Bagaimana Mempengaruhi Jiwa Anak : Sebuah Nostalgia sekaligus Pembelajaran Bagian 2



Assalamualaikum! Hai, para pembaca!! Lanjut yaa masih bersumber dari buku “Prophetic Parenting”, saya mau melanjutkan hal-hal apa aja yang bisa membangun jiwa anak-anak.
Ini dia ya lanjutannya yaaa~

MEMOTIVASI & MENDUKUNG POTENSI ANAK

Wah ini kalau di buku “Prophetic Parenting” contohnya tentang Abdullah bin Umar bin Khattab yang pas masih kecilnya udah sering kumpul bareng Rasulullah dan para sahabat.

Nah Rasulullah bertanya suatu pertanyaan, ga ada orang yang jawab, Abdullah bin Umar tuh tau jawabannya tapi sungkan karena Abu Bakar dan Umar Bin Khattab (ayahnya sendiri) aja ga jawab.

Nah begitu pulang, Abdullah bin Umar ini cerita ke ayahnya langsung deh kena gaplok eh kena tegur, hehehe.

Umar Bin Khattab menegur putranya karena ga mau mengungkapkan jawabannya. 

Ternyata kalau di iklim ilmiah bukan saatnya merendahkan hati dan enggan mengungkapkan kebenaran.

Keren yaaa

Ternyata pemberian hadiah juga dianjurkan Rasulullah untuk jadi motivasi anak-anak. Saya jadi inget deh waktu saya kecil dulu, ibu saya memotivasi kami dengan hadiah buku..

Jadi waktu itu saya baru bisa baca Al-Qur’an setelah menyelesaikan iqro 1 – 6, nah Ibu saya menjanjikan hadiah buku jika saya bisa meng-khatam-kan Al-Qur’an…

Whoaa~~

Saya seneng bangettt. Ke toko buku terus bisa milih buku itu surga bangetttt buat pecinta kata-kata seperti saya.

Nah ternyata menjanjikan hadiah ini adalah salah satu yang bisa membangun jiwa anak-anak kita.

Hmmm. Gimana dengan Ksatria? Ksatria sendiri sih seringnya dihadiahi tanpa syarat. 

Wkwkwk.

Parah sih ntar diubah deh, diajak kebaikan dulu baru dihadiahin, jadi bisa berfungsi jadi motivasi juga kaaan.

MEMBERIKAN PUJIAN & SANJUNGAN

Nahh ini juga salah satu caranya membangun jiwa anak-anak kita nihh. Memberikan pujian dan sanjungan itu ga haram kok.

Asal tau caranya jadi bagus bangettt.

Di dalam buku “Prophetic Parenting” sendiri dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menyanjung sahabatnya yang masih kanak-kanak dengan kalimat begini:

“Sebaik-baik orang adalah Abdullah (nama sahabat Rasulullah itu) kalau dia mau mengerjakan shalat malam”

Waah, canggih yaa? Jadi menyanjung dengan pancingan motivasi berbuat baik gituu.

Si Abdullah sahabat Rasulullah ini pun jadinya semangat banget sholat malamnya abis dibilangin kaya gitu sama Rasulullah.

Hmm, harus dicoba nih sama Ksatria dan Senapati. Ternyata banyak ya keseharian pengasuhan dari Rasulullah yang belum kita tau.

Huhuhu~

Oiya, saya jadi teringat ibu saya selalu menyanjung kami (saya dan kakak saya) juga untuk memotivasi kami.

Biasanya sih dengan memanggil kami dengan makna nama kami (eh itu sih kakak saya). 

Jadi arti nama kakak saya “Pinandhika” kan memang bijaksana ya. Jadilah itu jadi sanjungan juga buat dia dari ibu saya

:’)

Aaah

Kalau ke saya sih yang paling saya ingat, ibu saya pernah membuatkan saya sebuah puisi. 

Puisi yang saya banget dan pernah saya pajang juga kok di blog. Tapi agak males ubek-ubek ke bawahnya jadi maafkan ga pake link-nya ya. Hihihi.

