betapa lemahnya kepekaan kita akan nasib seseorang...

:"((

Semoga setiap tahunnya angka bunuh diri bisa ditekan ya...

Saya ga muluk-muluk kok, progressnya menurun aja udah alhamdulillah banget...

Dan semoga sounding-sounding lembaga-lembaga psikologi tentang pentingnya mencari bantuan saat pikiran buntu, akan terlihat hasilnya...

Ayo, ayo, kita ambil peran dalam mencegah bunuh diri di sekitar kita!!



Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Hari Pencegahan Bunuh Diri Internasional dan Kak Nomi"

lendyagasshi mengatakan...

Kebayang gak...kalau yang minta bantuan masalah finansial?
Aku kebayang masalah terbesar selalu ke finansial atau ke "percayaan diri"

Comment