Serta merta saya pun merasainya juga. Berdarahnya hati karena tugas, dey?

Tentang hari yang terus berjalan. Bukan hal mudah. Apalagi bagi saya. Sosok prokras sejati yang luar biasa bandel. Tugas demi tugas saya catat. Cukup. Hanya dicatat. Dan waktu pengumpulan tiba. Saya kelimpungan. Cukup untuk keterlambatan datang ke kelas 30 menit yang fatal. Hanya karena saya menunda tugas.

Tugas yang ternyata hasilnya tidak maksimal. Karena prokras tadi tentunya. Belum lagi uang yang keluar tidak sedikit untuk melaksanakan tugas tersebut. Dan saya pun amat sedih. Benar-benar sedih yang menderas.

Katanya mo IP 4,00. Katanya mo menjadikan semester tiga lebih baik daripada dari semester dua. Tapi tugas terbengkalai. Dikasih dari sebelum libur lebaran eeh dikerjain H-1. Katanya mo ngebuktiin sama orang-orang kalo organisatoris juga bisa IP tinggi. Katanya mo nyari beasiswa. Tapi malah luntang-lantung gak ngerjain tugas.

Hiks-hiks

Hati saya patah. Dan patah nya itu bikin luka yang nganga lebar. Saya bukan tipe yang bisa nahan perasaan deh. Dan dua kata itu pun meluncur dari relung terdalam jiwa saya “Gw stress”. Bukan main, 42 + 14 menit berikutnya adalah bukti tak terbantahkan soal betapa saya yang begitu kacaunya terduduk dalam kata per kata keluh dan kesah. Curhat dan didengarkan dengan sabarnya.

Dan untuk 56 menit tersebut ada kenyataan yang menjulur-julur. Cukup bicara dengannya. Dan semua kenyataan menjadi nyata kemudian.

Saya bisa semangat lagi.

Pyuf, terima kasih ya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Serta merta saya pun merasainya juga. Berdarahnya hati karena tugas, dey?"

Comment