Setelah liat postingan ini di blog temen saya, maka saya jadi pengen cerita tentang ibu saya (thanks for anindya) ... :)
Ibu saya ga banyak cerita tentang masa kecil saya. Tapi satu hal yang selalu saya ingat. Kata beliau, pas lahir pipi saya udah tembem dan hidung saya udah mancung (Alhamdulilah..). Katanya lagi, melahirkan itu gampang. Malah ibu saya ga inget apa pernah merasakan sakit saat melahirkan (woow)..
Ibu saya punya bahasa cinta yang indah. Pelukan dan ciuman. Ibu saya SELALU, ehem, saya ulang, SELALU memeluk saya dimanapun kapanpun ia mau. Walau itu di jalan raya, di angkot, di rumah, atau dimanapun. Yang penting dia mau. Impulsif yak? Saya rasa, sifat ini menurun kepada saya deh (ampun deh).
Ibu saya ingin ada anaknya yang jadi dokter. Tapi kakak saya sudah jadi perawat dan ibu saya tau, saya sudah menyerah pada Kimia dan Fisika. Namun, Ibu saya mendukung sungguh-sungguh saya ingin jadi psikolog. Walau di awal, tidak pernah ada jalan jelas darimana uang untuk pendidikan saya...
Ibu saya sederhana. Dia teramat jarang belanja bulanan. Baginya belanja ya pas. Pas mau belanja ya beli. Makanya lebih sering dia belanja ke Alfamart atau Indomart.
Ibu saya polos. Dia biasa berinfak sebegitu semangatnya sampai-sampai orang pasti tidak percaya kalau sebenarnya keluarga kami pun kekurangan.
Ibu saya indah. Dia memahami mimpi indah saya tentang masa depan dan dia mendoakannya dengan indah : "Ya Allah, kabulkan doa-doa indah Dea Adhicita.."
Ibu saya selalu berhutang. Untuk kuliah saya, untuk pernikahan teteh, untuk hp barunya yang setelah 5 tahun baru ganti, tapi ibu saya tidak pernah bingung. Ia malah selalu bahagia di tiap harinya.
Ritual sebelum berangkat kerja ibu saya adalah menowel pipi saya yang lucu ini.. (iyaa,iya,tembem)
Ibu saya selalu dinas ke luar kota. Kalau dia mau membukukan pengalaman-pengalamannya, saya jamin..pasti Trinity The Naked Traveller kalah deh! Sayang ia terlalu sibuk untuk menulis detil pengalamannya.. :P
Ibu saya bekerja sejak usia 19 tahun di Pasar Minggu.. Tepatnya Departemen Pertanian. Dulu waktu kecil saya selalu dibawa ke kantornya.
Ibu saya selalu memakaikan saya jilbab sedari kecil. Hmm itulah mengapa saya tak pernah punya baju-baju lucu khas anak kecil.
Ibu saya selalu istimewa dalam memberi hadiah. Satu yang selalu ada : puisi. Ibu saya selalu memberi saya puisi. SELALU. Setiap tahun.
Ibu saya menyebut saya "Spidolku"
Sebab katanya sayalah pewarna hidupnya..
Ibu saya, Ahadiati, genap 50 tahun Februari lalu, dan dengan teganya, saya lupa itu hari lahirnya..Rasanya saya ingin mengecap dahi saya dengan anak durhaka.. Saya merasa lebih dari bersalah..
Ibu saya selalu memaksa saya beribadah sunnah. Selalu ada perdebatan tapi toh ujung-ujungnya saya merasakan energi dari tiap ibadah.
Ibu saya adalah energi. Ia adalah alasan mengapa saya tersenyum saat duka dan bermimpi setinggi-tingginya. Ibu saya adalah warna utama. Juga aroma cinta yang menguar paling kuat yang pernah ada. Ibu saya adalah kuas utama kanvas kehidupan saya..
Terima kasih ya ibun, mamah, mamito, atau apapun panggilanmu.
Izinkan aku ya Allah jadi ibu seperti dia.
I love you but I know you love me more,mah.. ^_^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Tanggapan untuk "Ibun"
semoga keberkahan selalu menyertai hari-hari mamahnya dea :)
Posting Komentar