Gile, judulnya panjang aja yak. Hahaha.
Hai, hai, pembacakuuu. Bismillah,
yuk cuss saya mau sharing ah apa aja hasil pengamatan abis nonton film-film
Jepang ini.
Satu, sebagian besar tokohnya duduk
di bangku SMA.
Ini pasti hasil riset mereka ya.
Bisa
jadi pasar terbesar mereka adalah anak-anak SMA. Bisa juga karena film Jepang
itu kebanyakan adalah adaptasi komik.
Nah, tokoh di komik juga sebagian
besar juga anak SMA.
Tapi ada yang unik sih, menurut saya buat ukuran anak SMA,
anak SMA di Jepang itu more mature ya ga sih?
Setau saya ini juga yang membuat
kalau ada komik Jepang diadaptasi ke film negara Asia Timur lain (Taiwan,
Korea, dll) itu pasti diubah ga anak SMA tapi dijadiin anak kuliah.
Mungkin biar lebih masuk akal
juga sih.
Latar SMA ini membuat lapisan
pengamatan berikutnya muncul sih.
Saya jadi mengamati juga betapa
teraturnya kehidupan sekolah secara fisik & sistem sehari-harinya di Jepang
sana.
Misalnya aja hal sekecil loker
dan menukar sepatu luar dengan sepatu dalam.
Itu menandakan kerapihan &
pengetahuan yang tinggi tentang kebersihan banget ya ga siih.
Berkat latar belakang film-film
Jepang yang sebagian besarnya anak SMA ini saya juga jadi mencatat beberapa hal
baik tentang kurikulum di sana.
Kalau dari yang saya tonton,
selalu ada keseimbangan di kurikulum Jepang. Setiap 2 bulan diadakan kompetisi
antar siswa dan antar sekolah.
Entah itu kompetisi olahraga
(atletik misalnya) atau kompetisi seni (pentas seni per kelas).
Hal ini menurut saya keren banget
sih..
Jadi si anak SMA juga seru-seruan
ga stress pelajaran. Dan seimbang antara fisik (olahraga) dan mental (seni).
Latar belakang SMA ini juga
membawa saya pada pengamatan tentang sistem kemasyarakatan di Jepang.
Ada beberapa film yang
menjelaskan tokoh utamanya seorang anak SMA yang tinggal sendiri secara
mandiri.
Ada juga sih yang keliatan secara
aktif bapak ibu dan keluarganya.
Ini menarik sih..
Ya semandiri-mandirinya anak SMA
di Indonesia saya pikir agak jarang sih yang hidup sendiri gitu.
Tapi tentu aja faktor-faktor lain
memegang peranan penting, ya kan? Bahwa sistem sosial di Jepang sana udah lebih
mumpuni ketimbang di Indonesia.
Oke sekarang lanjut ke poin kedua
yaaa.
Kedua nih, saya mengamati dan
mengambil kesimpulan bahwa di Jepang sana secara yang nampak dari pesan-pesan
pada film mereka, kehidupan seks bebas itu lumrah bagi mereka.
Ini mohon maaf yak jadi vulgar. Tapi
serius saya juga kaget sih, rata-rata anak SMA yang ditampilin di film-film
Jepang itu merasa malu kalau masih perawan.
Perawan baik itu belum pernah
pacaran atau belum pernah kontak fisik secara seksual.
Nah ini juga menarik untuk dicermati
sih..
Ada hubungannya gak yah sama
unsur ketuhanan mereka yang menganut kepercayaan Buddha tapi ya ga terikat-terikat banget.
Kalau yang saya tonton di
film-film itu ada unsur kuil, berdoa, atau ritual ala Buddha gitu.
Tapi ya
balik lagi sebagian besar ya mengikuti apa yang lahi hits aja..
Misalnya lagi Natal ya ikutan. Misalnya
lagi Valentine ya ikutan.
Nah, trend-trend ini juga
mengundang anak SMA untuk giat mencari pasangan. Tujuannya apa?
Ya biar merayakan semua “hari
besar” (Natal, Valentine, dll) ya bersama pasangan.
Kembali lagi nih ke free sex
ya, yang saya amati sih kalau udah dibawa ke film pasti melalui proses sensor
sana-sini lah ya.
Tapi memang ini membawa
pertanyaan lain sih, tentang sistem nilai-nilai keluarga yang mereka anut.
Soalnya si anak SMA ini semacam
ga ada bapak ibunya aja gitu, bisa seenak udel memutuskan bobo dengan siapa teman
yang dia sukai.
Hmmm.
Ini sih di Indonesia juga mulai
banyak ya. Hukssss.
Sebetulnya ga usah secara Islami, secara psikologi aja,
penting banget untuk berpikir dalam-dalam sebelum memutuskan melakukan kontak
fisik seksual sejauh itu.
