Perempuan itu menapaki sebuah jalan kecil di tengah ilalang...
Hatinya telah menjadi serpihan dan kini ia mengembara tak tentu arah...
Tak ada gunanya ia pulang sekarang...
Gunung yang berdiri kokoh terasa angkuh baginya...
Mantra kesyukuran sedang tak mempan bagi hatinya...
Ada luka menganga sebesar kawah di dalam hatinya...
Ia merana sendirian di tengah alam raya...
Perempuan itu terus berjalan dan berjalan..
Semilir angin melewati perempuan itu dengan teramat lembut...
Angin itu membawanya pulang kepada kenangan-kenangan masa bahagia...
Tapi kini ia harus mendefinisikan kembali apa itu bahagia...
Semua tampak abu-abu baginya saat ini..
Perempuan itu berhenti sejenak.
Pada tanah yang kosong ia duduk dan merebahkan diri...
Lagi-lagi angin dari gunung menyapa lembut dirinya...
Ada setitik kebahagiaan di sudut hatinya yang tiba-tiba muncul...
Setidaknya ia bisa menikmati semua ini.
Ya,
Semua ini.
Di tengah semua kegagalan dan kesedihan, ia mampu melihat gunung.
Di tengah semua hal yang tak mampu ia jangkau, ia mampu mendengar desau angin.
Di tengah semua hal yang merisaukannya, ia mampu berjalan menggesek semua ilalang.
Pada langit, perempuan itu menatap.
Mata perempuan itu pun terpejam.
Lama, ia menarik nafas dan menghembuskannya.
Sekali.
Dua kali.
Tiga kali.
Perempuan itu mulai tersenyum...
Semudah ini ternyata berbahagia...
Menyadari itu perempuan itu terus bernafas sambil memejamkan mata..
Ia tak bisa mengubah keadaan, tapi ia mampu mengelola dirinya sendiri..
Mata perempuan itu terbuka, ada air mata mengalir di pipinya..
Selamat tinggal masa lampau, perempuan itu berkata lirih..
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber gambar
Belum ada tanggapan untuk "Lagu Raya Kesedihan"
Posting Komentar