Beberapa
waktu lalu saya melihat tweet seorang kawan tentang harapannya bisa menikahi
sahabat baik, seorang yang menjadi cintanya, mimpinya, dan bahagianya.
Lalu saya
bertanya dalam diri,
Sudahkah
saya menikahi seorang sahabat?
Dan haruskah
menikahi seorang sahabat untuk bisa bertemu seseorang yang menjadi cinta,
mimpi, dan bahagia kita?
Jawabannya
banyak. Hehe.
Yang jelas,
Aa Jati bukan tokoh dari masa remaja saya. Kebanyakan sahabat itu terbentuk di
masa remaja (SMP dan SMA), memang sih ada juga sahabat yang terbentuk dari
jaman kuliah. Tapi kalo jujur, sahabat sejak SMP dan SMA itu lebih ngena dan
lebih puitik romantic *apaan deh*
Terus,
lo ga berhasil menikahi sahabat sendiri berarti ga bahagia doong, dey??
Nggak ternyata.
Jadi gini,
kalau saya lebih merasa bahwa pasangan hidup kita lambat laun akan menjadi
sahabat terdekat dan terdalam kita.. Itu adalah hal yang menjadi sebuah keniscayaan.
Mungkin
saja ada yang menikah baru berkenalan 1 bulan tapi lambat laun mereka jadi
partner hebat dalam berbagi mimpi, cinta, dan bahagia. Mungkin juga yang baru bertemu pasangan pernikahannya sebulan atau dua bulan kemudian karena menikahnya diwakilkan (seperti kisah Gusdur dan istri)
Tapi kawan saya yang ingin menikahi sahabatnya juga gak salah kok.. Apalagi saya
emang tau dia emang lagi deket sama sahabatnya dan mengarah ke jenjang
pernikahan *ehem,ehem.Hahaha ;p*
Dulu saya
sempat loh berpikiran sehabis menikah saya akan tetap menjalin komunikasi baik
dan hangat dengan sahabat-sahabat saya di SMA yang notabene ada sahabat lawan
jenis. Menurut saya dulu seorang suami yang baik adalah yang membolehkan
istrinya tetap bergaul dengan sahabat-sahabatnya baik itu sahabat cewe atau
cowo..
Tapi saya
salah tuh.
Suami yang
baik itu yang moderat.
Dia membimbing
istrinya menjadi istri sholihat sekaligus membuka cakrawala hatinya mengenal
sahabat-sahabat istrinya..
Persis
kayak yang dilakukan Aa Jati. Dia ga pernah ekstrim menanggapi sahabat-sahabat
saya sejak jaman SMA.. Dia malah memuji betapa semua sahabat saya di SMA
orangnya baik-baik dan friendly abis.
Tapi
Aa Jati juga selalu mengingatkan tentang kewajiban istri menjaga kehormatan
nama baik suami dan melakukan adab bergaul yang baik tapi sekaligus terjaga dengan
sahabat yang lawan jenis..
Itulah
mengapa, saya malah jadi senang pas Aa Jati bisa mewakili saya ke nikahan
Anindya Januari lalu..
Seluruh
yang datang adalah sahabat saya jaman SMA tapi Aa Jati bisa membaur, bergaul,
dan mengikuti ritme di sana..
Sekali
lagi, keinginan untuk menikah dengan sahabat sendiri tidak salah kok. Hehe.. Doa aja,
buat Allah ga ada yang ga mungkin loh.
Yang ingin
saya katakan, sepasang suami istri, adalah sahabat tersejati dan terdalam yang
pernah ada…Waktu yang membentuk mereka seperti itu..Pengalaman memoles
persahabatan mereka menjadi sangat genuine
dan sangat berkah jika selalu bersandar kepada Allah..
:)
Belum ada tanggapan untuk "Menikahi Sahabat Baik"
Posting Komentar