Ini dia puisinya yang masih saya ingat betul saking mengenanya di jiwa saya :

“Dea Adhicita, anakku. Dia adalah puisi. Senyumannya adalah puisi. Tangisannya adalah puisi. Gibengannya adalah puisi. Raungannya adalah puisi”

:’) :’)

Gibengan dong, sodara-sodara. Hihihi. Ketauan yeee saya suka nge-gibeng klo lagi marah-marah. Wkwkwk.

Duh, dianggap puisi itu menurut saya sesuatu sekali lho~~karena saya penyuka kata-kata dan bentuk paling indah dari kata-kata adalah puisi maka buat saya dianggap sebagai puisi adalah apresiasi terbaik yang pernah saya terima dari ibu saya.

Huks~ makasih Mamah~~~

MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI

Nah, ini juga seru banget nih. Rasulullah tuh ternyata superb banget dalam menumbuhkan rasa percaya diri kanak-kanak di sekeliling beliau..

Di buku “Prophetic Parenting” disebutkan cara untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak yaitu : menguatkan keinginan anak dengan membiasakannya menyimpan rahasia, membiasakannya berpuasa, membangun kepercayaan sosial, membangun kepercayaan ilmiah, dan membangun kepercayaan finansial.

Huff

PR di atas adalah tugas saya sebagai orang tua kepada Ksatria dan Senapati. Sejauh ini yang pernah kami lakukanberpuasa dan baru sounding tentang berpuasa saat bulan Ramadhan lalu.

Soal menyimpan rahasia belum pernah saya coba sih tapi ini salah satu yang Rasulullah anjurkan, yaitu mendidik anak untuk menyimpan rahasia..

Masya Allah kerenn.. Iya ya, itu mendidik jiwa banget, bisa menyimpan rahasia berarti bisa menahan diri untuk ga mengumbar rahasia ke sembarang orang.

Lalu bagaimana dengan membangun kepercayaan ilmiah? Ternyata ini caranya dengan mempelajari Al-Qur’an.

Orang yang belajar Al-Qur’an duluan akan punya fundamental buat dia kemana-mana belajar ilmu lainnya…

Hmm, kalau dulu saya pas kecil sih belajar Al-Qur’an di TPA yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an…

Sejak TK hingga kelas 2 SMP saya mengikuti kegiatan TPA setiap sorenya, dari mulai iqro 1 sampai lancar baca Al-Qur’an

:’) :’) :’)

Kalau Ksatria sekarang  udah ga TPA lagi (ahuhuhu) tapi insyaaAllah tercover lewat TK-nya yang memang udah TK Islam Terpadu…

Bagaimana dengan membangun kepercayaan finansial? Ternyata caranya dengan membiasakan anak-anak melakukan transaksi jual beli dan berjalan-jalan di pasar.

Waaah..

Saya sendiri sih masih PR luar biasa banget secara Ksatria dikelilingi teman-teman yang masih belum baik kejujurannya sehingga beberapa kali saya dikecewakan oleh pemberian amanah untuk Ksatria melakukan jual beli…

HUKSSS~~

Saya sendiri dulu punya tetangga yang buka warung dan saya pun sesekali diberi amanah untuk melakukan transaksi jual beli.

Alhamdulillah memang salah satu cara membentuk kepercayaan diri adalah melakukan transaksi jual beli

Saya juga masih inget pertama kalinya berhasil ke pasar tradisional lho… Namanya Pasar Agung letaknya di Depok 2 Timur dan saya berhasil kesana sendirian naik angkot pada kelas 3 SD.

Telat yak, hihihihi.

Tapi beneran abis itu kepercayaan diri saya memang jadi naik sih.. Bener ya ternyata, berilah anakmu kepercayaan maka dia akan menjadi percaya diri..

PANGGILAN YANG BAIK

Rasulullah diriwayatkan kalau bicara dengan kanak-kanak selalu diawali dengan panggilan “Wahai anakku…”

Ini termasuk jenis panggilan yang baik ya.. Terus sahabat Rasulullah juga kalau manggil anaknya orang lain selalu diawali dengan panggilan “Wahai putra saudaraku..”

Aah nyess banget ya. Maksudnya ya iya tau itu anaknya temen tapi “wahai putra saudaraku” tuh indah terdengar dan termaknainya lhoo.

