Apakah itu my little meaningful happiness? Simpel ternyata,
yaitu ketika Jati juga punya binaan alias memiliki kelompok adik-adik liqo
untuk dibina adalah kebahagian saya yang kecil tapi sangat penuh makna sekali.
Ah, saya masih ingat betul doa-doa saya agar Jati kelak
memiliki binaan. Bukan apa-apa selain alasan-alasan pentingnya berdakwah dll
itu tapi saya merasa pentingnya Jati memiliki binaan itu agar kami semakin
memahami frekuensi dan kompak dalam menghadapi beban dakwah ini.
Yep, ga mudah sebagai sesama pasangan yang liqo dan punya
binaan juga. Nyaris setiap akhir pekan kegiatan kami adalah:
Dea ngisi binaan, Jati jagain anak-anak.
Gitu aja diulang terus. Terus liburannya kapan? Otomatis
ngga ada, hihihi. Tapi begitu kita memilih Allah, Allah ga akan dzholim-dzholim
amat kok. Justru semakin sibuk dengan dakwah, saya merasa diberikan
kemudahan-kemudahan dari Allah.
Misalnya curi-curi berduaan bareng Jati kalau abis kondangan
atau darimana gitu. Buat pasangan lain akhir pekan itu ke rumah ortu atau
kemana liburan puasin anak tapi beneran sekarang saya sama Jati full ga bisa
karena ngisi dan diisi liqo itu.
:’)
But truly I feel so happy saat Jati pun punya binaan.
Awalnya saya masih suka dodol minta Jati pulang cepet dari kantor SETIAP HARI
tapi sekarang saya inget kok hari apa aja Jati ngebina dan dibina.
Ga mudah buat memilih jalan dakwah, kami tau jalan ini
berarti kami harus siap menomorduakan kebutuhan silaturahim atau bahkan
kebutuhan bercengkrama antara kami.
Tapi alhamdulillah semakin terlibat dalam dakwah semakin
erat saya rasakan hubungan saya dengan Jati….
Suka terharu aja gitu kalau pagi-pagi di tengah rutinas pagi
hari yang rumit-rumit-nyebelin saya sama Jati suka ngobrolin tentang materi
liqo apa yang mau dikasih ke binaan
“Neng, makna Illah itu apa ayo?”
“…......” (terdiam lama. Diem lupa apa diem terharu hayo, wkwkwkwk)
Pembicaraan kami jadi meningkat jadi :
-bagaimana memberikan materi yang ga ngebosenin buat para
binaan. Bahkan Jati baca buku diktat Pelatihan 1 lagi lho biar belajar cara
delivery materi buat adult. Iya sih, binaan kita ini kan anak SMA dan lulusan
kuliah jadi tergolong bukan anak-anak
-bagaimana budgetting rumah tangga bertambah dengan adanya
pos konsumsi setiap ngisi liqo
-bagaimana saling menanyakan kabar kelompok masing-masing
yang dibina
:’)
Yak, kaya gini-gini buat saya tuh bikin happy bangeeeet.
Happy banget sampai saya ga tau akan lebih happy gak kalau misalnya
dibandingkan dengan limpahan materi kekayaan misalnya..
Saya juga suka diskusi sama Jati bahwa saya ga mau mendoakan
dia jadi kaya. Bukan apa-apa, kaya itu banyak banget jebakannya kalau ga
lurus-lurus amat niatnya.
Saya mendoakan keluarga saya jadi muharrik dakwah,
orang-orang yang menyibukkan diri dengan dakwah. Kami bukan orang-orang
sempurna. Bukan juga para malaikat yang tanpa dosa. Kami berharap keridhaan dan
rahmat Allah dari dakwah saja
:’)
Alhamdulillah.
Betapa saya bersyukur bisa disupport full untuk berdakwah
oleh suami dan keluarga. Kalau dipikir-pikir ngapain coba berdakwah bela-belain
ngurus anak orang, anak sendiri jangan-jangan ga keurus.
Saya ga mau seperti itu, makanya saya melibatkan, bahkan
membawa anak-anak saat saya liqo atau mengisi liqo..
Memang sih maharempong tapi saya ingin semakin mendekatkan
anak-anak saya pada dakwah sejak mereka kecil. Saya jadi inget deh, dulu saya
juga diajak oleh ibu saya ke liqoannya saat saya kecil, hihihihi.
Semoga kita menjadi golongan orang-orang yang berdakwah. Dengan
jiwa, harta, dan semua yang Allah amanahkan.
Aamiin
1 Tanggapan untuk "My Little Meaningful Happiness"
Aamiin, selamat Dan semangaattt deey
Posting Komentar