Setelah doa, sekian doa, kira-kira semilyar doa
kupanjatkan..aku masih berdoa yang sama, sayang.
Mendekatlah kamu jodohku hey tuan tanpa nama
Atau justru aku pernah mengenal namamu?
Semuanya samar ya semuanya abu-abu. Mengapa aku tidak diberi
tau saja alamat jodohku, aku akan datang menjemputnya. Meski perempuan? Ya meski
dan meski.
Aku lah perempuan penjemput cinta, hey tuan yang belum kutau
namamu.. Atau justru aku tau namamu tapi kita baru saja bertemu
Takdir, doa, berdesing, berputar dalam kekerdilanku atas
jodohku sendiri..
Ah, bagaimanapun kamu selalu tau aku mencintaimu sejak kini
makanya aku memintamu lewat doa tanpa nama karena Allah akan mengisikan
namamu..
Bagaimana kalau doa tak terbalas di dunia. Bukankah ada opsi
doa terbalas di akhirat? Aku akan tetap mengirimkan doa, sepucuk doa manis
terakhirku mungkin akan berbunyi begini
“ya Allah aku bahagia menghabiskan waktuku untuk berdoa
mengharap jodohku hingga akhir usiaku kini, sebab aku yakin engkau selalu Maha
Baik melalui pemaknaan yang bahkan mungkin tak bisa ku maknai”
Tapi itu opsi terakhir...
Doaku masih tetap, sayang.. Meminta kamu datang, mendekat,
lalu kita berjumpa dalam kesempatan unik dalam reuni indah atau entah sebuah
peristiwa apa.. Menuntun kita pada sebuah ujung indah bernama pernikahan...
Dulu dan sekarang doaku masih mengharap kamu yang baik pada
Tuhanmu dan pada keluargamu. Jika kamu baik pada dua hal tersebut kamu pasti
baik kepadaku sepanjang masa...
Doa, takdir, dan jodoh...
Mungkin seperti waktu yang mengalir tak terhenti begitu pula
doaku, menderas menuju-Mu ya Allah, dekatkanlah dia tuan baik hati untuk jadi
jodohku
Atau tuan santun yang kemarin dikenalkan memang itu jodohku?
Ya Allah beri aku petunjuk, petunjuk, dan petunjuk-Mu
Ditulis dalam kegelisahan nyata bercampur degup harap. Sepertinya
itu benar kamu ya jodohku?
(asek asek ini monolog fiksi buatan saya hasil observasi sekitar. ihik)
Gambar diambil dari sini
Belum ada tanggapan untuk "is it you dear"
Posting Komentar