Hai,
assalamualaikum! Semuanya apa kabaaar? Saya alhamdulillah sekeluarga
sehat-sehat. Kita cerita-cerita lagi yuk seputar serunya menjadi murobbi. Hehehe.
Kali ini
saya mau cerita soal persiapan menjadi murobbi setiap pekannya. Apa aja sih
yang saya lakukan saat akan mengisi sebuah kelompok liqo?
Hmm. Apa
coba? Ada yang bisa tebak?
Tentu
saja mempersiapkan materi ya… Nah, materi liqo ini sebetulnya ga boleh ngasal
apalagi ngacak alias random gitu..
Diajarin
gimana kok milih materi sesuai jenjang dan grand design dakwah. EAA~
Jadi
setiap minggunya saya membuat persiapan berupa MEMBACA BUKU-BUKU. Iya, ga cukup
satu buku. Harus dua atau tiga buku.
Kenapa? Supaya
wawasan saya makin luas dan tau kemana harus mengarahkan materi biar tetap kena
tujuan sekaligus ga ngebosenin.
MUROBBI CERIA, BINAAN JUGA CERIA. >,< |
Hmm..
Kalau pas awal-awal kelompok liqo terbentuk biasanya saya juga bikinin
games-games. Itu biar ice breaking sebelum materi sih.
Tapi alhamdulillah
dua kelompok yang saya ampu sekarang udah berjalan tiga tahun. Jadilah mereka
sudah saling kenal-mengenali.
Kebersamaan setiap weekend yang bikin hati sejuuk. UNCH!! |
Nah! Ada
sedikit tantangan nih.. Kalau binaan saya yang SMA biasanya saya masih
pede-pede aja. Kebetulan saya punya binaan yang udah kerja.
Itu beda
lagi sih.. Harus pas juga ngasih materinya. Ga terlalu remaja, ada unsur
dewasa-nya tapi tetep sih membangun paradigma mereka tentang dakwah. EAA~
Jujur
aja nih kelompok dewasa yang saya pegang sekarang itu yang kemarin saya bahas
di tulisan tentang reboisasi kelompok liqo.
Ukhti-ukhti yang mostly udah kerja. Alhamdulillah liqo mereka mulai sehat lagi. YESSS!! |
Heuheuheu…
Terus
mereka sekarang gimana kabarnya?
Alhamdulillah
banget lho udah mulai terbentuk kekompakan dan kerajinannya… HUKS. KA DEA
BERSYUKUUUR BANGEEET!
Serius
deh, kelompok pekerja itu rawan banget jadi penikmat liqo doang. Apaan tuh de
penikmat liqo? Orang-orang yang maunya liqo doang. Titik.
Padahal kita
liqo ya biar dicetak jadi orang yang siap dakwah dimana aja dan kapan aja
dakwah membutuhkan.
Oh yeahh,
itu syulit-syulit manjahhh gimana deh, hahaha. Mba-mba pekerja kantoran dateng
liqo seminggu sekali aja udah alhamdulillah lho.
Really lho.
Lebih menantang mengarahkan mereka dibanding mengarahkan yang liqo sejak SMA.
Masya
Allah mereka tapi menunjukkan progress yang positif lho. Hiksss. Ka Dea
terharuuuu. Bismillah, saya berusaha dan berdoa untuk mereka.
Ga boleh
lagi ada anggepan bahwa kelompok liqo yang isinya pekerja itu ga muntijah
(baca: produktif).
Nah,
apalagi terkadang kelompok yang kita bina adalah hasil regroupping sana-sini. Itu
tantangan berikutnya lagi.
Hasil regroupping sana-sini sih grup ini tapi mari jangan menyerah! Mari saling mencintai! Sarang haeyoo.. ;) |
Menaikkan
mood liqo mereka meski mereka terpisah dengan kawan liqo mereka sebelumnya. Bener-bener
serius sih saya menggarap ini semua.
Ekekekek.
Semoga bukan karena kurang kerjaan ya de? Tapi karena lillahi ta’ala ikhlas
ingin jadi bagian pengusung dakwah di Indonesia khususnya sih di Depok.
CIYEE..
Materi liqo
tuh harus diliat juga sesuai situasi kondisi dan kebutuhan binaan sih. Kemarin saya
liat di kelompok mba-mba ini semua orang yang sudah lulus SMA.
Ada binaan saya yang usianya sudah melebihi 30 tahun bahkan. Lebih dewasa dari saya. Uh, I adore her so much!
Saya yakin
sih mereka juga banyak pemahaman tentang Islamnya. Cuma kurang digali aja. Akhirnya
saya bikin sesi kultum.
Kultum adalah
singkatan dari kuliah tujuh menit. Sebuah sesi nasihat (tausiyah) singkat yang
ga lama-lama banget.
Nah,
kelompok binaan saya suruh tuh buat bergiliran kultum..
Biar ga
bingung-bingung, saya minta mereka kultumnya tentang buku Islami yang mereka
baca.. Ga mesti sebuku, baru sebab dua bab juga boleh.
Terus saya
juga bikin sesi family tree. Ini terinspirasi sih..
Biar
saling mengenal satu sama lain, setiap anggota binaan liqo saya saya gilir buat
presentasi pohon keluarganya. Lengkap sama biodata dan foto-fotonya.
Alhamdulillah
kultum & family tree jadi pendongkrak mood liqo lho… HUKSS.
Alhamdulillah
banget mereka jadi satu sama lain mulai tertarik, mulai liat-liatan. Apa sih
de, wkwk.
Yaa
mulai tumbuh benih-benih ukhuwwah. Unch. Ini penting lho. Kelompok liqo tuh
dibentuk pertama kali meniru sahabat Rasulullah lhoo.
