Catatan Hati Seorang Murobbi Part 6



Hai! Assalamualaikum! Kali ini saya mau cerita-cerita sedikit tentang bagaimana sedikit-banyak gaya seorang murobbi akan diikuti oleh para binaannya.

Bahkan sampai ke gaya pakai jilbabnya.

Hah? Serius, dey? Iya, iya itu juga termasuk..Tapi ada syaratnya.. Apa ituu? Yuk, kita telusuri sama-sama…

Jadi ceritanya ada seorang temen saya yang bertanya tentang para binaannya adek-adek lulusan SMK yang udah pada kerja.

Temen saya ini menyayangkan binaannya yang masih berlipstik saat liqo karena terbawa lingkungan pekerjaannya yang semuanya juga menggunakan lipstik.

Temen saya bertanya kira-kira apa yang bisa dia lakukan untuk mengubah binaannya tersebut?

Yang tercetus pertama kali di benak saya cuma satu kata, HMMMMM~~~~

Karena kadang-kadang kita sebagai murobbi punya sifat tidak sabar dalam melihat progress kebaikan para binaan kita.

Itu sih yang terpikir pertama kali di benak saya…

Sesungguhnya kalau mau dilihat pakai kacamata logika, pertemuan liqo 2 jam seminggu tentu mustahil bisa mengubah seseorang…

Tapi ternyata ga semustahil itu sih…

Saya akhirnya menyarankan kepada temen saya untuk SABAR alih-alih mencoba mengubah binaannya secara frontal.

Sebagai murobbi memang kesabaran ternyata adalah salah kunci agar bisa senang dan bahagia terus…

Saya jadi teringat sekian banyak murobbi yang pernah membina saya. HIKSS. Betapa mereka semua sangat sabar melihat saya dengan progres lambat dan banyak kenakalan di masa mudanya (cailaaah)

Tapi memang iya sih, sebenernya kalau sabar, binaan itu akan ngikut style murobbi-nya kok. Bahkan sampai ke style pakai jilbabnya juga.

Ini tentu aja hasil interaksi sekian lama ya,

Dan dengan syarat ga ganti murobbi karena regroupping sih, hihihi…

Tapi saya sebagai murobbi sekarang memang menyadari sih, murobbi itu walaupun cuma 2 jam seminggu ketemunya, bener-bener sosok yang memberikan pengaruh cukup besar.

Ada sahabat saya yang sampai sekarang gaya berjilbabnya sama lho kaya murobbi pertamanya…

Iya, segitunya banget..

Insightnya apaan?

Satu, ya sebagai murobbi sih menurut saya kita harus sabar dalam menanti progress binaan. Ga bisa lah setahun terus berharap semua binaan jadi siap jadi murobbi juga..

Pakai jilbab dan terbiasa pakai rok aja udah sebuah proses maha panjang lho…

Memang ga boleh Kak pakai celana? Secara hukum syar’i nya sebetulnya rok atau gamis sangat dianjurkan karena ga membentuk badan..

Tapi saya actually super santai sih sebagai murobbi.

Pernah lho saya punya binaan yang belum berjilbab tapi liqonya super rajin. Pusing ga tuh? Wkwkwk

Pada akhirnya idiom “tugas kita hanya membimbing, hidayah itu mutlak urusan Allah” adalah yang harus selalu kita pegang erat-erat..

Dakwah ini, sebagai murobbi, adalah bagian dari tugas kita sebagai umatnya Rasulullah.. Masalah hidayah itu urusan Allah sebagai pemilik hati seluruh manusia…

Saya rasa kita semua sepakat bahwa progress kebaikan setiap orang itu bisa berbeda-beda kecepatannya..

Ga bisa dipukul rata ga bisa dilihat sama rata..

Gimana dengan harapan sebagai murobbi? Ya itu sih si murobbi-nya ya yang wajib mengatur harapannya….

Setelah berapa tahun nih Dey lo sebijak ini? Wkwkwk.

Ya sekitar 10 tahun lah jadi murobbi…

Saya yakin setiap hati itu kebutuhannya sama, yaitu diapresiasi, dicintai, didukung.. Cuma setiap orang beda-beda aja bahasa cintanya.

Nah, tugas murobbi tuh menemukan dan mengembangkan setiap binaannya…

Tujuannya sih satu aja kok,

Supaya semua binaannya menemukan liqo sebagai sebuah hal yang dicintai dan dirindukan pertemuannya setiap minggu.

Ihir~~

Liqo yang dirindukan niyeee ceritanyaaa. Hahahaha.

Yaudah, saya tutup curhatan random kali ini dengan kesan saya sebagai murobbi~

“Saya belajar banyak dari murobbi-murobbi saya terdahulu… Belajar sabar, belajar kreatif, belajar disiplin.. Karena ternyata dakwah tanpa ketiga hal itu akan mudah terpental, mudah kecewa, dan mudah hilang disapu angin kebosanan…”

I love you seluruh adik-adik binaanku yang shalihah-shalihah!

Mari kita berprogress terus menjadi lebih baik di mata Allah ya!




Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Catatan Hati Seorang Murobbi Part 6"

Comment