Senarai part 7



Danau kampus selalu menawarkan suasana magis lagi menyejukkan bagi siapa saja yang memandangnya. Tetapi siang ini sepertinya sekumpulan maba (mahasiswa baru) yang berbaris rapih sudah tidak peduli dengan danau yang membentang di samping mereka. Semua orang mendengarkan kalimat demi kalimat yang dibacakan oleh kakak senior mereka. Ini hari pertama dari serangkaian ospek, siapa yang gagal di hari ini dipastikan akan sulit mendapatkan akses-akses penting di kehidupan kampus di kemudian hari.

Lia mencatat semua yang dia dengar pada buku catatanya. Angin sepoi-sepoi dari danau membuat suasana terik siang ini tidak begitu menyiksa. Sebetulnya dari tahun ke tahun sebenarnya ospek sudah jauh berubah lebih baik di kampus ini. Adapun  kegiatan di pinggir danau seperti ini pastilah sudah memiliki izin dari jajaran dekanat dan rektorat.

Acara berikutnya adalah pemilihan ketua angkatan. Kakak senior yang menjadi MC mempersilahkan bagi yang memiliki keberanian, kepemimpinan dan kekuatan untuk mengajukan diri sebagai ketua angkatan. Lia diam membisu seribu bahasa. Lia bukan tipe yang tertarik untuk mengajukan diri dalam kesempatan seperti ini.

Beberapa anak terlihat maju untuk menawarkan diri sebagai calon ketua angkatan. Diam-diam Lia berharap acara ini cepat selesai. Lia ingin pulang dan merebahkan dirinya. Dia sudah berada di kampus sejak subuh tadi.

Tiba-tiba sesosok kakak senior mengambil alih mic lalu mengucapkan, “Nurlia Paramita, maju ke depan sekarang!”

Lia kaget namanya disebut. Dia melihat Adam berdiri di sana tersenyum kepadanya. Aduh, ngapain lagi ini dia pake dateng segala. Lia keluar dari barisan dan maju ke depan.

“Nurlia, kamu saya pilih sebagai calon ketua angkatan versi saya. Anggep aja ini hukuman karena kamu telat tadi pagi.” Adam mengucapkan itu tanpa tersenyum kepada Lia. Lia membuang muka. Dih, Lia terlambat kan gara-gara semalam membuat list undangan pernikahan. Rasanya Lia ingin kabur dari hadapan Adam.

“Iya, kak.” Lia justru mengucapkan persetujuan. Mau gimana pun Lia harus mengikuti semua rangkaian ospek ini dengan mulus. Ancamannya adalah mengulang ospek di tahun depan. Hiiy, Lia bergidik membayangkannya.

Total ada 6 calon ketua angkatan. Mereka diminta membuat visi dan misi dalam menjadi ketua angkatan. Lia terlibat dalam diskusi bersama teman-temannya yang lain. Setiap calong memang salng mendukung calon lainnya. Who cares with competition, mereka di sini sebagai satu angkatan yang kompak dan saling mendukung.

Diam-diam Adam menatap Lia dari kejauhan. Bibirnya tersenyum. Lia harus sabar, dia akan sering-sering ditekan seperti ini. Salah Lia juga sih terlambat tadi pagi, Adam berkata di dalam hatinya. Tapi Adam tau dia suka mendidik calon istrinya dengan cara seperti ini.

***

“Dam! Dam!” Pita tergopoh-gopoh memanggil Adam di parkiran mobil. Adam sudah akan membuka pintu mobilnya. Pita tampak terengah-engah. Ada apa sih, bukannya rangkaian ospek sudah selesai, ya?

“Ada maba yang pingsan. Dia yang tadi jadi salah satu calon ketua angkatan. Nurlia, lo kenal ga?”

Adam terkesiap. “Pingsan? Di mana dia sekarang, Pit? Di mana, Pit?” Adam memberondong Pita dengan pertanyaan.

“Di ruangan Senat. Anak-anak P3K yang tadi membopong dia kesana, tapi kalau lo emang udah mau pulang,” kalimat Pita terhenti. Adam sudah berlari ke arah ruangan Senat. Pita menatap Adam. Benar firasatnya selama ini. Adam dan maba itu punya hubungan spesial. Wajah Pita menjadi kesal. Dia tidak suka peristiwa semacam ini.

***

Ruangan Senat tampak penuh dengan orang. Semua berkegiatan masing-masing. Rangkaian acara ospek memang sudah berakhir tapi panitia masih banyak memiliki PR. Ada yang mempersiapkan acara besok. Ada yang sedang makan siang digabung makan malam. Adam masuk sambil setengah berlari ke dalam ruang Senat.

Dia mencari-cari panitia bagian P3K. “Wen, Wen, lo tau dimana Nurlia yang tadi pingsan?” Adam menanyakan Weni, si ketua divisi P3K.

“Oh, Nurlia yang tadi. Iya, tadi dia pingsan. Udah pulang sih sekarang. Emang kenapa, Dam?”

“Udah pulang ya? Oke oke” Adam langsung berpikiran menuju rumah Lia. Dia harus ke rumah Lia sekarang.

***

Lia menatap sosok di hadapannya. Ini sudah jam berapa, kenapa sih Adam harus ke rumahnya malam-malam begini. Lia harus mengerjakan tugas untuk besok, menyiapkan presentasi, juga bangun pagi-pagi sekali.

“Tadi kamu pingsan, Li?” Adam membuka pembicaraan.

“Oh, iya gapapa kok.”

“Pingsan itu bukan gapapa. “ Adam menatap Lia. Lia jadi sedikit deg-degan. Dih, kenapa sih Lia jadi deg-degan begini. Lia melirik Ibunya yang duduk tidak jauh dari mereka. Adam selalu mengajak Lia berbicara sambil bersama orang lain.

“Iya, gapapa. Kalau rada kecapean kadang emang suka pingsan. Tapi sekarang udah gapapa.” Wajah Lia datar saat menjelaskan.

“Syukurlah. Kalau gitu aku pulang dulu.” Adam beranjak dari kursinya. Dia pamit kepada Ibu Lia lalu beringsut menuju pintu dan menghilang dari pandangan Lia.

Lia geleng-geleng kepala. Aneh amat itu orang. Capek-capek ke sini cuma buat mengucapkan 3 kalimat.

Yang lebih aneh itu kamu, Lia, ujar Lia di dalam hatinya. Sempet-sempetnya ngitungin berapa kalimat yang dia ucapkan. Fyuh, Lia kembali ke kamarnya. Esok rangkaian ospek menantinya, dia harus mempersiapkannya dengan baik.

-bersambung-


Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Senarai part 7"

Nissa mengatakan...

Adam nya so sweet amat deh hehehe.. lia nya polos gitu, lucuuu

Comment