Oke, ketemu lagi
kita kali ini pada sesi curhat seorang murobbi. Heuheuheu. Semoga bermanfaat
yaaak.
Tulisan ini akan
membahas tentang insight atau hikmah-hikmah apa yang bisa saya petik dari
karakter masing-masing adik binaan saya.
Sebetulnya buanyak
sekali kalau mau bahas tentang hal itu ya..
Tapi izinkan saya
kali ini membahas ketegaran hati seorang Sari, sebut saja begitu seorang adik
binaan saya.
Sari termasuk
salah seorang binaan saya yang sangat rajin sekali. Buat seorang murobbi
gampang melihat kadar kerajinan seseorang.
Lihat saja di masa
sulit misalnya hujan deras apakah dia tetap datang. Lalu lihat saja saat
murobbi memintanya datang acara lain pengganti liqo seperti kajian tasqif
apakah dia juga hadir.
Btw yah sejak jadi
murobbi serius (emang pernah main-main, wkwk) saya jadi suka introspeksi masa
lho….
Dulu saya tuh
gimana tingkat kerajinannya terhadap liqo.
Alhamdulillah saya
menemukan buku diary sewaktu saya SMA dahulu. Di situ sih tertulis bahwa
kalaupun libur saya tetep liqo. JIYEEEH. Hihihi.
Balik lagi ya ke
Sari..
Nah suatu hari
siang-siang gitulah jadwal liqo di akhir pekan, Sari datang sendirian. Bener-bener
sendirian.
Hiks!
Temen-temen liqo
yang lain lagi berhalangan atau lagi dibekap rasa malas hasil bisikan syaithon,
wallahu’alam tapi yang jelas sekarang mereka udah better banget tingkat kerajinannya.
Alhamdulillah... 💕💕💕💕💕💕
Alhamdulillah... 💕💕💕💕💕💕
Nah apa yang harus
murobbi lakukan kalau yang dateng cuma sendirian?
Ya tetep buka
liqo, tilawah dan sharing-sharing aja. Materi diberikan saat binaan berkumpul
secara banyak nanti (husnuzhon at its best)
Saya pun sharing
keseharian bersama Sari.
Dari hasil sharing
di hari itu saya mendapatkan fakta-fakta yang luar biasa tentang Sari. Bahwa dirinya
sekarang tinggal sendirian.
Ibunya telah
wafat. Begitupun kakak satu-satunya telah wafat. Ayahandanya menikah kembali
dan pindah rumah.
Sari sendirian
menapaki hari-hari di rumah yang tadinya dipenuhi orang-orang terkasih. Otomatis
hati saya ingin memeluk Sari..
Hukss. Saya pun
jadi paham kenapa dia begitu ringan dalam berangkat liqo. Salah satu faktornya
karena dia tinggal sendirian. Sehingga semakin sedikit halangannya untuk
berangkat liqo
Walaupun ini ga
bisa dijustifikasi tapi saya melihat kadang-kadang keluarga juga jadi halangan
seseorang berangkat liqo, misalnya mengantar ibu kondangan, menunggui adik yang
sakit, mengantar kakak yang mau menikah membeli suvenir pernikahan, dll.
Alasan-alasan di
atas beneran pernah diutarakan binaan saya sih buat izin liqo. Hihihi.
Saya pun semakin
tertarik dengan sosok Sari. Saya bisa melihat kesedihan laten pada sorot
matanya. Tetapi semangatnya selalu datang liqo sangat membuat saya menjadi mengagumi
sosoknya.
Tidak mudah bagi
saya membayangkan perasaan Sari.
Orang tua dan
saudara kandung saya alhmadulillah masih hidup semua. Saya betul-betul
menyandarkan kekuatan simpati saya pada bayangan saja.
Sari sangat
berkomitmen terhadap liqo. Hampir setiap minggu dia tidak pernah tidak datang
liqo.
Saya pun
meminjaminya sebuah majalah islami sebagai sebuah tanda kepedulian lebih lanjut..
Di benak saya
pastilah sepi sekali menjadi Sari. Kepedihan ditinggal wafat orang-orang
terkasih plus kesepian hidup sendirian…..
Sari bagi saya
adalah hikmah besar tentang kewajiban bersyukur atas nikmat hadirnya keluarga
kita.
Allah saja yang
Maha Mengetahui sampai mana usia kita dan keluarga kita. Kehilangan adalah
tonggak awal kesadaran bahwa kita sangatlah membutuhkan sosok keluarga kita.
Saya sendiri
merasakan kehilangan keluarga pada saat nenek dari pihak ayah saya yang
menghadap Rahmatullah. Kejadiannya sendiri sudah lama sekali.
Yang terbaru
adalah ketika kakek dari pihak ibu saya yang setahun lalu menyusul wafat.
Di titik itulah
saya menangis kencang menubruk suami saya. Rasanya ada kepahitan di dalam dada
saya tiba-tiba menggelegak kencang.
Saya tidak pernah
dapat bertemu kembali dengan kakek saya. Selama-lamanya..
Ya Allah..Rasanya sangat pedih sekali....😢😢😢😢
Sari juga
mengajari saya hikmah tentang ketegaran seorang perempuan. Dia menjalani hidup
seorang diri sekarang dengan begitu tegar.
Doa saya untuknya
semoga Allah mempertemukannya dengan lelaki sholih pujaan hati yang bisa menjadi
imam dunia akhirat baginya…
Ah, saya jadi
teringat suatu sesi di mana Sari mempresentasikan family tree-nya….
Itulah momen
kesatuan kelompok liqo di mana semua orang jadi mengetahui latar belakang
keluarga Sari..
Saya sungguh ingin
di dalam kelompok liqo ada rasa saling cinta-mencintai karena Allah.. Walaupun
baru bertemu sepekan sekali, tetapi sesama saudari seliqo harus saling menjaga,
saling menyayangi sekuat-kuatnya.
Sari.
Yang kedua matanya
menitikkan air mata saat kultum… sebab buku yang dijadikannya sumber kultum
berjudul “Al-Ikhlas” dan Sari pun berujar :
“Ini surat yang
dipesankan almarhumah ibuku kak untuk dibaca saat aku merasa bimbang atau sedih”
Ya Rabb…. Semua
langsung mengusap-usap Sari sebagai tanda bersimpati kepadanya..
Semoga Allah
menjadikanmu kesedihanmu di dunia sebagai seluas-luas ladang kesabaran…
Dan semoga Allah
menjadikan ibu serta kakakmu berada di taman-taman syurga menanti kita menyusul
ke alam barzakh tempat segala menjadi jelas perhitungannya..
Sari, I LOVE YOU!!
Belum ada tanggapan untuk " Catatan Hati Seorang Murobbi Part 4"
Posting Komentar