Hai!
Assalamualaikum! Kali ini saya mau cerita-cerita sedikit tentang bagaimana
sedikit-banyak gaya seorang murobbi akan diikuti oleh para binaannya.
Bahkan
sampai ke gaya pakai jilbabnya.
Hah?
Serius, dey? Iya, iya itu juga termasuk..Tapi ada syaratnya.. Apa ituu? Yuk,
kita telusuri sama-sama…
Jadi
ceritanya ada seorang temen saya yang bertanya tentang para binaannya adek-adek
lulusan SMK yang udah pada kerja.
Temen
saya ini menyayangkan binaannya yang masih berlipstik saat liqo karena terbawa
lingkungan pekerjaannya yang semuanya juga menggunakan lipstik.
Temen
saya bertanya kira-kira apa yang bisa dia lakukan untuk mengubah binaannya
tersebut?
Yang
tercetus pertama kali di benak saya cuma satu kata, HMMMMM~~~~
Karena
kadang-kadang kita sebagai murobbi punya sifat tidak sabar dalam melihat
progress kebaikan para binaan kita.
Itu
sih yang terpikir pertama kali di benak saya…
Sesungguhnya
kalau mau dilihat pakai kacamata logika, pertemuan liqo 2 jam seminggu tentu
mustahil bisa mengubah seseorang…
Tapi
ternyata ga semustahil itu sih…
Saya
akhirnya menyarankan kepada temen saya untuk SABAR alih-alih mencoba mengubah
binaannya secara frontal.
Sebagai
murobbi memang kesabaran ternyata adalah salah kunci agar bisa senang dan
bahagia terus…
Saya
jadi teringat sekian banyak murobbi yang pernah membina saya. HIKSS. Betapa mereka
semua sangat sabar melihat saya dengan progres lambat dan banyak kenakalan di
masa mudanya (cailaaah)
Tapi
memang iya sih, sebenernya kalau sabar, binaan itu akan ngikut style
murobbi-nya kok. Bahkan sampai ke style pakai jilbabnya juga.
Ini
tentu aja hasil interaksi sekian lama ya,
Dan
dengan syarat ga ganti murobbi karena regroupping sih, hihihi…
Tapi
saya sebagai murobbi sekarang memang menyadari sih, murobbi itu walaupun cuma 2
jam seminggu ketemunya, bener-bener sosok yang memberikan pengaruh cukup besar.
Ada
sahabat saya yang sampai sekarang gaya berjilbabnya sama lho kaya murobbi
pertamanya…
Iya,
segitunya banget..
Insightnya
apaan?
Satu,
ya sebagai murobbi sih menurut saya kita harus sabar dalam menanti progress
binaan. Ga bisa lah setahun terus berharap semua binaan jadi siap jadi murobbi
juga..
Pakai
jilbab dan terbiasa pakai rok aja udah sebuah proses maha panjang lho…
Memang
ga boleh Kak pakai celana? Secara hukum syar’i nya sebetulnya rok atau gamis
sangat dianjurkan karena ga membentuk badan..
Tapi
saya actually super santai sih sebagai murobbi.
Pernah
lho saya punya binaan yang belum berjilbab tapi liqonya super rajin. Pusing ga
tuh? Wkwkwk
Pada
akhirnya idiom “tugas kita hanya membimbing, hidayah itu mutlak urusan Allah”
adalah yang harus selalu kita pegang erat-erat..
Dakwah
ini, sebagai murobbi, adalah bagian dari tugas kita sebagai umatnya
Rasulullah.. Masalah hidayah itu urusan Allah sebagai pemilik hati seluruh
manusia…
Saya
rasa kita semua sepakat bahwa progress kebaikan setiap orang itu bisa
berbeda-beda kecepatannya..
Ga
bisa dipukul rata ga bisa dilihat sama rata..
Gimana
dengan harapan sebagai murobbi? Ya itu sih si murobbi-nya ya yang wajib
mengatur harapannya….
Setelah
berapa tahun nih Dey lo sebijak ini? Wkwkwk.
Ya
sekitar 10 tahun lah jadi murobbi…
Saya
yakin setiap hati itu kebutuhannya sama, yaitu diapresiasi, dicintai,
didukung.. Cuma setiap orang beda-beda aja bahasa cintanya.
Nah,
tugas murobbi tuh menemukan dan mengembangkan setiap binaannya…
Tujuannya
sih satu aja kok,
Supaya
semua binaannya menemukan liqo sebagai sebuah hal yang dicintai dan dirindukan
pertemuannya setiap minggu.
Ihir~~
Liqo
yang dirindukan niyeee ceritanyaaa. Hahahaha.
Yaudah,
saya tutup curhatan random kali ini dengan kesan saya sebagai murobbi~
“Saya
belajar banyak dari murobbi-murobbi saya terdahulu… Belajar sabar, belajar
kreatif, belajar disiplin.. Karena ternyata dakwah tanpa ketiga hal itu akan mudah
terpental, mudah kecewa, dan mudah hilang disapu angin kebosanan…”
I
love you seluruh adik-adik binaanku yang shalihah-shalihah!
Mari
kita berprogress terus menjadi lebih baik di mata Allah ya!
Belum ada tanggapan untuk "Catatan Hati Seorang Murobbi Part 6"
Posting Komentar