Hai!
Assalamualaikum! Tulisan jampasirunik kali ini akan berputar-putar di opini
saya. Jadi kalau misalkan subjektif ya pasti iyalah.
Wkwkwk.
But
I’ll try my best untuk menjabarkannya sesuai Islam kok. Jadi oke ya? Bismillah..
Jadi
seorang adik binaan salihah tersayang mengirimkan gambar ini. Dia meminta
tanggapan saya.
Nih
gambarnya :
KZL
BAT ASLI. GRTWKEFGDTHRLSH.
Itulah
tanggapan saya. Wkwkwkw..
Gilak!
Asli, kesel banget pernikahan dalam Islam ga sesempit dan semureh ituuu, cuuy.
Oke,
let’s start ya.
Jadi
di dalam Islam pernikahan itu filosofi dasarnya adalah Lillah. Bertujuan Allah.
Ini
udah abis sih segitu doang penjelasannya. Hahaha.
Lillah
itu udah mencakup semua argumen buat meng-counter gambar tadi deh. Asli.
Lillah
itu artinya engkau menikah karena Allah. Bukan karena fisik, kekayaan,
kecerdasan, keturunan, atau semua atribut duniawi lainnya.
Ekstrim?
Ngga
juga.
Semua
hal tadi boleh dijadiin alasan menikah, tapi plis plis jangan jadi yang nomor
satu.
Di
dalam Islam, sah-sah aja orang yang menikah karena fisik, kekayaan, kecerdasan,
keturunan dan yang lain-lainnya.
Serius
sah, de?
Yaiyalah,
sah-sah aja..
Cuma
sayang banget. Sayang banget banget banget kalau nikah segitu lama dan segitu challenging-nya
ga berdasarkan lillah.
Kenapa
saya bilang challenging?
Karena
menikah itu hidup bersama bukan cuma saat senang, saat gajian, saat naik
jabatan, saat muda doang.
Tapi
juga saat uang menipis, utang menumpuk, penyakit datang, keturunan tak kunjung
datang, tetangga nyebelin, dan semua hal-hal duniawi lain yang super duper bisa
menguras keimanan…
And
oleh karena itu surely perlu sekali untuk kita menikah berlandaskan prinsip
lillah..
Nah,
sekarang prinsip LILLAH tuh yang kaya gimana, de?
Uhuk.
Ini gede banget ya jangkauannya. Tapi yang pertama-tama tentu bukan seperti
yang dijelaskan di gambar di atas.
Bukan
karena kita bokek terus jadi nikah minta dinafkahin. Nope.
NGGA
BEGITU YAH GAESS~
Menikah
karena lillah itu menikah yang kita tau bahwa kita akan menikahi kebaikan dan
keburukan dari orang ini…
Menikah
karena lillah itu menikah yang kita paham bahwa kita akan menikahi naik dan turunnya
hidup orang ini…
Menikah
karena lillah itu menikah yang kita maksudkan agar kita taat bareng-bareng, jangan malah abis nikah jadi males dan terpuruk dalam kemaksiatan bareng-bareng…
Menikah
karena lillah itu menikah yang kita yakinkan pasangan kita bisa jadi memang bukan cinta
pertama kita tapi dia pastilah cinta terbaik kita..
Beuh..
Ngetiknya
aja udah merinding ini beneran.
Wkwkwkwk..
Jadi
menurut saya ga bener itu gambar di atas yang menyuruh generasi muda yang bokek
untuk menikah demi ada yang menafkahin.
No.
no. no. no. no.
Menikah
itu memang di dalam Islam syaratnya cuma satu yaitu "Ba’ah", itu artinya secara
seksual bisa membuahi dan dibuahi alias pubertas.
Udah
itu doang.
Tapi
di balik itu dong, gaes, lihaaat lebiiiih luaaas~*nyanyik kan tuh
Di
balik kata-kata “Ba’ah” itu sebetulnya tersimpan sosiologis kaidah-kaidah
parenting Islam yang ajibbb banget.
Jadi
gini, di Islam itu seorang anak dididik sedemikian rupa sedemikian terencana
sedemikian didoakan sedemikian dititipkan ke orang-orang sholih (ulama)
sedemikian digembleng agar memiliki penghasilan sejak dini….
Gituloh…
Jadi
kata-kata “Ba’ah” itu mengandung pemaknaan bahwa secara konsep, parenting
Islami itu Islam meminta agar setiap keluarga menyiapkan anak-anaknya biar pas pubertas
juga pas udah punya penghasilan sendiri…
Dan
ini bukan sesuatu yang mustahil sebetulnya..
