Disclaimer :
Tulisan ini tadinya mau diposting pas Hari Kartini 21 April
kemarin. Telat 2 hari gapapa lah ya. Hehehe
Kartini diingat sebagai seorang sosok perempuan yang berjasa
dan luar biasa. Ia adalah tokoh perubahan.
Tapi saya mau cerita tentang Kartini saya yang gak kalah
sama Kartini putri Rembang itu.
Dialah ibu dari suami saya alias ibu mertua saya.
Beliau bernama Emma Malia. Bungsu dari 2 bersaudara yang
memiliki keturunan kerajaan Palembang tapi asli dari kecil sudah lahir dan menetap
di Bandung dan Jakarta.
Ibu mertua saya adalah sosok yang penyayang, super lembut,
dan gambaran ideal seorang istri.
Ia selalu siap sedia menjadi sandaran suaminya. Menjadi
pelita ketiga anaknya. Menjadi yang paling ceria untuk menceriakan seluruh keluarga.
Ia juga teramat lembut kepada sesama. Bahkan sering kali
memendam kekesalan karena tidak ingin menyakiti orang lain L
Tapi di saat bersamaan ibu mertua saya juga teramat bisa
kooperatif dalam memperjuangakn kepentingan keluarganya.
Tidak terhitung seringnya urusan rumahsakit atau pendidikan
anak-anaknya menjadi semakin lebih mudah karena lobi-lobi penuh kelembutan
darinya.
Dalam membesarkan anak, ia menjadi ibu penuh kasih sekaligus
ibu dengan stok kesabaran tertinggi yang pernah saya temui.
Ditinggalkan suami yang kuliah ke luar negeri, ia tetap
bersemangat bersama anak-anaknya.
Membesarkan dan mengasuh anak-anak di pulau dewata sambil
menanti kepulangan suami.
Dari beliau, saya belajar banyak tentang betapa cinta istri
yang setia akan memijar-hangatkan hati suami selalu, selamanya, dimanapun,
kapanpun.
Tak jarang, ayah mertua saya sering menunjukkan romansa
seperti memeluk, mencium kepada ibu mertua di hadapan kami.
Ada kalimat yang selalu diulang oleh ayah mertua saya yang
sangat-sangat dalam menurut saya
“Kalau Mai (panggilan ayah mertua) meninggal duluan tolong
Ibu dijaga dan disayang yah sama kalian anak-anak. Mai berharap Ibu
diperhatikan kebutuhan dan keinginannya oleh kalian.. Kalau Ibu yang meninggal
duluan, hmm..(terdiam) mungkin Mai hanya akan diam di rumah, ga ngapa-ngapain,
ga pernah kemana-mana, ga melakukan apa-apa lagi”
Dan itu diucapkan oleh Mai setelah 30 tahun pernikahan
sambil menatap penuh sayang kepada Ibu.
Uh, disitu kadang saya mau langsung bikin puisi, hehe.
Tapi serius sih ayah mertua dan ibu mertua saya romantisnya
banget-banget.
Dan karena itulah saya semakin kagum terhadap mereka
khususnya ibu mertua saya
:’)
-“Bu, adalah kehormatan dan kebahagiaan menjadi bagian
keluargamu. Semoga aku bisa menjadi istri sholihat bagi putramu”-
Belum ada tanggapan untuk "Ibu Mertua Saya"
Posting Komentar