Sahabat Rasulullah
kan satu sama lain saling membantu, saling menjaga, cinta-mencintai karena
Allah banget deh…
Makanya saya
mikir keras, gimana yaa caranya biar kelompok mba pekerja juga sama kaya
kelompok anak SMA. Sama-sama punya kohesi (ikatan) sosial yang kuat..
Jangan bilang
kalau saya berlebihan ah. Ini biasa untuk setiap murobbi..
KAKA DEA LAGI NGAPAIN SIH. WKWK...
Saya
baru baca-baca lagi catatan liqo saya di tahun 2008 (jadul banget ahaha) itu
juga ada program yang dibikin murobibi saya waktu itu biar kita jadi pada
kompak.
Dulu sih
bikin diary bareng-bareng. Jadi semua orang ngisi diary itu setiap minggunya. Ih
so sweet yak. Heuheuheu.
Maksudnya
mungkin ada yang malu gitu yah mau cerita-cerita jadi kan bisa nulis di diary
itu….
Huaah. Pada
akhirnya sih saya sebagai murobbi cuma bisa berikhtiar dan berdoa setiap
minggunya. Apaan de tujuannya?
Ya setiap
kelompok kompak, rajin liqo, dan produktif.. Apaan tanda produktif? Ya siap
jadi murobbi.
Dan setiap
minggunya saya berjibaku, tiga kelompok saat ini yang saya pegang, saya
bener-bener mencurahkan semua tenaga saya.
Kalau bisa
sih anak-anak dua-duanya saya titipin selama saya ngisi biar fokus. Tapi kalau
ga bisa, minimal Ksatria pasti saya titipin.
Kenapa?
Ksatria sudah
tau bermain dengan teman-teman. Jadi duduk dua jam dengerin emaknya ngisi liqo
itu worst moment banget buat dia mah. Wkwkwk.
Pasti berakhir
ricuh dan dia tantrum.
Jadilah
biasanya saya hanya membawa Sena. Kalau Sena karena masih setahun ya jadi masih
bisa anteng duduk nunggu dua jam. Huft, aman..
Hehehe.
Selain
persiapan di atas pada akhirnya saya sadar sih ada persiapan yang lebih penting
yaitu persiapan ruhiyah saya.
Dulu seorang
teman liqo saya pernah mengingatkan untuk membaca Al-Qur’an banyak-banyak
sebelum mengisi liqo.
Kata dia
itu efektif banget untuk membersihkan hati.
Dan itu
betul banget lho. Saya jadi membiasakan sebelum mengisi liqo pasti baca Al-Qur’an
banyak-banyak dulu. Berasa banget hati keiisi kebaikan langsung dari sumbernya.
MasyaAllah…
Ga ada
harapan lain selain saya ingin Allah mengizinkan seluruh amal dakwah membina
adik-adik ini jadi tiket saya masuk syurga.
Mungkin naif
tapi ngga juga kok.
Semua orang
bebas memilih amal sunah unggulannya. Dakwah ini pilihan. Sunah atau wajib
masih bisa didiskusikan.
Tapi
saya memilih terjun ke dalamnya. Mempersiapkan kelompok demi kelompok setiap
minggunya. Menampilkan sisi terbaik yang saya bisa di hadapan para binaan.
Mencintai
mereka lewat doa-doa. Menunggu mereka yang lagi malas liqo untuk kembali datang
liqo. Menyayangi mereka lewat nasihat-nasihat. Melihat progress mereka setiap
tahun.
Kalau pada
akhirnya suatu hari kelompok liqo binaan saya dibubarkan atau diregroupping
karena kebutuhan, maka itulah saatnya saya mengadakan perpisahan.
Sedih pasti
sih..
Malah pernah
tahun kapan ya, pas Ksatria masih setahun, saya megang anak SMA sejak kelas 1
pas lulus mereka diregroupping dan dipindah murobbi, wah itu sedihnya kaya
apaan tau..
Sediiih
bangeeet.
Itu
salah satu kelompok yang bener-bener pertama saya seriusi gituh lho. Saya emang
udah megang kelompok bahkan sejak saya baru lulus SMA (tahun 2007) tapi saya
juga ga langsung tau caranya jadi murobbi.
Belajarnya
itu ya dari kegagalan-kegagalan… Ya kelompoknya bubar di tengah jalan, ya sepi,
ya perpaduan keduanya
Huft..
Kesimpulannya
apa gaess~ Menjadi murobbi itu lebih kompleks dari yang terlihat di permukaan…
Semuanya butuh persiapan dan ketelatenan..
Tapi
alhamdulillah sih, dengan menjadi murobbi saya semacam jadi punya pit stop,
tempat saya mengisi daya jiwa saya setiap minggunya..
I really
love being murobbi. Semoga kalau ada binaan saya yang baca tulisan ini, kalian
istiqomahlah liqo yaaa. Dengan siapapun murobbinya it doesn’t matters….
Ukhti-ukhti yang ceria ini saya lihat bina kelas 1 hingga kini jadi mahasiswi. AH! MY GIRLS! |
Berhenti
bukan pilihan bagi kita.. Terus bergabung dengan dakwah atau Allah menggantikan
kita dengan orang lain yang lebih siap.
I love
you semua adik-adik binaan!
Uwuwww~
1 Tanggapan untuk "Catatan Hati Seorang Murobbi Part 3"
Dey ma sya Allah... aku kesindir banget inih.. emang sih jd murobi itu sebenernya penjagaan terbaik utk diri sendiri yak... tp aku pun skrg merasa sdg "tidak sehat"...
Posting Komentar