Hai!
Kali ini saya mau sharing tentang refleksi saya di usia pernikahan yang memasuki
tahun ke-7 ini ya. Bagi yang belum menikah semoga bisa diambil hikmahnya untuk
perenungan.
Bagi
yang sudah menikah bisa buat bahan obrolan bareng suami sih. Ciyeeee. Hehehehe.
Ini
jadi ceritanya bermula dari obrolan singkat saya sama suami di suatu sore. Kenapa
singkat?
Karena
kalau udah punya 2 anak, obrolan singkat pun susah, sis. Wkwkwk. Iya, ternyata
emang segitunya.
Jadi
kami mengobrol singkat tentang makna pernikahan setelah hampir 7 tahun kami
menikah.
Lama
juga yha. Hahaha. Alhamdulillah.
Sebetulnya
suami saya sih menyemangati agar saya selalu mengembalikan alasan menikah untuk
sabar dan syukur.
Untuk
hasanah (kebaikan) aja.
Random
amat de? Wkwk. Iya ya?
Yeahhh
gimanapun rutinitas dan peristiwa demi peristiwa di rentang 7 tahun pernikahan
ini buanyak banget ragamnya.
Ada
sedih, senang, manis, pahit, terbang, terpuruk, jatuh, mengangkasa, ah elah de
ada-ada aja bahasa lo.
Hahahaha.
Tapi
emang sih, menurut saya sih kalau ga kita maknai setiap peristiwa di dalam
pernikahan bisa-bisa lewat begitu aja.
Kadang-kadang
kita perlu berhenti sejenak.
Duduk
bersama pasangan, terus saling menanyakan makna terdalam pernikahan. Terus saling
memotivasi deh.
Entah
kenapa menurut saya pribadi, istri seringkali merasa malu minta motivasi dari
suaminya.
Entah
efek terlalu deket apa gimana ya. Apa lo doang, de? Wkwk.
Ngga
sih.
Suami
juga kadang merasa capek motivasi istrinya, capek nasehatin istrinya jadilah
anyep berkepanjangan.
Huwaaa~
Jangan
yah, jangaaan begituuuu…
Salah
satu pilar penting dalam rumah tangga itu tarbiyah alias pendidikan.
Suami
wajib mendidik istrinya, mo dengan cara motivasi, nasihat, keteladanan, pokonya
mendidik aja namanya.
Nah,
mungkin ga mendidik dengan cara langsung kaya dosen mendidik mahasiswanya juga
sih ya
Disesuaikan
aja dengan kepribadian masing-masing.
Nah,
kemarin itu suami saya dan saya duduk berdua, berdampingan, which is itu
jarang sih. Biasanya ada Ksatria atau Sena.
Wkwkwk.
Dan
saya jadi membahas tentang tulisan salah seorang kawan di Facebook..
Kawan
saya itu menyatakan bahwa tujuan kita adalah hasanah atau kebaikan, bukan kaya
atau miskinnya.
Karena
boleh jadi ketika kita kaya itu menjauhkan kita dari kebaikan. Atau malah
sebaliknya ketika kita miskin itu mendekatkan kita kepada Allah.
Ini
juga berkaitan sama pernikahan…
Di
dalam pernikahan, boleh jadi alasan seseorang menikah pada awalnya adalah
karena fisik, perasaan, kecerdasan, kekayaan, keturunan, dll.
Di
mana semua alasan itu sebenernya boleh-boleh aja…
Tapi
saya pribadi berefleksi dengan perjalanan 7 tahun pernikahan ini jadinya malah
mantep untuk bilang bahwa alasan menikah itu haruslah untuk:
Bersatu
dalam kebaikan…..
Gitu
kalau bahasa saya.
Kenapa
bersatu harus jadi alasan menikah? Karena setelah menikah, kalau mau berantem
setiap hari mah bisa banget.
Tapi
persatuan itu yang selalu harus didahulukan menurut saya mah..
Bersatu
dalam kebaikan itu punya makna yang dalemmm..
Bahwa
orang kalau udah masuk ke dunia pernikahan harus bersabar atas apapun yang
menimpa dia dan pasangannya…
Karena
kan tujuannya tadi itu, tetap bersatu.
Nah
tapi apakah bersatu doang udah cukup?
Nggak.
Nggak bersatu aja…
Kita
harus menambahkan values lain ke dalamnya…
Oleh
karena itulah saya mengatakan “bersatu dalam kebaikan”
Kebaikan
itulah yang jadi pembedanya.
Saya
pribadi sangat bersyukur Allah pertemukan dengan suami yang baik dan mendukung kebaikan.
Eh,
jangan salah lho. Ada suami yang baik tapi ga mendukung kebaikan…
Menurut
saya sih, seorang suami harus baik, dan mendukung kebaikan. Ya kebaikan buat
isrinya ya buat dirinya.
Ngga
bisa tuh, suami cuma mau baik sendirian, tapi istrinya meredup ketinggalam di
belakang.
Itu
suami jahat namanya.
HUKS.
Pada
akhirnya, momen singkat duduk berduaan kemarin itu saya jadikan pengisi banget
mata batin saya deh…
Betapa
setiap harinya saya sebenarnya sedang dalam ibadah terlama…
Apaan
tuh de?
Ya
pernikahan dongs!
Menikah
itu ibadah paling lama, paling ga disadari, dan harusnya diisi dengan kesadaran
biar jadi bermakna.
Ciyeeeeh
;’))
Duh,
jadi kangen suami neh #ditoyor #wkwkwk
Udah
yah segitu dulu…
Semoga
berkenan. Sampai ketemu di tulisan-tulisan saya selanjutnya!
Belum ada tanggapan untuk "Refleksi 7 Tahun Pernikahan"
Posting Komentar