Kitanya
aja yang terlalu lama njelimet dalam sistem pendidikan yang kurang berorientasi Islami ini. Heuheuheu.
Inget
kan kisah masa kecil para Rasul yang mostly dididik menggembala kambing?
Itu salah satu kaidah parenting Islami…
Melibatkan
anak-anak dalam pekerjaan-pekerjaan orang dewasa yang kelak bisa jadi ladang
penghasilannya sendiri.
Sampe
sini keliatan kan salahnya itu gambar di atas di mana??
Ya
gambar itu kurang tepat dalam menyampaikan pesan-pesan Islami (dakwah).
Kalau
ingin menyampaikan pesan nikah muda, ajarilah generasi muda kita agar siap
sedari dini untuk menikah.
Siap
lahir siap batin siap mental siap ekonomi, seperti yang diajarkan dalam Islam.
Dijamin
deh insyaa Allah angka perceraian akan turun drastis kalau setiap rumah tangga
diawaki oleh dua orang yang siap segala-galanya..
Tau
kan angka perceraian makin naik makin tahun?
Mo
nyalahin siapa?
Nyalahin
diri kita sendiri aja kali ya, udah sejauh apa kita mengubah diri kita sendiri
jadi pribadi Islami, udah sejauh apa kita mengubah keluarga kita menjadi
keluarga Islami….
Kalau
gambar itu ingin menggambarkan pernikahan sebagai solusi untuk membuat
seseorang menjadi kaya, maka gambar itu juga salah.
Dalam
Islam, salah satu karakter muslim yang baik itu memiliki penghasilan sendiri. Atau
setidaknya punya sarana penghasilan..
Ya
artinya kalau lo bokek ya please do something untuk mengurangi kebokekan itu.
Bukan ujug-ujug nikah.
Duhhh…
Islam
tuh lagi tumbuh subur banget I know dimana-mana kajian Islam semarak banget, ya
kan?
Tapi
plis plis plis jangan salah kaprah sama sebuah topik dalam Islam..
Somehow menurut saya liqo (tarbiyah) itu
komprehensif banget dalam menjelaskan sebuah konsep Islami.
Duhhh
apakah Dea akan menjelek-jelekkan sebuah jamaah tertentu?
Semoga
ngga yaa.
Semua
jamaah adalah saudara se-Islam. Kita kudu kompak, bosss.
Tapi
plis lah~ yang macem nikah dini, poligami, jangan dijadiin isu sentral dongs.
Oke
yak?
Yang
kudu dijadiin isu sentral itu perbaikan diri sendiri, perbaikan
keluarga-keluarga, perbaikan masyarakat, nah tiga hal ini akan menuju ke satu
titik yang kita idam-idamkan selama ini :
Perbaikan
negara kita jadi negara Islami.
Jadi
ga ujug-ujug dengan penerapan syariat, tegakkan khilafah terus jadi islami gitu
masyarakatnya?
Uhuk.
Mohon maaf, coba lihat ke sebuah daerah di ujung barat Indonesia sana tempat
syariat Islam dijadikan hukum utama tanpa adanya pembinaan dari diri dan dari
keluarga.
Jadinya
apa?
Kemiskinan,
kan?
Karena
di daerah itu orang ga memahami Islam secara komprehensif, sangat bergantung
pada aspek touristy yang mana males pastinya turis-turis mau dateng ke daerah yang syariat Islami jadi basis
hukumnya.
Mendingan
ke Bali, tempat nude beach dapat dengan mudah ditemukan.
Ya
tapi ga jadi menyalahkan syariat Islaminya ya kaan?
Pasti
yang salah kitanya. Ada lompatan dalam pola pikir kita…
Kita
merasa bisa menyelesaikan masalah dengan pasnag peraturan Islami.
Padahal
itu harus dibarengi dengan pembinaan individu-individu muslim,
keluarga-keluarga muslim..
Biar
jadi individu muslim yang kuat secara ma’nawi. Biar jadi keluarga muslim yang
muntijah (produktif).
Huft~
As
always jadi kemana-mana kan.
Intinya
mah gambar di atas tadi sungguh-sungguh jauh, jauuuh sekali dari pemaknaan
pernikahan dalam konsep Islam.
Titik.
Kalau
mau diskusi lebih banyak, ikut liqo makanya. Wkwkwkwk ;p
Belum ada tanggapan untuk "Opini Kak Dea"
Posting Komentar