Dalam ilmu psikologi ada teori
yang bilang kalau kontak fisik itu membawa emosi. Nah, buat perempuan dan
laki-laki memang beda sih efeknya.
Tapi sama sih kaya Islam bilang,
jangan dekati zina….
Itu tuh halus banget untuk bilang
bahwa itu sesuatu yang ga ada jalan kembalinya. Sekali bersentuhan sedalam itu,
sejauh itu pula bayangan orang itu akan terus terbawa sepanjang sisa usia..
Huft.
Iri ga sih sebetulnya? Mereka yang
free sex tapi mereka pula yang sukses di berbagai bidang.
Sebetulnya ngga sih..
Kalau dalam Islam, ada konsep
berkah.. Berkah itu terkait tentang bagaimana pandangan Allah tentang apa yang
kita perbuat….
Dan berkah ini menyangkut
kualitas yang kadang ga terlihat.. Beda sama kuantitas.
Maksudnya apa de?
Ya tetep aja sebagai orang Islam
mah ambil contoh etos kerja orang Jepang yang cakep-cakepnya.
Tapi prinsip jauhi zina tetap
kita junjung tinggi..
Kenapa?
Karena kita orang Islam mah pengen ga semata-mata yang tampak (kuantitas) misalnya sukses.
tapi juga kualitas yang sarat makna tapi ga terlihat..
Itulah keberkahan...
Dan keberkahan berasal dari memegang teguh prinsip Islami..
Meski disebut kampungan, kolot, ketinggalan jaman..
Termasuk prinsip Islami soal menjauhi free sex. Dalam Islam mah udah jelas batas-batas interaksi lawan jenis.
Sip yak?
Termasuk prinsip Islami soal menjauhi free sex. Dalam Islam mah udah jelas batas-batas interaksi lawan jenis.
Sip yak?
Oke oke oke, sekarang poin ketiga
yaa.
Ketiga, hal yang saya amati habis
menonton film Jepang tuh mereka suka banget pemandangan dalam negeri mereka..
Sepertinya jarang deh film Jepang
yang adegannya bandara lalu tokohnya keluar negeri gitu..
Kalau yang saya perhatiin sih,
pemandangan dalam negeri Jepang emang udah lengkap banget bagusnya…
Mereka tinggal milih aja mau
menonjolkan bagian mananya.
Apa danaunya, apa sungainya, apa
gunungnya, apa pantainya, apa desanya.
Bener-bener menyegarkan mata
menurut saya pribadi sih liat pemandangan dalam negeri Jepang ini….
Bikin saya berdoa dalam hati,
semoga suatu hari bisa mengunjungi Jepang secara langsung.
Hehehe.
Bilang amin, pemirsa?
Keempat, saya perhatiin nih ya,
kalau di film Jepang itu selalu ada adegan lari-lari.
Hahaha.
Ga penting ya, di film Indonesia
juga ada ini mah, de.
Iya sih, adegan lari-lari itu cocok
sekali dalam meningkatkan unsur baper di penonton.
Berasa ikutan terengah-engah
mengejar cinta. EAA~
Pasti hasil riset juga sih yah,
si adegan lari-lari itu akan diikuti soundtrack yang nampol abis…
Hasilnya apa?
Hasilnya penonton mo ikutan lari
juga bantuin tokoh utama yang lari. Heuuu~~
Eh, mumpung sekalian ngomongin
soundtrack nih, lagu paling enak menurut saya adalah OST film “The Wolf Girl
and The Black Prince”.
Ya, di film itu ada adegan
lari-lari dan itu adegan paling bagus karena lagu soundtrancknya berbahasa
Inggris.
Hehehe..
Jadi kita kan ngerti yak artinya apaan kalau lagunya dalam bahasa Inggris…
Judulnya “Just A Spark”,
penyanyinya Sebastian Forslund. Sama-sama (bayangin pada bilang makasih karena dikasih
tau lagu bagus, wkwk).
Kira-kira demikian deh hasil
pengamatan saya hasil nonton film Jepang. Sebetulnya sih masih buanyak lainnya
ya.
Tapi beberapa saya bahas di
postingan sebelum-sebelumnya juga sih…
Sampai ketemu di tulisan
selanjutnya ya! Inget, ambil yang bagus-bagusnya dari nilai-nilai kemasyarakatan
Jepang.
Tapi selalu menomorsatukan
prinsip Islami di atas segalanya.
Yossssh~
Ganbatte ne~
Hihihihik.. >,<
1 Tanggapan untuk "Hal-Hal Hasil Pengamatan Yang Berfaedah & Nirfaedah Hasil Dari Menonton Film Jepang"
oh iya ya selalu ada adegan lari ya... tapi komentar kamu lucu banget sih deeeyyy!!
Posting Komentar