Broken Dad Broken Home


Hari ini adalah hari Rabu dan di grup Institut Ibu Profesional (IIP) Depok selalu diadakan sesi berbagi...

Rabu ini temanya tentang ayah, memperingati hari ayah sedunia tanggal 12 November yang lalu...

Dan saya termenung di sini...

Masih termenung lama...

Menulis tentang ayah adalah menulis tentang episode kehidupan yang tidak pernah menyenangkan untuk dikenang....

Menulis tentang ayah adalah menulis tentang bagaimana inti dari semua ini adalah saya yang harus belajar lagi tentang keikhlasan...

Ikhlas 

Semata-mata karena Allah

Tak peduli respon orang lain

Hanya Allah semata-mata tujuan seluruh kegiatan dan perasaan….

Tetapi kita hanyalah manusia, yang terberi sepaket lengkap emosi…

Maka dengan itulah kita merespon segala sesuatu di dunia ini.

Orang, kejadian, dan segala sesuatu di antaranya

Huhuhuhu

:’((

Saya semalem baru aja tiba-tiba merasa patah hati alias broken heart pas mengingat ibu saya...

Betapa ibu saya luarbiasa berusaha bertahan

Berusaha tetap semangat

Berusaha tetap positif

Meskipun aura negativistik tetap selalu menguar dari sosok ibu saya dan menurut saya itu wajar bangettttt

Ayah saya sedikit sekali (kayanya) mencintai dan menyayangi ibu saya….

Entah masalah komunikasi entah masalah kepribadian yang teringat di benak saya tentang ayah dan ibu saya adalah perang piring.

Ya, perang adu piring.

Piring dilempar dan kemarahan ayah saya.

Luka hati ibu saya

Dan kami anak-anaknya yang meringkuk ketakutan di kamar

Betapa selama ini Allah sajalah yang membuat kami terus melaju di atas landasan iman

Ya Allah

Ternyata selamanya ayah saya adalah ujian keikhlasan….

Bagaimanapun “jahat” beliau tetaplah ayah yang harus saya doakan, hormati dan saya dukung dengan sepenuh jiwa raga saya…

Ternyata saya harus berusaha mengaduk-aduk brankas memori hanya demi tetap menatap masa lalu dengan gembira…

Bukan dengan perang piring, ketakutan, dan semua di antara kedua hal tersebut.

Ya,

Ayah saya adalah seorang broken dad

:’((

Dan dia membuat keluarga kami broken home

Tapi sejatinya ayah saya juga terluka di dalam hatinya. Terluka sejak masa kecilnya.

Terluka sebab tak ada seorang pun yang memahami bahasa cintanya.

Terluka sebab tak ada seorang pun yang mempercayainya sepenuh jiwa

Terluka sebab tak ada seorang pun yang memberinya kesempatan kedua

Oleh karena itulah

Kini setiap bertemu dengan ayah saya, yang saya lihat hanyalah semburat kesedihan dari tatap matanya dan caranya menjalani kehidupan…

Benarlah yang dikatakan oleh Pak Cahyadi Takariawan seorang penulis buku-buku pernikahan Islami, efek perceraian bagi seorang laki-laki lebih besar dan merapuhkan….

Karena tanpa istri dan anak-anak, ego seorang laki-laki robek seketika…

Karena tanpa istri dan anak-anak, jiwa seorang laki-laki layu seketika…

Itulah mengapa saya paham, terkadang laki-laki ingin segera menikah kembali.

Mereka ingin memulihkan ego mereka.

Mereka ingin dipercaya kembali.

Mereka ingin kembali mengangkasa dengan sepenuh kepercayaan diri mereka.

Dan saya juga paham mengapa ada sejumlah perempuan yang tak menikah lagi dan tak merasa perlu menikah lagi setelah bercerai…

Buat seorang perempuan, hidupnya tetap bisa berjalan…

Ego dan jiwanya tetap terisi oleh anak-anaknya

Luka itu memang tetap ada, tetapi perempuan lebih punya kemampuan tetap normal meski dengan luka di dalam hati…

Ah,

:’((((

Hari ayah dan topik ayah selalu sukses membuka pintu itu lagi. 

Mau ga disebut pintu luka hati tapi ya memang betul saya terluka…

Tapi saya kini jadi tau banyak yang sama atau bahkan lebih terluka dengan kisah ayahnya masing-masing…

Tapi saya kini jadi tau ada banyak memori kebahagiaan yang tetap harus diingat bersama ayah saya….

Tapi saya kini jadi tau selamanya kondisi ayah saya yang masih hidup hingga kini adalah nikmat terbesar dari Allah….

Broken dad and broken home…

Bukan sesuatu yang menyenangkan tapi penuh dengan pembelajaran.

Dan semalam saat teringat kepada ibu saya, hati saya tiba-tiba perih dan nyeri….

Betapa ibu sayalah yang paling merasa nyeri

Betapa dialah yang paling terluka atas retaknya hubungan dan rumah tangga ini

Betapa ibu saya berusaha sekuat-kuatnya tetap tegar, menyambung kehidupan demi harapan di masa depan…

Karena buat kita orang-orang beriman, selalu ada harapan bersama keimanan.

Allah bersama kita

Selalu bersama kita

:’)

Terhaturkan seluruh empati saya bagi siapa saja sosok yang mengalami broken home. 

Kalian memiliki ladang syukur, kawan.

Perpisahan, keretakan, kepergian itulah yang membuat kalian kuat seperti sekarang.

Tetaplah berharap untuk masa depan yang lebih baik…

Bersama Allah tiada jalan buntu.




#677Words
#Harike14November 

Postingan terkait:

5 Tanggapan untuk "Broken Dad Broken Home"

Unknown mengatakan...

AIIIH....PANJANGNYA MAAK
TAPI SUKSES BIKIN BERKACA2
PELUK...

Diah H Soehadi mengatakan...

Peluk mak dea
You're beautiful n strong woman

meti suryati mengatakan...

ih kamu cepet aja udah nulis. jadi pengen bikin blog juga..
btw, keceeee banget tulisannha keren.
aku suka suka suka banget

dea alias dey mengatakan...

Terimakasihhh mak novi, mak diah dan metaaaaa udah komen, akhirnya ada juga yang komen, wkwkwk... :'))

Asti mengatakan...

semangat maak.. syukaa deh dengan quote: Karena buat kita orang-orang beriman, selalu ada harapan bersama keimanan.

Comment