Walaupun bukan saudara kandung tapi kita semua kan bersaudara karena aqidah islamiyah ya ga?

Jadinya kalimat “Wahai putra saudaraku” tuh beneran benar, indah dan sebuah panggilan yang baik.

Saya sendiri sih dipanggil sama orang tua saya juga sama aja dengan panggilan sehari-hari “Dea”.

Saya lagi pengen banget memanggil anak-anak saya dengan tambahan embel-embel “anakku” tapi kadang-kadang lupa ya, hihihi.

Padahal mah soal pembiasaan aja ini sih yaa

Btw, saya melarang banget ya segala bentuk keisengan yang unfaedah misalnya memanggil anak dengan sebutan “Tuyul” karena dia botak..

Atau memanggil anak dengan sebutan “Bagol” karena kepalanya besar…

Jatohnya jadi sedih sih, misalnya namanya cakep-cakep “Andi” tapi jadi dipanggilnya “Bagol”. Huhuhuhu.

Konon sih terkecuali orangnya udah ridho dipanggil gitu ya ga masalah yaaa.

Tapi ini kan kita lagi ngomong soal memanggil anak kecil yang mana dia kan belum mengerti ya, jadi panggillah kanak-kanak di sekitar kita dengan panggilan yang baik.

^^

Saya sendiri menyadari kalau suami saya memanggil Senapati dengan panggilan “Kalki” dari nama tengahnya “Kalakinka” itu sebagai bentuk panggilan penuh kasih sayang..

Dan karena masih diambil dari namanya yang mana nama itu sendiri merupakan sebuah doa jadi menurut saya “Kalki” itu sendiri jadi sebuah panggilan yang baik…

Hmm, jadi yukk mulailah memanggil nama anak-anak kita dengan panggilan yang baik-baik

MENGABULKAN KEINGINAN DAN MENGARAHKAN BAKAT ANAK

Ngeri ini sih, hehehe, ternyata Rasulullah pernah diriwayatkan mengatakan kalimat ini kepada sahabatnya yaitu Utsman bin Mazh’un :

“Orang yang memberikan sesuatu kepada anak kecil dari keturunannya sampai dia ridho Allah akan memberikan padanya apapun di hari kiamat sampai dia ridho”

Whoa!!! Ternyata gitu, gengs. Hihihihi. Saya sendiri tipe yang agak keras eh keras banget malah akhir-akhir ini sama Ksatria..

Saya ngeliatnya sih demi bertujuan “mendidik” saya suka banget ga meloloskan keinginan Ksatria. Ya iya sih itu juga karena berdasakan evaluasi sih kenapa ga saya loloskan ya tapi gitu tadi

Ternyata Rasulullah sendiri menganjurkan kita untuk bermudah-mudah memberikan sesuatu..

Saya yakin maksud Rasulullah karena kanak-kanak ini adalah masanya “menanam”, usia kanak-kanak itu kan 0 -10 tahun, ga lama sebenarnya masa kita “memberikan” apa-apa mereka minta.

Cuma balik ke poin-poin sebelumnya ya, seimbangkan dengan pemberian yang meotivasi dan sanjungan yang ke arah ukhrawi gitu deeeh, hehehehe~~

Ah, kalau soal mengabulkan keinginan gini saya lagi-lagi jadi teringat ibu saya deh..

Ibu saya termasuk yang mudah sekali meng-iya-kan keinginan anak-anaknya, ibu saya sih suka mengungkapkan ketidaksetujuannya tapi kedua anaknya agak keras kepala in a good way sih cailaaah wkwkwk

Jadinya kadang ibu saya mengungkapkan ketidaksetujuan-nya melalui doa deh, hihihi. Tau kaaan doa seorang ibu ga terhijab ke Allah~~

Jadilah biasanya ibu saya menyebutnya “pertarungan doa di langit” alias ajakan kepada saya dan kakak saya agar memperbanyak amalan sunnah dan mendoakan keinginan kami agar “tidak kalah” dengan doa ibu saya jika ibu saya tidak mengizinkannya

Huhuhu~ Ini beneran kejadian parah sih pas Indonesia Mengajar..

