Catatan Hati Seorang Murobbi Part 4



Oke, ketemu lagi kita kali ini pada sesi curhat seorang murobbi. Heuheuheu. Semoga bermanfaat yaaak.


Tulisan ini akan membahas tentang insight atau hikmah-hikmah apa yang bisa saya petik dari karakter masing-masing adik binaan saya.


Sebetulnya buanyak sekali kalau mau bahas tentang hal itu ya..


Tapi izinkan saya kali ini membahas ketegaran hati seorang Sari, sebut saja begitu seorang adik binaan saya.


Sari termasuk salah seorang binaan saya yang sangat rajin sekali. Buat seorang murobbi gampang melihat kadar kerajinan seseorang.


Lihat saja di masa sulit misalnya hujan deras apakah dia tetap datang. Lalu lihat saja saat murobbi memintanya datang acara lain pengganti liqo seperti kajian tasqif apakah dia juga hadir.


Btw yah sejak jadi murobbi serius (emang pernah main-main, wkwk) saya jadi suka introspeksi masa lho….


Dulu saya tuh gimana tingkat kerajinannya terhadap liqo.
Alhamdulillah saya menemukan buku diary sewaktu saya SMA dahulu. Di situ sih tertulis bahwa kalaupun libur saya tetep liqo. JIYEEEH. Hihihi.


Balik lagi ya ke Sari..


Nah suatu hari siang-siang gitulah jadwal liqo di akhir pekan, Sari datang sendirian. Bener-bener sendirian.


Hiks!


Temen-temen liqo yang lain lagi berhalangan atau lagi dibekap rasa malas hasil bisikan syaithon, wallahu’alam tapi yang jelas sekarang mereka udah better banget tingkat kerajinannya.

Alhamdulillah... 💕💕💕💕💕💕


Nah apa yang harus murobbi lakukan kalau yang dateng cuma sendirian?


Ya tetep buka liqo, tilawah dan sharing-sharing aja. Materi diberikan saat binaan berkumpul secara banyak nanti (husnuzhon at its best)


Saya pun sharing keseharian bersama Sari.


Dari hasil sharing di hari itu saya mendapatkan fakta-fakta yang luar biasa tentang Sari. Bahwa dirinya sekarang tinggal sendirian.


Ibunya telah wafat. Begitupun kakak satu-satunya telah wafat. Ayahandanya menikah kembali dan pindah rumah.


Sari sendirian menapaki hari-hari di rumah yang tadinya dipenuhi orang-orang terkasih. Otomatis hati saya ingin memeluk Sari..


Hukss. Saya pun jadi paham kenapa dia begitu ringan dalam berangkat liqo. Salah satu faktornya karena dia tinggal sendirian. Sehingga semakin sedikit halangannya untuk berangkat liqo


Walaupun ini ga bisa dijustifikasi tapi saya melihat kadang-kadang keluarga juga jadi halangan seseorang berangkat liqo, misalnya mengantar ibu kondangan, menunggui adik yang sakit, mengantar kakak yang mau menikah membeli suvenir pernikahan, dll.


Alasan-alasan di atas beneran pernah diutarakan binaan saya sih buat izin liqo. Hihihi.


Saya pun semakin tertarik dengan sosok Sari. Saya bisa melihat kesedihan laten pada sorot matanya. Tetapi semangatnya selalu datang liqo sangat membuat saya menjadi mengagumi sosoknya.


Tidak mudah bagi saya membayangkan perasaan Sari.


Orang tua dan saudara kandung saya alhmadulillah masih hidup semua. Saya betul-betul menyandarkan kekuatan simpati saya pada bayangan saja.


Sari sangat berkomitmen terhadap liqo. Hampir setiap minggu dia tidak pernah tidak datang liqo.


Saya pun meminjaminya sebuah majalah islami sebagai sebuah tanda kepedulian lebih lanjut..


Di benak saya pastilah sepi sekali menjadi Sari. Kepedihan ditinggal wafat orang-orang terkasih plus kesepian hidup sendirian…..


Sari bagi saya adalah hikmah besar tentang kewajiban bersyukur atas nikmat hadirnya keluarga kita.


Allah saja yang Maha Mengetahui sampai mana usia kita dan keluarga kita. Kehilangan adalah tonggak awal kesadaran bahwa kita sangatlah membutuhkan sosok keluarga kita.


Saya sendiri merasakan kehilangan keluarga pada saat nenek dari pihak ayah saya yang menghadap Rahmatullah. Kejadiannya sendiri sudah lama sekali.


Yang terbaru adalah ketika kakek dari pihak ibu saya yang setahun lalu menyusul wafat.


Di titik itulah saya menangis kencang menubruk suami saya. Rasanya ada kepahitan di dalam dada saya tiba-tiba menggelegak kencang.


Saya tidak pernah dapat bertemu kembali dengan kakek saya. Selama-lamanya..


Ya Allah..Rasanya sangat pedih sekali....😢😢😢😢


Sari juga mengajari saya hikmah tentang ketegaran seorang perempuan. Dia menjalani hidup seorang diri sekarang dengan begitu tegar.


Doa saya untuknya semoga Allah mempertemukannya dengan lelaki sholih pujaan hati yang bisa menjadi imam dunia akhirat baginya…


Ah, saya jadi teringat suatu sesi di mana Sari mempresentasikan family tree-nya….


Itulah momen kesatuan kelompok liqo di mana semua orang jadi mengetahui latar belakang keluarga Sari..


Saya sungguh ingin di dalam kelompok liqo ada rasa saling cinta-mencintai karena Allah.. Walaupun baru bertemu sepekan sekali, tetapi sesama saudari seliqo harus saling menjaga, saling menyayangi sekuat-kuatnya.
Sari.


Yang kedua matanya menitikkan air mata saat kultum… sebab buku yang dijadikannya sumber kultum berjudul “Al-Ikhlas” dan Sari pun berujar :


“Ini surat yang dipesankan almarhumah ibuku kak untuk dibaca saat aku merasa bimbang atau sedih”


Ya Rabb…. Semua langsung mengusap-usap Sari sebagai tanda bersimpati kepadanya..


Semoga Allah menjadikanmu kesedihanmu di dunia sebagai seluas-luas ladang kesabaran…


Dan semoga Allah menjadikan ibu serta kakakmu berada di taman-taman syurga menanti kita menyusul ke alam barzakh tempat segala menjadi jelas perhitungannya..


Sari, I LOVE YOU!!

💘💘💘💘

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk " Catatan Hati Seorang Murobbi Part 4"

Comment