-
-
Kapan hari yah saya kebetulan lagi duduk nonton TV eh menemukan serial barat berjudul New Amsterdam.
Salahkan Ji Sung dan doctor Jhon-nya. Gara-gara mereka berdua, saya jadi demen drama kedokteran.
Ahahahaha.
😄😄😄
Bilang aja emang dari sononya demen nonton aneka drama, deyyy.
New Amsterdam ini berkisah tentang sebuah rumah sakit dengan dokter-dokter yang punya aneka kisah di dalamnya.
RS New Amsterdam ini dikepalai oleh seorang direktur medis bernama dokter Goodwin.
Dokter Goodwin |
Dia mengepalai rumah sakit New Amsterdam dengan karakter yang aktif, peduli, dan sangat bagus sekali leadershipnya.
Sebetulnya mah setiap drama kedokteran akan berkisar di tiga hal yang itu-itu aja ya?
1. Pasien
2. Dokter
3. Rumah sakit
Udah, itu 3 doang yang menjadi inti permasalahan drama kedokteran..
Nah, kalau di New Amsterdam ini, dokter Goodwin sebagai direktur medis rumah sakit besar, mengidap penyakit kanker..
Huks-huks-huks.
Lumayan sih itu konflik yang bikin sedih bangetnya gitu...
Nah, sisanya sih kisah dokter-dokter menangani setiap pasiennya..
Dokter-dokter di RS New Amsterdam |
Kebetulan pas episode yang saya tonton, ada kasus yang menarik banget.
Salah seorang dokter di RS New Amsterdam sedang menangani sebuah kasus yang menarik..
Nama dokter itu adalah dokter Kapoor, orang India.
Dokter Kapoor |
Dokter Kapoor memiliki seorang pasien yang unik karena kembali kepadanya setelah proses medisnya selesai.
Rupanya seorang pasien yang tuli dan telah mengalami operasi implan koklea, ingin kembali menjadi tuli.
Wah.........
:'(
Pasien ini seorang perempuan dan dia hanya didampingi kakak perempuannya sepanjang proses operasi.
Sedih abis sih pas si pasien bilang pake bahasa isyarat ke kakaknya
"Suaramu adalah hal terindah yang kini bisa aku dengar.. Tapi suaramu lebih indah dulu, Kak...yaitu saat suaramu hanya bisa aku bayangkan... Maafkan aku, kakak... Aku ingin kembali menjadi tuli"
Huwaa~huks-huks-huks..
Speechless, gaesss.
Si dokter Kapoor ga serta merta menyetujui..
Sebagai seorang dokter dia sangat logis..
Proses penanaman implan koklea saja sudah sangat beresiko..
Apalagi operasi kedua untuk melepas implan tersebut, sangat-sangat beresiko sekali..
Dokter Kapoor pun memberi waktu kepada si pasien untuk memikirkannya kembali.
Tapi pasien itu kekeuh ingin kembali menjadi tuli.
Baginya dunianya yang bisu, hening, nirsuara, lebih menentramkan...
Daripada dunia apa adanya yang penuh dengan suara-suara...
Dari mulai suara sirine ambulan di jalan, suara percakapan manusia, hingga suara gesekan kapur anak-anak yang sedang bermain di taman...
Wah, wah, wah...
Saya merasa ini deep sekali lho pembahasan kasus ini..
Bukan berarti jadi menegasikan keinginan implan koklea para saudara-saudara kita yang tuli.
Bukaaan.
Tapi ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dibanding indera pendengaran..
Yaitu perasaan, hati, persepsi orang tersebut...
Kalau di dalam Islam ini namanya fu-ad alias alam persepsi..
Jadi ini semacam alam perasaan yang kadang ga bisa selaras dengan alam inderawi kita..
Di bukunya ustadz Salim A Fillah pernah tuh dibahas..
Kasus yang mirip-mirip juga dengan ini..
Seorang pasien yang selama ini buta, dan akhirnya mendapatkan donor kornea, justru sangat menderita karenanya...
Kenapa?
Karena fu-ad alias alam perasaan orang itu masih terbiasa dengan alam kebutaan...
Dan memang kalau tidak kuat-kuat beradaptasi, perubahan yang drastis semacam implan koklea atau donor kornea justru bisa mengakibatkan penderitaan...
Wah, waaah, waaahhhh...
Saya rasa disinilah masuk porsi peranan psikolog dan psikiater ya?
Psikolog dan psikiater bisa bekerjasama mendampingi pasien paska operasi penanaman koklea atau kornea..
Alam fu-ad memang membutuhkan transisi dan adaptasi saat inderawi mengalami perubahan.
Ckckck.
Ternyata manusia tuh bukan robot ya?
>,<
Yang kalau ditanam sesuatu langsung nerima-nerima aja.
Langsung baik-baik aja.
Saya pernah denger, donor darah pun ada yang nerima ada yang resisten alias ada reaksi penolakan...
Wah-wah-wahhh..
Lagi-lagi ini sesuatu yang filosofis BANGET yak?
Bahwa manusia itu bukan cuma inderawi doang..
Tapi ada alam perasaan..
Dan itu ga bisa dihapus atau diabaikan..
Nah, makanya teman-teman, perasaan sekecil apapun itu matters banget..
Karena kita manusia..
Bukan robot, bukan juga hewan...
Kita manusia..
Makhluk dengan indera, perasaan, logika, dan segala sesuatu yang kompleks di antaranya.
Ouch, ouch, ouch~saya jadi terharu sendiri nulis serius gini, gaesss
Wkwkwkwk.
Akhirnya sih, serial New Amsterdam ini jadi salah satu idola saya sekarang...
Kasus-kasusnya seru, romansanya ga cipok-mencipok melulu, dan believable akting para pemainnya.
Itu penting sekali looh, hohohoho.
Kadang ada drama rumah sakit yang aktingnya kok kurang meyakinkan.
Subjektif amat sih ini ahahahaha.
Balik lagi ke New Amsterdam yes,
Terima kasih telah memberi inspirasi yang bagus banget yaaa.
Menghargai inderawi kita juga jadi inspirasi yang saya dapatkan dari kasus di atas...
Pendengaran kita, yang kita rasakan normal-normal aja, suka luput kita syukuri..
Orang yang tuli tuh sampai operasi implan koklea demi bisa mendengar aneka suara..
Dan operasi implan koklea itu ibaratnya ya ngebuka sisi kepala ga sih?
Kan mau menanamkan koklea ke dalam telinga dalam..
Huks~Huks~~
Semoga kita jadi lebih mensyukuri lagi yah aneka nikmat inderawi ini...
💋💋💋💋💋💋💋
Belum ada tanggapan untuk "Kembali Tuli Lagi"
Posting Komentar