Ini buatmu, Taradika.

Mungkin kita bukan seperti cerita-cerita persahabatan manis yang ada di kotak kaca bernama televisi, tapi kita nyata berkawan. Dengan seluruh makna yang tercakup di dalamnya.


Kamu.
Aku.
Kita



Ini tentang pertemuan saya dengan sahabat saya. Sabtu siang. Panas terik. Kota Depok yang memanas ternyata tidak cukup melemahkan semangat kami. Sudah cukup lama tidak bercakap-cakap, membuat kami sepakat bertemu Sabtu siang itu.

Tidak ada yang spesial di antara kami.

Saya pun tau siapa yang nyata dia sukai. Bahkan mungkin yang dia cintai? Saya tau siapa orangnya.


Tidak spesial
Tapi selalu kami saling bercakap-cakap
Tentang hidup ini
Tentang rutinitas
Tentang peristiwa





“Hmm..,,,,kalo mo donor darah di RSUD tuh bayar looh…
Bayar parkiran!! Hahahaha >.<”



Saya sungguh menyukai kelucuan-kelucuannya.

Bukan karena sesuatu hal, maka kami bertemu. Hanya waktu yang terlalu lama sudah memisahkan membuat kami ingin bertemu. Bukan hal yang mudah bagi mahasiswa kedokteran seperti dirinya untuk menemukan waktu kosong. Untuk bercakap-cakap dengan seseorang seperti saya. Hanya saya. Kawan SMA yang ternyata masih selalu diingatnya.


Tidak khusus
Tapi selalu ada rindu untuknya

“Pas kebagian ngambil darah temen,,eeh,,darahnya gak kesedot gituh. Ngelirik ke dosen, malah dia nyuruh diterusin gituh,,beneran gemeteran banget,de!”




Sabtu siang. Saya bersama Ninul bertemu dengannya di sebuah restoran. Bisa saja saya dan dia berbincang berdua saja, tapi ia sungguh mengerti adab-adab pergaulan. Bercakap-cakap adalah keinginan kami, tapi berduaan adalah hal yang sangat riskan adanya.

Maka, kami bertiga disana.
Tidak ada yang spesial
Kecuali dirinya
Yang tetap sama


Saya selalu mengaguminya. Dan ternyata keputusan saya ini tidak pernah salah.


“Sekarang susah de, kalo mo solat dhuha… Marbot mesjid di kampus agak-agak aneh…. Masak mesjid baru dibuka kalo pas Zuhur doang….”



Ups. Saya benar-benar tertegun. Dirinya adalah sosok yang menakjubkan. Ekspresif dengan keluguan serta ketulusan. Selalu ada kekagetan tentang dirinya yang penuh kejutan. Hmm. Ini sulit tapi benar-benar terjadi.

“Sekar sekarang kelas 1 SMA… Dia gak mau kalah sama abangnya.. Hehehe. Sekarang dia di SMANSA Depok, de..”



Dirinya. Selalu menyayangi adik-adik perempuannya dengan segenap hati.


Saya selalu merasakan kenyamanan untuk berbagi.
Tidak ada yang khusus
Bahkan ia kerap menceritakan orang lain
Dan saya pun mendengarkannya dengan sukacita

Tapi calon dokter ini begitu berkesan bagi saya… Selalu berkesan..


Makasih ya Taradika.


-Sabtu 291108, hope we meet again-.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ini buatmu, Taradika."

Comment