Bagi saya, malam serupa indah yang diberikan Tuhan yang cuma dirasai keindahannya oleh segelintir orang.
Malam adalah tempat saya memiliki diri dan segenap asa dalam jiwa.
Dan ketika kata-kata bermuncratan dari lobus frontal yang di gabung oleh amygdala tempat kata-kata bersenyawa dengan emosi.
Saya masih tetap saya. Yang sering membuat orang yang berharap tinggi menjadi kecewa.
Saya lantas heran, apa yang sebenarnya mereka lihat pada saya?
Ada yang bilang, teori Jung bisa menjelaskan ini.
Dalam diri seseorang, ada sisi gelap yang ditutupi oleh topeng yang dibuat oleh si individu.
Saya belum belajar sampai ke sana.
Kecewa mereka adalah sedih saya.
Saya tentunya hanya seorang saya. Yang selalu ingin menanam kebaikan di dunia (dunia adalah ladang akhirat,kan?)
Tapi saya adalah saya. Cuma seorang saya.
Yang masih memendam sejuta keinginan gila untuk diwujudkan.
Sayang kenginan itu sering berbenturan dengan norma lingkaran hidup yang menopang saya selama ini.
Lantas, keinginan maha gila muncul. Bagaimana rasanya ditabrak mobil? Bagaimana rasanya koma di rumah sakit?
Harusnya itu menyenangkan untuk diwujudkan. Sebutlah itu Id saya yang sedang bekerja.
Tapi itu sungguh adanya.
Lantas saya sangat teramat jauh dari yang dicitakan dan diharapkan orang sekeliling saya.
Dan setiap kali ditanya, saya mengukir senyum sambil berkata, “I’m OK”.
Saya tidak pernah benar-benar utuh. Meski untuk beberapa saat.
Dan saya saya tau sebabnya. Saya sok pahlawan.
Saya ingin memperbaiki si ini si itu. Sementara hidup saya adalah penampang terbesar ketidakkongruenan asa, logika, dan kenyataan.
Selamat terbang, saya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "selamat terbang,saya.."
Posting Komentar