Apa Yang Kulakukan Jika Aku Punya Uang 100 Juta?



Masih terinspirasi dari 50 ide blog dari Mbak Gesi, sekarang saya mau menulis tentang topik yang agak-agak berkhayal ini ya. Gapapa pencetusnya melipir khayalan asalkan banyak hikmahnya. Hehehe.

Jadi, apa yang akan kalian lakukan kalau tiba-tiba punya uang 100 juta? Menarik buat ditanyain, darimana itu uang tiba-tiba bisa ada yak? Kalau kita bikin latar belakangnya dulu, gimana? Secara kan nih ya, berkhayal juga musti kritis.

Hmm. Misalnya nih ya kalian memenangkan hadiah perlombaan atau dapet warisan deh. Kira-kira bisa kan ya tuh sampai 100 juta. Hal apa yang pertama terpikir untuk dilakukan?

Ini bisa beda-beda bervariasi buangett yes. Tergantung dari latar belakang kita. Misalnya nih orang yang mendapatkan uang 100 juta ini adalah Nia Bakrie, buat dia sepertinya uang segini “cuma” akan habis buat perawatan rutin kecantikan fisiknya. Sotoy detected, hehe.

Tapi pertanyaan mendasar dari sejumlah uang berapapun itu adalah seberapa sih nilai uang itu? Nah, itu subjektif banget. Nilai uang itu tergantung dari kondisi kita saat itu, betul ga? Buat seorang Nia Bakrie bisa jadi uang 100 juta bernilai sedikit. Tapi buat karyawannya Nia Bakrie, baby sitter anak-anaknya deh misalnya, sangat mungkin bagi dia uang 100 juta itu sangat-sangat bernilai banyak sekali.

Ah, saya jadi teringat mata pelajaran Ekonomi di SMA dulu. Materi tentang nilai uang ini jadi menarik karena sebenarnya uang kertas yang kita gunakan ga ada nilainya sama sekali. Ia hanya selembar kertas yang dicetak oleh Peruri sehingga bisa digunakan sebagai alat tukar.

Makanya ada gerakan kembali ke dinar & dirham sebagai mata uang sesungguhnya, kan? Dinar berasal dari emas dan dirham berasal dari perak. Ya tapi ini bisa jadi satu bahasan sendiri sih. Coba yang anak fakultas ekonomi mana suaranya. Uhuk-uhuk.

Okey, kembali lagi ke topik awal yuk! Jadi apa yang akan saya lakukan kalau saya mendapatkan uang 100 juta? Sebelum dicap pengkhayal, mari kita jadikan ini sebuah doa. Semoga tulisan ini terwujud di bulan Ramadhan atau bulan Syawal atau bulan sesudahnya. Amiiin.

Di dalam Islam, kita sangat dilarang berkhayal nih. Kenapa? Karena khayalan adalah bentuk tidak produktif dari impian. Sebaliknya, dalam Islam, jika kita memiliki sebuah impian, maka kita wajib untuk mendoakannya. Memohon sungguh-sungguh dan dengan yakin bahwa Allah akan mengabulkannya.

Jadi, apakah yang kiranya yang saya doakan jika saya mendapatkan 100 juta rupiah? Hmm. Jawabannya adalah saya ingin memberangkatkan umroh orang tua dan mertua saya. Mereka berempat adalah pusat kebahagiaan saya dan suami. Mereka berempat adalah pintu syurga kami di dunia ini. Selamanya kami mendoakan agar diberikan rizki dan kesempatan agar bisa membahagiakan mereka berempat.

Mamah, Bapak, Mai dan Ibu. Jika Allah menjadikan seorang Dea mendapatkan 100 juta, sungguh ingin sekali saya memberangkatkan kalian untuk pergi umroh. Akan lebih baik jika umroh jatuh di bulan Ramadhan. Mengapa? Karena umroh di bulan Ramadhan setara pahalanya dengan haji. Allahu Akbar!

Bahkan saya udah berhitung lho. Kalau umroh 20 juta, memberangkatkan umroh 4 orang berarti masih sisa 8 juta rupiah. Segitunya sih, De. Hihihi.

Lalu, apa yang akan saya lakukan dengan sisanya? Hmm. Jawaban selanjutnya berpusat pada anak.

Setelah menikah dan memiliki anak, saya tersadar apa yang selama ini ada di teori psikologi perkembangan memang betul sekali. Usia produktif memangku beban dua generasi yaitu orang tua dan anak-anak mereka.

Doa saya jika saya mendapatkan rizki apapun (termasuk misalnya sisa 100 juta dari umroh) maka saya ingin sekali mengalokasikannya untuk sekolah Ksatria. Yap, bukan sekolah saya maksudnya S2. Tapi sekolah Ksatria yang tahun depan akan menginjak tingkat SD.

Wah, pasti teman-teman pernah dengar juga ya betapa melangitnya biaya pendidikan. Sebetulnya saya sendiri produk SD Negeri. Dari sejak SD, SMP, hingga SMA, saya bersekolah di sekolah negeri. Tidak pernah di sekolah islami terpadu.

Tapi jika Allah merizkikan pada saya tentu saya berupaya agar Ksatria bisa masuk ke sekolah yang islami dan terpadu. Di sana ada kurikulum yang melandaskan pelajarannya pada nilai-nilai Islami. Bukan sekedar tempelan tapi hingga penanaman kepribadian islami.

Bukankah itu cita-cita setiap orang tua? Agar anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang memiliki kepribadian islami.

Hmm. Jadi kemana-mana ini bahasannya ya. Topik-topik yang dicetuskan Mba Gesi memang menarik-menarik buat dijawab dan dibuatin tulisan. Oh, saya jadi ingat, sebagai penutup, saya ingin agar kelak jika saya mendapatkan rizki uang seberapapun besarnya, semoga saya menjadi Rasulullah. Beliau pernah bersabda “Letakkan dunia di tanganmu bukan di hatimu”

Juga seperti Ali Bin Abi Tholib yang setiap tahajud selalu menangis sambil meratapi diri sendiri, “Wahai dunia, perdayalah orang lain selain aku”

Alangkah indahnya ajaran Islam tentang harta. Islam sama sekali tidak pernah melarang seseorang menjadi kaya ataupun miskin. Keduanya adalah irisan antara takdir dan upaya seseorang. Jikalau kita ditakdirkan menjadi seorang yang berlebihan harta, jadikan harta itu sebagai tunggangan di akhirat. Jikalau kita ditakdirkan menjadi seorang yang kekurangan harta, jadikan syukur sebagai sebaik-baik perhiasan.

Jadi, siap terima uang 100 juta? 😉


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Apa Yang Kulakukan Jika Aku Punya Uang 100 Juta?"

Comment