Belajar dari Ryan Reynolds




Apa yang kalian ketahui tentang aktor Ryan Reynolds? Pemeran utama dari film Deadpool 1 & Deadpool 2 ini mengungkapkan sebuah fakta terbaru mengenai dirinya. Dilansir oleh laman men’s health dot com, Ryan telah lama mengalami pergulatan dengan Generalized Anxiety Disorder (GAD) yang merupakan bagian dari Anxiety Disorders. Apakah sebetulnya Anxiety Disorders itu? Bagaimana ciri-cirinya?

Menurut buku Abnormal Psychology, Anxiety Disorders terdiri dari beberapa jenis gangguan yaitu Specific Phobia, Social Phobia, Panic Disorder, Generalized Anxiety Disorder, Obsessive-compulsive Disorder, Posttraumatic Stress Disorder, dan Acute Stress Disorder.

Specific phobia adalah ketakutan yang tidak beralasan terhadap objek atau situasi yang tidak menimbulkan bahaya. Sedangkan social phobia adalah ketakutan yang menetap, tidak realistis terhadap situasi sosial yang bisa berubah menjadi sulit. Adapun panic disorder adalah frekuensi serangan panik yang dimiliki seseorang yang tidak berhubungan dengan adanya situasi spesifik atau bisa juga dikatakan dengan sebuah kecemasan akan datangnya serangan panik itu sendiri.

Sedangkan Posttraumatic strees disorder (PTSD) adalah situasi setelah seseorang mengalami kejadian yang traumatis sehingga orang tersebut menghindari setiap stimulan yang berhubungan dengan kejadian traumatis tersebut. Lain lagi dengan Acute stress disorder. Ia adalah kumpulan gejala yang sama dengan PTSD yang dialami seseorang tetapi hanya dalam kurun waktu 4 minggu setelah kejadian traumatis. Yang terakhir, yang dialami Ryan, Generalized Anxiety Disorder adalah kecemasan yang tidak dapat dikontrol yang dialami oleh seseorang selama minimal 6 bulan.

Ryan mengakui bahwa dirinya telah lama mengalami Generalized Anxiety Disorder. Menurut men’s health dot com sendiri, lebih dari 40 juta penduduk usia dewasa di Amerika Serikat mengalami hal yang sama dengan Ryan.

Secara mengejutkan, Ryan menyatakan bahwa hal yang sulit baginya adalah bertahan setiap mengawali wawancara karena dia yakin dia akan mati karena kecemasan yang begitu besar melandanya. Ryan juga menuturkan bahwa kecemasan yang dialaminya adalah sebuah fase yang nyata dan menggusarkan. Pada usia 20-an Ryan mengambil langkah menghilangkan kecemasan tersebut dengan berpesta bersama teman-temannya. Ryan tersadar ketika teman-temannya ada yang meninggal dunia akibat overdosis.

Pada akhirnya Ryan memuji sang istri, Blake Lively, yang telah mendukungnya untuk mengambil langkah-langkah pemulihan diri atas simtom Generalized Anxiety Disorder yang dialaminya. Ryan menjelaskan bahwa baginya meditasi sangat membantu untuk menenangkan kecemasan yang berkecamuk di dalam kepalanya.

Langkah besar Ryan mengungkapkan fakta mencengangkan ini dipuji oleh berbagai kalangan sebagai sebuah langkah destigmatisasi gangguan mental. Sebagian besar masyarakat masih menilai gangguan mental sebagai sesuatu hal yang tidak mungkin diidap oleh public figure seperti artis.

Beberapa artis telah mengungkapkan pergulatan seumur hidup mereka dengan kesehatan mental masing-masing. Selain Ryan, ada artis Kirsten Dunst dan aktor Dwayne “The Rock” Johnson yang berjuang dengan simtom depresi.

Apa yang bisa kita pelajari dari pengakuan jujur seorang Ryan Reynolds?

Pertama, adalah sangat penting setiap lapisan masyarakat memiliki kesadaran mengenai kesehatan mental. Siapapun kita dan apapun profesi yang kita miliki, semua orang berpotensi untuk mengalami gangguan dalam kesehatan mental. Dalam sebuah wawancara Ryan Reynolds mengungkapkan alasannya memberitahukan Anxiety Disorders ini adalah agar orang-orang bisa mulai peduli kepada kesehatan mental mereka dan menghapus stigma akan kesehatan mental.

Kedua, sebagai masyarakat awam kita dapat mulai menghapus stigma atas gangguan mental yaitu orang yang “gila” atau parah sehingga dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Gangguan mental memiliki rentang gelaja yang sangat luas. Setiap keluhan mengenai diri kita sendiri baik yang dikeluhkan oleh orang lain ataupun oleh diri sendiri harus disikapi dengan serius. Berkonsultasilah dengan tenaga medis di bidang kesehatan mental yaitu psikolog atau psikiater.

Ketiga, apabila kita telah memiliki anak maka kita bisa berkaca banyak hal dari penuturan Ryan Reynolds ini. Ryan mengatakan bahwa kecemasannya bermula sejak dia kecil. Ayahnya yang seorang polisi dideskripsikan Ryan sebagai “orang yang tidak pernah bersikap mudah baik terhadap dirinya ataupun orang lain”. Hampir setiap gangguan pada kesehatan mental memiliki akar dari pengasuhan ataupun kejadian traumatis. Hal ini merupakan pengingat bagi kita yang telah menjadi orang tua agar terus mengembangkan sisi positif penerimaan terhadap diri sendiri dan anak-anak kita.

Semoga semakin banyak orang yang bisa mengetahui dan menyadari kesehatan mentalnya seperti yang dilakukan oleh Ryan Reynolds ini, ya? Karena bersama fisik dan mental yang sehat akan timbul kebahagiaan yang hakiki di dalam dan di luar jiwa. Sebagai penutup, karena ini masih di bulan Mei, maka saya ingin mengucapkan Happy Mental Health Awareness Month! Mari membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan fisik dan mental secara bersamaan. ^,^



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Belajar dari Ryan Reynolds"

Comment