Saya udah jumawa dan gembira bangettt lolos tahap ke-1 terus gatot alias gagal total pas seleksi tahap-tahap berikutnya.

Pas ditanya eh ibu saya dengan polosnya bilang, “Oh, iya, Mamah ngedoainnya kamu nikah sih, ga lolos IM”

HAHAHAHAHA~~YHAAA BAIQQLAAAAH QAQAAA >,<

Ya ini ga menutup akibat ketidakbecusan saya juga yaaa pada seleksi IM sehingga saya ga lolos… Tapi poin saya di sini sih, kalau kita punya keinginan, ya diskusikan sama orang tua…

Dan kalau ada perbedaan ya siap-siap “bertarung doa di langit” melawan doa orang tua kita yang mana doa beliau-beliau pada ga terhijab lah kita coba kaya apaan tau tebelnya daki dosa-dosa kan???

Lagian kalau diliat coba deh, Ibu saya ga setuju pada kebaikan karena menginginkan kebaikan lainnya..

Ibu saya ga setuju saya lolos IM karena menginginkan saya mendapatkan kebaikan lainnya yaitu menikah, jadi bukan sesuatu yang buruk juga toh.

Nah, jadi doa siapa yang menang? Doa ibu saya sih, hehehe. Saya ga jadi IM karena gagal di tahap 2 dan lalu menikah.

Eaaaak~~~

Ibu saya memang tipe yang “mudah” mengabulkan keinginan anak-anaknya…

Saya yakin karena ibu saya udah duluan sih baca-baca buku sejenis “Prophetic Parenting” ini sih, makanya beliau tenang-tenang aja.

Misalnya pas kakak saya satu-satunya mengajukan berkuliah di Semarang, sebuah kota di mana ga ada sanak saudara kami satupun di sana, ibu saya meridhoinya…

:’)

Kayanya ibu saya harus bikin buku deh, pengalamannya membesarkan anak-anaknya menurut saya juga magnificient abis sih

Yak, lanjut yhaa

MELAKUKAN PENGULANGAN PERINTAH

Hmmm, jadi dalam buku “Prophetic Parenting” disebutkan bahwa terhadap anak-anak itu kita harus SABAR dalam mengulangi perintah kebaikan.

Ini yang masih lack banget sih di saya, saya mengakuinya sedalam-dalamnya…

Dalam hadist kan Rasulullah bilang untuk mulai mengajarkan sholat usia 7 tahun tapi mulai dikasih konsekuensi (pukul jika tidak sholat) yaitu pada usia 10 tahun..

Ini ternyata maknanya bahwa rentang waktu 3 tahun ya isinya pengulangan perintah sholat setiap harinya dari orang tua terhadap anaknya..

:’((

Saya mah apa atuh ya, hukss~ Ksatria ga mau mandi aja saya langsung keluar tanduk deh..

Bener-bener bukan tanpa alesan deh Allah membuat saya membaca buku “Prophetic Parenting”

Usia Ksatria sekarang 5 tahun 5 bulan, ga lama lagi dia akan masuk usia 7 tahun dimana perintah sholat mulai harus digaungkan..

Saya-nya kudu sabar setengah hidup dalam mengulangi perintah sholat..Karena Rasulullah pun juga begitu..

Mengulangi perintah kebaikan kepada kanak-kanak itu hal lumrah dan wajar…

Hufft~~~

Jadi demikianlah PR-PR kita yah ibu-ibu bapak-bapak yang sudah diberkahi keturunan oleh Allah…

Poin-poin di atas adalah sarana yang diajarkan Rasulullah untuk membangun jiwa anak-anak kita…

Karena jiwa dan fisik itu sama-sama pentingnya.. Kalau fisik itu makanan sebagai penyangga-nya, nah emang bener sih jiwa ini ya kasih sayang, cinta, dan paling penting keimanan sebagai penyangga-nya

Semoga Allah menguatkan kita ya para orang tua untuk mendidik anak-anak kita, secara fisik dan jiwa agar dua hal tersebut kuat dan tangguh..

SEMANGATTT!!!



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Bagaimana Mempengaruhi Jiwa Anak : Sebuah Nostalgia sekaligus Pembelajaran Bagian 2"

Comment